16. FAKE ROMANCE
Halo guisss. Terima kasih sudah menepati target hehehhee. Ayaflu 3500😍
Ada yang suka makan kebab isi alang-alang?
Kenapa kalian pengin cerita ini happy ending? Padahal, Nagara rese banget sama Valerie
Happy reading!❤️
"Pergi dengan cara apa? Mau bunuh diri atau pergi sejauh-jauhnya? Gue harap secepatnya, ya, biar nggak usah lihat wajah lo lagi."
"Rahasia, dong. Lihat aja nanti." Valerie menjawab tanpa beban.
"Oke, gue tunggu tanggal mainnya. Jangan nangis kalo lo nggak sanggup jauh dari gue." Nagara sebenarnya takut jika Valerie sungguhan pergi. Harus ia akui bahwa dirinya sudah takluk akan pesona cewek itu, namun gengsinya besar, malu jika ketahuan mencintai Valerie yang notabenenya jauh dari tipe idealnya.
Valerie tertawa sinis. "Kepedean. Gue rasa lo yang bakal gila kehilangan gue."
"Nggak mungkin, najis," ketus Nagara.
***
Mentari sudah terbit, pertanda hari sudah pagi. Nagara hari ini bangun pagi, ia memang terbiasa bangun pagi, walaupun kemarin begadang mencari kebab untuk Valerie, sedangkan cewek itu masih terlelap. Ia kini tengah di ruang tengah menonton Spongebob di televisi.
Di sisi lain, Asri sedang menyapu di ruang tengah. Kedua netranya menangkap keberadaan Nagara di sofa panjang itu. Ia menghentikan pergerakannya sejenak. "Kalian mau balik hari ini, ya?"
Nagara menengok sebentar pada sang Mama, kemudian kembali menatap televisi. "Iya, Ma, soalnya minggu depan aku udah latihan sama club," jawabnya.
"Ya udah, kalo gitu kalian sarapan dulu di sini," saran Asri.
Nagara mengangguk. "Iya, Ma."
"Valerie mana, Nak?" tanya Asri ketika tidak melihat keberadaan Valerie di samping Nagara.
"Masih tidur kayaknya, soalnya tadi malam aku keluar sama dia nyari kebab isi alang-alang," ungkap Nagara.
Asri mengangguk paham. "Oalah, ngidam ternyata. Harusnya Valerie istirahat yang cukup biar nggak gampang sakit, takutnya nanti Valerie dan calon anak kalian kenapa-napa."
Setelah merasa puas menonton filn kartun, ia mematikan televisi, lalu berdiri menghadap ke Asri untuk mengobrol. "Iya, Ma. Nagara bakal berusaha jagain dia, walaupun memang rada bandel kalo dibilangin."
"Kalo ada masalah, usahain bicara baik-baik, jangan marah-marah," nasihat Asri.
"Siap, Ma," jawab Nagara. "Kalo gitu aku ke kamar dulu, nanti aku barengan aja makannya sama Valerie."
"Iya, Nak. Pokoknya jangan bangunin dia." Asri khawatir Valerie kurang istirahat karena kemarin begadang.
"Oke." Nagara mengacungkan jari jempol.
Cowok itu melangkah ke depan tangga, menapaki tangga demi tangga untuk menghampiri Valerie yang berada di kamar. Sesampainya di depan pintu ruangan itu, ia membuka tuas dengan hati-hati, takut Valerie terbangun.
Nagara berkacak pinggang, menatap Valerie yang masih tertidur pulas. "Hadeh, beneran masih molor jam segini." Cowok itu berjongkok di depan Valerie, menatap pahatan indah yang kini menjadi favoritnya. "Syukur masih sehat."
Valerie bergerak ke posisi lain dalam keadaan tidur, membuat Nagara menjauhkan sedikit wajahnya dari Valerie. Setelah dirasa aman, ia kembali mendekati cewek itu, mengelus surainya penuh kelembutan. "Semoga lo tidur lelap biar bayi kita sehat."
Cup.
