15. NGIDAM

Kalo cerita ini sampe 40 part gapapa? Wkwkkw.

Keknya bakal banyak yg mau dibahas di sini, nanti bakal ada ilmu tentang parenting, kehamilan, dll. Cerita ini memang mainstream dan mudah ditebak, tapi aku usahain ada nilai moralnya biar ga dikira semua cerita wattpad gitu2 doang wkwkk

Absen dulu di sini guis!🔥

Happy reading!❤️

Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun Valerie dari tadi tak bisa tidur nyenyak. Ia kini bosan karena tak mengerjakan apa pun selain masak tadi siang. Biasanya jam segini cewek itu mengurus barang endorse. Dikarenakan kali ini ia tidak menerima endorse untuk sementara waktu, ia tak terbiasa diam saja, badannya harus dapat gerak.

Di sisi lain, Nagara tengah bermain ponsel, mengecek direct message akun Instagram Valerie satu per satu guna memastikan apakah ada pria genit lain yang mengirim pesan kepada cewek itu atau tidak. Setelah menghapus pesan-pesan itu, ia menaruh ponsel, memperhatikan Valerie yang tengah menatapnya. "Kenapa?"

"Gara, gue pengin kebab." Valerie berujar dengan puppy eyes-nya.

Nagara menghela napas lega. "Syukur ngidamnya nggak aneh-aneh."

"Tapi, kebabnya isi alang-alang."

Nagara seketika mendelik. "Hah? Malam-malam gini?"

"Gara, biasanya gue nggak pernah minta sesuatu sama lo, cuma kali ini tolong banget turutin, ya? Please ...," mohon Valerie sembari memainkan kedua tangannya bergantian.

"Ya ampun, tatapannya kayak pengemis." Nagara sebenarnya kasihan melihat Valerie, namun ia ingin mengejek cewek itu agar dapat berinteraksi lebih lama dengannya.

Valerie menarik ujung baju Nagara. "Garaaaaa, please ...."

Decakan meluncur dari bibir Nagara. "Iya, iya," ujarnya. "Lo mau ikut apa diem di sini?"

"Ikut." Kedua sudut bibir Valerie tertarik lebar, terlihat kalau cewek itu senang Nagara berusaha menuruti kemauannya.

Nagara melirik celana pendek olahraga dan baju kaos crop yang Valerie kenakan. Lekuk tubuh wanita itu terlihat seksi, membuat Nagara meneguk ludah. "Ya udah, pake baju yang serba panjang, soalnya udah malem."

"Takut gue sakit karena kedinginan, ya?" tanya Valerie sembari tersenyum.

"Takut dikira gue nyewa lonte," ketus Nagara.

Kali ini Valerie merasa lebih sakit hati dari sebelumnya. Dia memang seringkali diejek oleh Nagara, namun kali ini dirinya dianggap serendah itu. "Mulut lo memang nggak pernah bener."

"Kayaknya kali ini lo beneran marah," terang Nagara tersenyum penuh arti.

"Katanya mau pergi? Ya udah, cepetan diem di luar." Valerie tak mau membahas hal tadi, takutnya dia makin sakit hati, lalu menangis di sini. Sejak ia hamil, ia jadi lebih sensitif, pertahanan hatinya tak sekuat dulu.

"Lo aja belum ganti baju, anjing," ketus Nagara.

"Makanya, diem di luar biar gue leluasa ganti baju," jawab Valerie.

Nagara menatap malas Valerie. "Bawel."

"Oke, I love you too," balas Valerie tersenyum jahil.

Mata Nagara sontak memicing curiga. "Jangan bilang lo terinspirasi dari Steven pas lo bilang, 'I love your confident', terus dia nyaut, 'I love you too'?"

"Memang iya," sergah Valerie.

"Bangsat, kenapa nggak sekalian minta sama Steven? Pas seneng ngajak Steven, giliran pas susah ngajak gue. Anjing lo." Nagara tak terima kalau Valerie teringat akan ucapan Steven. Kalau Valerie teringiang-ngiang dengan perkataan Steven, berarti dia cinta dengan cowok itu, kan?