Nagara refleks mengecup bibir Valerie, membuat cewek itu bergerak lagi dalam keadaan terlelap. Ia seketika berdiri, panik kalau ketahuan cewek itu. "Damn! Gue lakuin apa barusan?"
Suara lenguhan Valerie terdengar, perlahan kedua mata mulai terbuka, meregangkan sekujur tubuh yang kaku. Ia mengucek mata, menjernihkan penglihatan. "Gara, sekarang jam berapa?" tanyanya kepada Nagara.
"J-jam delapan." Nagara gugup, merapalkan doa dalam hati semoga aksinya tidak ketahuan Valerie.
"Ya ampun, padahal rencananya gue mau bantu Mama masak." Valerie mencebik kecewa.
"Nggak usah, Mama udah kelar masak, kita disuruh sarapan bareng sebelum pulang," ujar Nagara.
Valerie mengangguk. Ia mengubah posisi menjadi duduk, menyandarkan punggung di headboard kasur. "Oke."
"Kalo lo ngantuk, lo tidur aja," saran Nagara.
"Hm, iya." Valerie tersenyum tipis. Sebenci apa pun dengan kelakuan Nagara, dirinya masih ada rasa cinta. Sekecil kebaikan cowok itu membuat hatinya menghangat. "Makasih."
"Makasih buat apa?" Nagara mengerut kening.
"Buat perhatian kecil lo pagi ini," balas Valerie tersenyum tulus.
Nagara rasanya ingin tersenyum, namun ia harus menahannya supaya Valerie tidak kepedean. Ia berdecak malas. "Lebay."
"Sorry, pagi ini gue lagi nggak mau bertengkar." Valerie memang lelah setiap hari berdebat dengan Nagara, apalagi cowok itu adalah orang yang ia cintai. Sesekali ia ingin damai, ingin merasakan kasih sayang dari pasangan seperti pasangan romantis.
"Bagus, sesekali jadi cewek penurut, kalo perlu lo manja dikit biar gue nggak susah ngatur lo," omel Nagara.
Cewek itu menghela napas. "Kalo lo baik dan nggak pernah nyakitin gue, gue nggak bakal ngelawan lo. Apa pun yang terbaik buat kita, gue bakal berusaha lakuin kalo lo kooperatif," tutur Valerie.
"Sesekali kalo ngobrol nggak pake urat gini, kan, enak." Nagara sesungguhnya tak mau berdebat denga Valerie. Akan tetapi, cewek itu suka memancingnya untuk marah.
"Lo yang mancing duluan," ketus Valerie.
"Mulai mancing keributan." Nagara menggeleng heran.
Valerie tak mau menjawab, sesekali ia ingin hidup damai dengan Nagara.
Nagara berdeham untuk menetralkan suasana. "Gue mau sarapan dulu. Lo mau ikut?"
"Iya, biar nggak dicurigain sama Mama kalo kita tiap hari bertengkar," jawab Valerie.
"Pencitraan," cibir Nagara.
"Gue pencitraan demi nutupin sifat busuk lo."
"Oke, makasih." Nagara menjawab begitu supaya keributan ini tidak diperpanjang.
"Gue cuci muka dulu," katanya pada Nagara.
Nagara berdecak malas. "Nggak nanya."
"Terserah."
Valerie masuk ke dalam kamar mandi, menghidupkan keran, membasuh muka terlebih dahulu dengan air mengalir. Setelah itu, ia mengambil secuil sabun muka, membersihkan muka hingga rata. Ia kini membilas muka hingga bersih. Cewek itu mengambil handuk kecil yang menggantung di dekat wastafel, mengusap pelan wajahnya hingga kering. Setelah itu, ia keluar dari kamar mandi untuk menemui Nagara.
Nagara merangkul pinggang Valerie, terasa pas di genggamannya. "Ayo."
Valerie menepis tangan Nagara, namun cowok itu kekeh memegang pinggangnya. "Ngapain pegang-pegang?"
"Biar dikira pasangan romantis sama Mama," kilahnya.
"Bilang aja mau pegangan beneran, kalo lo mau cium kayak pas gue tidur juga gapapa."