"Ya udah kalo nggak ikhlas, gue minta tolong sama Steven aja." Valerie ingin bermain-main dulu dengan Nagara. Menurutnya, ini saja tak cukup untuk membalas perbuatan Nagara selama ini.

"Berani lo minta tolong ke dia, gue hack Instagram lo."

Valerie tertawa sinis. "Sick."

"Gue bakal ngelakuin apa pun supaya lo nggak deket sama Steven. Steven lagaknya memang kayak playboy, tapi bukan berarti dia mau sama bibir yang suka celap-celup sana sini," terang Nagara.

Valerie menatap remeh cowok itu. "Ah, omongan lo mainstream, kurang nyakitin."

Nagara tersenyum miring. "Gue sakitin beneran baru tau rasa."

"Gue, sih, gapapa lo sakitin. Toh, tinggal pergi dan cari tempat sejauh mungkin supaya nggak ketemu sama lo. Gue, kan, kaya, berpenghasilan, bisa hidup mandiri tanpa bantuan cowok kayak lo. Cari cowok mah gampang, tinggal pilih yang paling ada effort buat gue."

Ia rasa ucapan Valerie kali ini tak main-main, dirinya belum siap jika hal itu terjadi. Nagara tak mau berdebat lagi dengan cewek itu, hanya akan buang-buang tenaga. Cowok itu mengambil kunci mobil di atas nakas, lalu bergegas keluar kamar. "Gue keluar dulu."

Valerie melipat kedua tangan di depan dada, menatap angkuh cowok itu. "Kasian nggak bisa nyaut. Menang skill bola doang tapi otaknya bego."

Langkah cowok itu seketika terhenti. "Lo!" serunya tak terima.

Valerie menaikkan sebelah alisnya. "Katanya mau keluar? Gue nggak jadi beli kebab, nih, kalo lo ngajak ribut."

"Anjing lo! Nyebelin."

"Yeu, nyolot." Valerie menggeleng heran.

Nagara tak mau menjawab lagi. Ia melangkah ke depan kamar, menutup pintu ruangan tersebut. Tangan kanan merogoh saku guna mencari ponsel, mencari aplikasi Instagram.

Memantau akun Valerie merupakan rutinitasnya semenjak ia memegang akun cewek itu. Ia kesal setiap hari ada saja yang menggoda Valerie, bahkan yang sudah tua dan beristeri juga ada.

"Dih, apaan lo godain Valerie?" Nagara berdecak malas. Ia segera menutup aplikasi tersebut, menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celana. "Anjing, gimana caranya supaya Valerie nggak disukai banyak cowok, ya? Jijik banget kesannya dia kayak cewek murahan." Nagara mengacak frustrasi rambutnya. "Kalo setiap hari ada aja yang godain Valerie, gue bisa gila, bangsat!"

Di sisi lain, Valerie sudah selesai ganti pakaian. Sesuai dengan permintaan Nagara, ia memakai baju tidur serba panjang dan longgar, itu pun dikasih minta oleh Asri. Katanya, beliau salah beli ukuran satu set pakaian tidur di e-commerce.

Valerie tidak jelas mendengar ucapan Nagara, yang jelas ia tahu bahwa Nagara sedang marah, terdengar dari nada bicaranya. "Kenapa, sih, marah-marah?"

"Jangan main ig!" seru Nagara menatap kesal cewek itu.

"Hah? Di sana sumber pencarian gue. Pas gue nggak tahan sama lo, gue bisa biayain hidup sendiri tanpa bantuan manusia rese kayak lo."

"Anjing lo! Nggak usah sok mandiri, hidup lo cuma ngandelin Instagram nggak usah banyak gaya."

Valerie mengerut heran. "Banyak gaya gimana? Nggak ngerti sama jalan pikiran lo."

"Nggak tau." Lagi-lagi Nagara selalu kalah debat lawan Valerie.

"Ayo, berangkat," ajak Valerie pada Nagara.

"Lo mau berangkat pake celana gitu?" tanya Nagara menatap aneh celana yang Valerie kenakan.

"Kenapa memangnya? Gue pake baju dan celana tidur yang paling longgar, loh, itu pun dikasih Mama tadi," jawab Valerie.

"Bentuk pantat lo kelihatan! Lo mau gatel pake pamerin pantat lo ke cowok-cowok, hah?" protes Nagara mencebik kesal.

"Iya, gue mau garukin muka orang pake pantat gue. Puas?"

"Ganti celana!" titah Nagara.

"Gara, gue udah pake pakain serba longgar, loh ...."

"Tunggu di sini," ujar Nagara, lalu berjalan ke dalam kamar. Ia mengambil hoodie berwarna hitam yang ia gantung di dalam lemari.

"Apa lagi aksi bodohnya, ya Tuhan?" Valerie capek punya calon suami pemarah, lama-lama dia makan hati kalau dimarah terus menerus.

Nagara keluar dari kamar membawa hoodie berwarna hitam, melemparkannya pada Valerie. Dengan sigap, cewek itu menangkapnya. "Noh, pake di pinggang lo. Mumpung perut lo masih kecil, pasti bisa diiketin di sana."

"Walaupun gue pake hoodie di pinggang, pasti tetep kelihatan. Badan dan aura gue memang seksi, susah buat lo tutupi."

"Setidaknya udah usaha," sergah Nagara. "Cepetan pake!"

"Pakein, dong." Valerie mengedipkan sebelah matanya.

"Nyari kesempatan dalam kesempitan lo," balas Nagara.

"Apanya, tuh, yang sempit?"

"Otak lo!" seru Nagara.

"Aduh, kelakuan lo kayak bocah," cibir Valerie.

Nagara tak menjawab ejekan dari Valerie. Ia sedikit berjongkok, menyampirkan hoodie tersebut di pinggang Valerie agar bokongnya tertutup oleh kain itu. Setelah selesai, ia berdiri, menatap cewek itu. "Udah."

Valerie mengangguk. "Nggak pamit dulu ke Mama Papa?"

"Biasanya mereka udah tidur jam segini," ujar Nagara.

"Oke, deh."

***

Mereka kini sedang di perjalanan, Valerie menengok ke arah kiri dan kanan bergantian guna mencari dagang kebab, sedangkan Nagara menyetir dengan wajah kesal.

Dari tadi cowok itu meracau tidak jelas. Ingin marah pads Valerie, tapi nanti dia kalah debat lagi. Susah melawan cewek keras kepala dan pemberani seperti Valerie.

"Vale, lo yakin mau nyari kebab isi alang-alang?" Nagara memberi kode agar Valerie tak usah mencari kebab isi alang-alang.

Valerie mengangguk mantap. "Yakin."

"Kebab aja susah dicari jam segini, apalagi pake alang-alang. Ya kali gue harus ke sawah atau rerumputan buat cari alang-alang?"

Valerie menatap Nagara dengan puppy eyes-nya. "Gara ...."

"Jangan sok imut lo! Nyebelin permintaan lo ribet dan aneh," keluhnya. "Apa jangan-jangan lo mau ngerjain gue?" Ia curiga.

"Ya udah kalo nggak ikhlas, gue mau minta tolong Steven aja!"

"Anjing lo, ya!" maki Nagara.

"Makanya, ayo cari sampe ketemu," ungkap Valerie.

"Iya, iya. Bawel banget, dah."

Valerie kembali menengok ke arah kiri dan kanan untuk melihat dagang kebab di pinggir jalan. Pada pukul sebelas malam memang susah mencari dagang kebab, jam segini orang rata-rata mencari dagang pecel ayam yang biasanya buka sampai jam satu pagi.

Kedua netra Valerie menangkap keberadaan dagang kebab di sebelah kiri jalan. Lantas, ia berteriak pada Nagara, "Stop, Gara. Itu ada dagang kebab!"

Nagara menepikan mobilnya di salah satu toko yang sudah tutup. "Akhirnya ketemu, tapi mereka nggak mungkin jual alang-alang."

"Hm, gimana, yaaa. Masalahnya gue pengin banget makan kebab isi alang-alang ...." Valerie menatap Nagara penuh harap.

"Valerie, gue stress banget gara-gara permintaan lo yang nggak masuk akal!" Nagara mengacak frustrasi rambutnya.

"Gara ...."

"Anjrit! Gara-gara lo hamil, lo jadi menye nggak jelas gini!" marah Nagara. Cowok itu sebenarnya bukan tipe orang yang gampang marah, tapi kalau sama Valerie, dia bawaannya sensi terus.