Nagara seketika terkejut. "Hah?"
"Udahlah, gue tau lo cium gue pas tidur tadi," ungkap Valerie tersenyum penuh kemenangan.
"Ah, curang lo pake tau segala." Nagara terpaksa mengaku karena sudah tertangkap basah.
Valerie mengerut kening. "Curang gimana?"
"Nggak tau!" seru Nagara. Ia sudah terlanjur malu ketahuan mengecup bibir Valerie.
Cup.
Valerie mengecup kilat Nagara, memberi balasan karena tadi cowok itu mencium bibirnya diam-diam. "Jangan marah-marah dulu, katanya mau pencitraan?"
Kali ini Nagara tak bisa menahan senyumannya. Ia memegang pipi yang dicium oleh Valerie, berusaha menetralkan wajah agar tidak terlihat salah tingkah. "Tai lo cium gue tanpa permisi."
"Jiah, salting," ejek Valerie.
Nagara tak mau menjawab lagi, ia sudah kalah telak. Ia merangkul pinggang Valerie, membawanya ke lantai bawah guna sarapan bersama. Sesampainya di meja makan, mereka sudah disambut oleh sang Mama dan berbagai makanan seperti sapo tahu isi daging ayam rebus dan ikan mujair goreng dengan bumbu nyat-nyat khas Bali atau bumbu kuning.
"Eh, akhirnya kalian datang. Ayo sarapan, tadi Papa udah berangkat duluan buat ngurus SSB," sambut Asri tersenyum senang.
"Iya, Ma," jawab Valerie.
Nagara menarik pelan tangan Valerie, mengajaknya duduk di sampingnya. Cewek itu tersenyum tipis, dibalas senyuman manis oleh Nagara.
"Pagi-pagi udah mesra aja," ujar Asri memperhatikan gerak-gerik kedua sejoli itu.
"Iya, dong. Harus mesra dan sayang sama calon istri," balas Nagara mengecup punggung tangan Valerie, menyebabkan wanita itu melotot karena terkejut Nagara berani mengecup tangannya di depan sang Mama.
"Jangan sampai hanya pencitraan, ya, Nak."
"Enggaklah," elak Nagara.
"Bagus kalo gitu," jawabnya. "Ayo, silakan makan."
Valerie tersenyum ramah. "Makasih, Ma."
Asri membalas senyuman Valerie sembari mengangguk.
"Valerie, tolong ambilin gue makan," titah Nagara kepada Valerie.
Valerie mengangguk. Ia mengambil piring di atas meja, menuangkan sesendok nasi menggunakan sendok nasi. "Nasinya segini?" Ia memperlihatkan makanan itu pada Nagara.
"Iya. Lauknya jangan banyak-banyak," lanjut Nagara.
"Oke," balas Valerie. Ia menuangkan sesendok sapo tahu dan daging ayam rebus ke atas piring, kemudian menyodorkannya pada Nagara.
Nagara mengambil makanan pemberian Valerie. Ia senang diambilkan nasi oleh Valerie, membuatnya berandai-andai jika hubungannya dengan cewek itu baik-baik saja, mungkin ia tak usah terus-menerus pakai alasan untuk berbuat baik dan bermesraan dengan Valerie.
Valerie kini mengambil sesendok nasi menggunakan sendok makan, lalu menaruh masing-masing satu sendok pada semua lauk pauk yang tersedia pada piring. Setelah itu, ia mendaratkan piring tersebut pada meja makan, tepat di depannya.
"Valerie, kamu harus banyak makan sayur dan buah, jangan sampai stress. Itu semua Mama bilangin demi kebaikan kamu dan anak kamu."
"Iya, Ma," sahut Valerie.
"Anak Nagara juga, Ma ...." Nagara kesal dirinya tak dianggap sebagai Papa dari anak Valerie.
Asri tertawa kecil. "Iya, anak kamu juga."
"Mama, aku ijin makan, ya?" Valerie tak enak jika tidak disuruh makan oleh Asri. Walaupun ia terlihat tidak canggung dengan Mamanya Nagara, tapi ia di sini orang baru, tidak boleh langsung makan tanpa komando.
"Iya, makan aja, nggak usah pake ijin," jawab Valerie.
Valerie mengambil lauk pauk dan nasi dengan sendok, memasukkannya ke dalam mulut, lalu ia kunyah. Ia suka dengan masakan Asri, rasanya ringan dan tidak bikin eneg.
"Gimana rasanya?" tanya Asri menatap Valerie yang baru saja selesai mengunyah.
"Enak, kayak catering khusus makanan sehat yang aku sering pesen dulu," balas Valerie.
"Mama dulu memang suka lihat resep catering khusus makanan sehat di Youtube, mungkin gara-gara itu rasanya jadi mirip."
"Kenapa nggak buka catering aja, Ma?" usul Valerie.
"Mama kadang harus bantu Papa ngurus SSB, takut keteteran kalo coba bisnis catering."
Valerie mengangguk paham. "Iya juga, ya."
"Kalo kamu suka masakan Mama, Mama mau, kok, kasih resepnya supaya kamu bisa masak sendiri," ujar Asri.
"Boleh banget! Nanti biar aku belajar masak sendiri." Valerie antusias. Ia juga ingin bisa masak sendiri supaya tidak terus menerus beli makan di luar.
"Bagus, Valerie. Niat kamu udah baik mau belajar masak, semoga Nagara bisa menghargai kamu sebagai istri nantinya."
"Selama Valerie nggak ngajak berantem, aku pasti bakal perlakukan dia dengan baik." Nagara tak terima seolah dirinya saja yang salah dalam perdebatannya dengan Valerie.
"Kamu juga harus introspeksi diri kenapa sering ribut sama Valerie," nasihat Asri.
Nagara mengangguk pasrah. "Iya, Ma."
Valerie tak mau ikut campur, takutnya Nagara makin dipojokkan oleh Asri. Ia memang senang membuat cowok itu kalah telak dalam debat, tapi ia mau cowok itu dipojokkan hanya dalam perdebatan mereka.
"Gara-gara lo, gue jadi kena ceramah," bisik Nagara pada Valerie.
"Kasian," ejek Valerie.
"Awas aja lo."
***
Sudah satu jam berlalu, tetapi Nagara dan Valerie belum juga sampai di rumah karena macet. Hari ini akhir pekan, banyak orang yang ingin berpergian. Oleh karena itu, jalanan padat merayap.
"Gara, kita belum bilang ke Tante gue kalo gue hamil. Lo kapan siap bilang ke beliau?" Valerie membuka topik pembicaraan.
"Kapan aja gue siap, pipi gue udah kebal sama tamparan." Nagara sudah memikirkan kemungkinan terburuk saat berhadapan dengan Tantenya Valerie nanti.
"Oke, besok aja kalo gitu, tapi kita jemput Tante gue dulu, nanti bilangnya pas udah sampe di rumah gue. Gue takut Tante dijulidin tetangga di desa karena gue hamil."
Nagara memang sering mengejek Valerie, akan tetapi ia tak mau kalau cewek itu sampai dihina orang lain. "Iya, gue ngerti, kok. Denger, gue ngelakuin ini bukan karena mau lindungin lo, tapi lindungin Tante lo dari mulut jahanam."
"Mulut lo juga jahanam, anjir. Mana DM di Instagram gue dihapus mulu. Lo pikir gue kagak cek itu DM yang masuk?"
"Ya udah, memang harusnya dimusnahin aja cowok genit gitu," sungut Nagara.
"Kalo cowok mulut jahanam perlu dimusnahin juga gak?" sindir Valerie tersenyum penuh arti.
"Lo nyindir gue?" marah Nagara.
"Iya!"
"Nggak perlu, soalnya gue ngomong kasar ke lo demi kebaikan kita," cetus Nagara.
"Kebaikan apa, anjir? Yang ada bikin gue sakit hati. Gue di mata lo serba salah mulu, bingung harus ngapain biar lo nggak nyari gara-gara sama gue."