"Aaaa, mau kebab isi alang-alang!" rengek Valerie menghentakkan kaki. Ia berteriak sembari mengeluarkan air mata. Dirinya kini tengah berakting, sengaja ingin mengerjai Nagara. Sebenarnya dia memang pengin kebab, tapi tidak isi alang-alang.

"Gitu doang nangis," balas Nagara berdecak malas. "Jangan nangis, nanti gue dikira ngapa-ngapain lo."

"Ya," ketus Valerie—mengusap kasar air matanya.

Nagara melepas sabuk pengaman, mengambil masker di laci dashboard mobil. Ia menyodorkan masker itu pada Valerie. "Pake masker biar nggak kelihatan habis nangis," suruhnya.

"Lo malu, ya, ngajak gue?"

"Iya!"

"Huaaaaa!" Valerie kembali berakting. Dulu dia pernah ikut ekskul teater, jadi tahu bagaimana cara akting menangis.

"Astaga, nggak malu, kok, gue bohong tadi." Nagara gelagapan, menyeka air mata Valerie.

"Yey! Gitu, dong!" Valerie tersenyum puas.

"Lo diem di sini, gue yang turun," ujar Nagara.

"Iya, hati-hati," balas Valerie, tersenyum.

"Nggak usah sok baik!"

"Dih, salah mulu gue!"

Mampus lo gue kerjain, Gara Jelek.

Nagara membuka pintu mobil, turun dari kendaraan beroda empat tersebut. "Permisi, Bu. Di sini ada jual kebab isian alang-alang?"

Penjual itu lantas terkejut. "Astaga, makhluk laknat mana yang pengin makan begitu, Nak?"

"Maaf, Bu. Istri saya lagi pengin makan kebab isi alang-alang."

"Waduh ... ngidam, ya?" tanya sang penjual kebab.

"Iya, Bu," tutur Nagara.

"Ah, begini saja. Kamu beli saja kebab ini, bilang saja sudah isi alang-alang. Toh, nggak kelihatan isinya."

"Ya udah, deh, daripada dia nangis nggak jelas, saya pesen kebabnya dua, kalo bisa rasanya kayak alang-alang."

"Oke, siap. Ditunggu sebentar, ya."

"Iya."

Sang pedagang itu seketika teringat sesuatu. Ia kembali menatap Nagara. "Mas, ini ada alang-alang beneran, saya baru inget tadi suami saya nitip alang-alang buat obat."

"Wah, bagus kalo gitu. Nanti saya bayar extra, ya."

"Tapi, nggak bisa isi alang-alang, harus direbus dulu."


"Ya udah, terserah itu alang-alang mau diapain, yang penting istri saya jadi makan kebab," ujar Nagara. Dia sudah pasrah.

"Siap, Mas," balasnya. "Silakan duduk." Ia menunjuk kursi dekat gerobak.

Nagara mengangguk. Ia duduk di kursi yang disediakan sembari menunggu kebab itu matang.

Di sisi lain, sang pedagang merebus alang-alang terlebih dahulu. Ia dinginkan sebentar, lalu disaring hingga tak ada akar yang menyangkut. Ia masukkan air itu ke dalam plastik, lalu memasak kedua kebab isi ayam hingga matang.

"Maaf lama. Ini kebabnya, ya, Mas. Totalnya tiga puluh ribu untuk dua kebab." Ia menyodorkan dua kebab pada Nagara.

"Wah, terima kasih banyak, Bu," ujar Nagara tersenyum ramah. Ia merogoh saku, mengambil uang lima puluh ribu rupiah. "Ini uangnya, ya."

"Makasih banyak, Mas. Semoga anaknya lahir dengan sehat."

"Amin. Terima kasih, Bu. Kalau begitu saya balik dulu."

"Siap, Mas. Hati-hati!" seru sang pedagang.

Nagara berjalan ke tempat parkir, membuka pintu guna masuk ke dalam mobil. Ia menyodorkan makanan dan minuman itu pada Valerie. "Ini kebab buat lo."

"Kok ada minumannya?"

"Itu air alang-alangnya. Kalo lo makan langsung alang-alangnya boleh aja, sih, asal udah siap mati."

"Mulut lo, anjir. Gue nggak nyangka bakal dapet alang-alangnya ...."

"Kenapa? Jangan bilang lo nggak mau makan? Gue udah effort banget, loh, nyarinya. Masa lo nggak hargain usaha gue? Lo nggak tau gimana capeknya nyari kebab malam-malam pake isian aneh gitu?" dumel Nagara.

"Astaga, gue belum nyaut, lo udah ngomel panjang lebar."

"Habisnya, wajah lo kayak nggak suka gitu."

Valerie mencubit gemas kedua pipi Nagara. "Unyu juga kalo lo lagi ngambek. Terus ngambek, ya? Gue suka lihat lo gini."

"Diem! Pipi gue nanti jerawatan!" Nagara menepis tangan Valerie.

"Nggak asik lo."

"Cepetan makan," titah Nagara.

"Lo juga ikutan makan, kan? Soalnya lo beli dua kebab." Valerie ngeles, padahal dia nggak yakin mau makan kebab pakai minuman alang-alang.

"Kagaklah, njir. Keduanya buat lo, takut kurang nanti."

"Nanti aja, deh, makannya di rumah," jawab Valerie.

"Cobain dulu dikit di sini, gue penasaran gimana rasanya."

"Ya udah, gue coba, ya."

Nagara mengangguk. "Oke."

Valerie memasukkan kebab isi ayam itu ke dalam mulut, lalu meminum air alang-alang. "Wah, nggak nyangka rasanya agak manis dan bikin adem."

"Oh, ya?" Nagara jadi penasaran.

"Iya," jawab Valerie. "Lo mau cobain?"

"Boleh, tapi dikit aja."

Valerie menyuapkan kebab itu pada Nagara, lalu dikunyah oleh cowok itu. Ia meminum air alang-alang yang dibelinya tadi.

Hati cowok itu menghangat, tak pernah sebelumnya ada momen seperti ini dengan Valerie. Seandainya cewek itu tidak didekati oleh banyak cowok dan suka membantah, mungkin dirinya akan jatuh cinta dengan Valerie. "Gimana rasanya?"

"Bener, sih, yang lo bilang, cuma perpaduannya jadi agak aneh," komentar Nagara.

"Ya udah, sini gue habisin."

"Kalo nggak bisa jangan dipaksain, takutnya lo muntah di mobil mahal gue."

"Najis, sombongnya minta ampun! Mobil gue juga nggak kalah mewah," decih Valerie.

"Iye, tau yang kaya karena jadi selebgram genit sana-sini."

"Mulai lagi." Valerie manyun. "Kayaknya lo cemburu sama gue sampe itu mulu yang dibahas."

"Enggak, Anjing. Modelan kayak lo, kok, dicemburuin? Mending diobral sana-sini biar hasilin cuan. Barang murah pasti lebih laku."

"Iyaa, gue barang murah, tapi bikin cacing lo naik pas lihat gue di club malam."

"Karena yang murah lebih menggoda," jawab Nagara. Jujur, Nagara sesungguhnya tak ingin melontarkan jawaban itu, ia waktu itu tak bermaksud untuk berhubungan di ranjang bersama Valerie. Ia hanya tak mau kalah debat dengan cewek itu.

"Kali ini lo udah keterlaluan." Suara Valerie begitu serak, menahan air mata yang hendak menerobos kedua retina.

"Memangnya kapan gue nggak keterlaluan sama lo, hm?"

"Lihat aja setelah anak ini lahir, gue bakal pergi dari lo selamanya." Ancaman Valerie tak main-main.

"Pergi dengan cara apa? Mau bunuh diri atau pergi sejauh-jauhnya? Gue harap secepatnya, ya, biar nggak usah lihat wajah lo lagi."

——

Kalo kalian ketemu cowok kayak Nagara, kalian mau ga jadi pacarnya?

Jawaban buat orang yg suka ngatain hitam

Spam "Nagara" for next chapter

Spam "Valerie" for next chapter

Spam "Nana Cantik" for next chapter

1k komen + 300 vote aku up yaaa

Ramein yukkkk xixixi

Kuy follow ig-ku
@ay.riana
@cinderianaxx (ig khusus wp)

Tbc❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top