"Gue nyari gara-gara? Lo kali yang kelakuannya kayak cabe busuk," ketus Nagara.
"Tuh, kan. Baru aja gue bilang mulut jahanam, eh udah keluar contohnya."
"Realistis ajalah. Siapa juga yang nggak marah ceweknya deket sama cowok lain? Gue bukannya cemburu, ya, tapi karena status kita sebagai pasangan kekasih, udah sepatutnya gue ngelarang apa yang buruk buat lo." Nagara ngeles.
"Deket sana Steven adalah suatu keburukan?" tanya Valerie.
"Jelas! Selain kualitas sumber daya manusia lo beda jauh sama Steven, lo juga milik gue. Harusnya lo bisa nempatin diri kapan harus baik banget sama orang dan kapan tidak."
Baik, Pemirsa. Perdebatan sengit di antara mereka akan dimulai lagi. Entah sampai kapan mereka saling cinta dan tak memperdebatkan masalah yang itu-itu saja.
"Sama Steven kali maksud lo."
"Ya," sergah Nagara.
Valerie mengatur napas naik turun, berusaha mengendalikan emosi yang ini mencuat ke permukaan. "Sebenernya hal ini bisa kita omongin baik-baik kalo mau saling dengerin keluhan masing-masing, tapi kayaknya harapan gue udah pupus buat ngajak lo ngomong baik-baik."
"Ya udah kalo lo ngerasa gue nggak bisa diajak ngomong baik-baik, tinggal turutin aja apa kemauan gue, beres."
"Lo pikir semua kemauan lo berdampak baik bagi gue? Enggak, Gara!" seru Valerie.
"Lo nggak pernah bisa lihat sisi positif dari omongan gue, yang diambil negatifnya aja," cibir Nagara.
"Gimana gue mau ngambil dari sisi postitifnya? Masalahnya omongan lo negatif semua."
"Terserah lo, deh. Gue tau cuma Steven yang bisa buat lo jinak, sekalian aja sana pacaran sama Steven."
"Wow, dengan senang hati. Nanti gue tembak dia." Valerie tersenyum senang.
"Agresif banget, anjing. Nggak usah lo tembak dia, dia nggak suka cewek agresif," marah Nagara.
"Gapapa. Kalo gue ditolak, anggap aja itu pengalaman pertama gue nembak cowok dan ditolak."
"Lama-lama gue block Steven di Instagram lo."
"Sana, block aja! Jugaan gue punya second account yang isinya orang terdekat."
"Bangsat, pantesan lo anteng aja pas gue pegang Instagram pertama lo. Cepet sini kasih nama akunnya, gue mau follow," maki Nagara.
"Sorry, gue cuma follow orang yang baik sama gue."
"Woi! Kemarin gue nyari kebab isi alang-alang jam sebelas malam. Kurang baik apa gue sama lo, Valerie?" Nagara tak suka kebaikannya tak dihargai.
"Cara ngomong lo benerin, jangan bikin gue sakit hati."
"Halah, ada aja alasan lo biar dapet ngelawan gue. Cewek pembangkang, nggak tau malu."
"Ngapain gue malu, gue pake ba—"
"Shut the fuck up, Valerie!" Nagara tak tahan lagi, ia meremas bibir Valerie supaya cewek itu tak menjawab ucapannya.
"Anjir lo bejek mulut gue, dikira mulut gue makanan?"
"Diem!"
***
"Valerie lagi ngapain, ya? Gue butuh saran serius dari cewek," ujar Steven. "Gue telpon aja, deh, kalo gitu."
——
Wahhhh, kalo ada Steven, pasti ada kedamaian di antara Valerie dan Nagara😍
Semoga sering berantem deh si Nagara sama Valerie biar cerita ini ga lese2🤣
Spam "Nagara" for next chapter
Spam "Valerie" for next chapter
Spam "Nana Cantik" for next chapter
2k komen + 300 vote aku up yaaa
Ramein yukkkk xixixi
Kuy follow ig-ku
@ay.riana
@cinderianaxx (ig khusus wp)
Tbc❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top