11. PELAJARAN UNTUK NAGARA
Lebih suka cerita sedih yang sad ending atau happy ending?
Tekan "8" apabila Anda ingin dilimpahkan rejeki
Happy reading❤️
Nagara:
Lo ngapain chat Steven segala, hah? Lo cuma menang body bagus sama cantik, jangan dimanfaatin buat gatel, anjing
Valerie menatap pesan dari Nagara yang sudah ia buka. Ia sengaja hanya membacanya karena ia tahu bakal salah terus kalau dia menjawab ucapan cowok itu. "Hadeh, nih, orang gila nge-chat marah-marah. Bodo amat, gue biarin aja ngedumel sendiri."
Ponsel wanita itu kembali berbunyi sampai benda pipih tersebut bergetar terus. Nagara sepertinya sengaja spam supaya di-notice Valerie. Cewek itu terus membacanya tanpa minat untuk membalas.
Nagara:
P
P
P
P
Di-read doang, anjing.
Awas aja lo.
Harusnya gue yang marah lo nggak bisa contohin sikap yang baik ke anak kita. Calon ibu macam apa genit sana-sini? Gue nggak mau ngatain lo barang murah, tapi perilaku lo memang murah.
Pulang latihan gue samperin lo ke sana, jangan kabur.
Valerie menatap aneh pesan dari Nagara. "Dih, lagaknya. Mending gue jalan-jalan sendiri ke luar rumah, bosen gue di rumah mulu," ujarnya. "Mau main ig bentar, ah, sebelum mandi."
Ia iseng stalking akun Instagram milik sang mantan—Neron. Isu perjodohan antara Neron dan Cia sudah tersebar di kalangan publik figur, hanya saja mereka pura-pura tidak tahu. Neron waktu itu hanya mengumumkan pernikahan, tapi tidak bilang apa alasannya mereka menikah.
"Anjir, mantan gue aja udah bahagia, sedangkan gue nggak pernah dapet cowok yang bener, mana ceweknya cakep," ujar Valerie. Ia menutup snapgram dari akun Neron, lalu menaruh ponsel di atas nakas. "Gue bukannya cemburu, tapi iri kenapa orang di luar sana bisa beruntung dapet pasangan yang baik. Gue nggak berharap banyak sama Nagara, mulutnya aja jelek."
Nagara tak pantang menyerah, ia kembali meneror Valerie dengan menelepon cewek itu. Valerie berdecak malas. Ia ingin memberi pelajaran pada cowok itu agar tahu rasanya disakiti.
"Si Anjing ini malah nelpon. Mau lo call gue seratus kali nggak bakal gue angkat!" seru Valerie.
Tiba-tiba, sekelebat ide muncul di kepalanya bagai bohlam kuning yang mencuat dari otak. Ia tersenyum penuh arti. "Oke kalo lo memang mau ketemu, gue samperin sekalian Nagara ke stadion biar temen-temennya tau kalo Nagara nggak sebaik yang mereka kira. Gue cetak undangan palsu dulu buat jaga-jaga kalo ada akun mulut curah yang ngikutin, biar ada alasan kalo gue udah nikah sama orang lain, bukan sama Nagara."
"Ya udahlah, nama mafia wattpad aja gue pake di undangan. Lumayan bisa ngecoh mereka kalo gue nggak ada hubungan sama Nagara, tapi gue bisa kasih tau temen-temennya kalo gue ada hubungan. Sesekali kudu digituin biar jera," ujar Valerie.
***
Kini Valerie berada di stadion tempat Nagara berlatih. Ia ke sini menggunakan ojek mobil dari Bagong Car—pesaing dari Go-Cacar. Ia ingin tahu bagaimana respon Nagara kalau ia menghampirinya di depan teman-temannya.
Sesi latihan club Nabiru FC masih berlangsung, Valerie memilih ke toko merchandise sembari menunggu cowok itu kelar latihan. Kedua retina sang perempuan tak sengaja menangkap keberadaan Cia—istri dari sang mantan yang tadi ia stalking.
Valerie memberanikan diri untuk menghampiri Cia. Toh, Valerie selebgram, pasti orang tahu dan akan segan dengan cewek itu. Ia berdiri di belakang Cia. "Lo Cia, ya?"
Cia masih shock karena tadi ia fokus melihat merchandise yang lain. "Iya."
"Kenalin, gue Valerie, mantannya Neron pas SMP. Kok, lo mau, ya, nikah sama Neron? Aneh."
Cia seketika mengerut kening. "Sorry, memangnya kenapa, ya?" Ia masih berusaha sopan agar tak ada keributan di sini.
"Kaget aja lo bisa mau sama Neron. Diajak ke warung buat ngerokok gak mau, sama cewek gak bisa romantis," jelas Valerie.
Cia terkejut karena baru tahu di mata orang lain, Neron tidak romantis. Padahal, cowok itu kalau sedang berdua sama dia, pasti romantis. "Oh, ya?"
"Iya, Cia. Sorry gue SKSD," ia merogoh tas guna mengambil sesuatu. Ketika ia mengeluarkan benda pipih itu, ternyata berisi tulisan 'Undangan Pernikahan Xavier Ivander dan Valerie Adaire'. Valerie memberikannya pada Cia, "ini undangan buat lo sama Neron."
Cia menerima undangan itu, menatap sekilas bacaan di cover benda pipih tersebut. "Makasih banyak, ya, Valerie."
"Sama-sama," tutur Valerie sembari mengangguk. "Follback ig gue, ya. Yang centang biru, followers 1M."
"Oh, valerieadaire itu, ya?" Cia pernah sekilas melihat selebgram yang seringkali ganti pacar pada masa SMA, namun pada masa kuliah, Valerie tak pernah mempublikasi pacarnya ke sosial media.
"Iya," sahut Valerie. "Kalo gitu gue mau nunggu Nagara dulu di cafe. Lo mau ikut?"
"Nanti aja gue sendiri ke sana," balas Cia.
"Tenang, gue gak bakal embat suami lo, di perut gue udah ada bayi."
"Hah?" Cia nge-bug seketika. Dia terkejut Valerie sudah hamil sebelum menikah. Selain itu, perutnya tak kelihatan kalau cewek itu tengah mengandung. Ia berdeham guna menetralkan situasi yang teramat canggung ini. "O-oh, sorry ...."
Valerie paham bahwa Cia tak bermaksud memojokkannya. Ia tahu di Indonesia tak biasa mendengar wanita hamil di luar nikah. "Gapapa, santai aja," ujarnya. "Mau ngasih salam sama anak gue?"
"Boleh ...," ucap Cia. Ia menunduk ke perut Valerie, menempelkan telinga di perut buncit wanita itu. "Halo, Nak. Sehat-sehat, ya, di sana. Semoga gedenya bisa bikin orang tua bahagia."
"Amin."
Cia kembali berdiri tegak seperti semula. "Maaf kalo lancang, lo calon istrinya Nagara?"
Valerie menggeleng. "Bukan, gue cuma ngidam fotoan sama minta tanda tangannya Nagara. Bayi gue kepengin, nih."
Cia mengangguk paham. "Oh, oke ...," balasnya. "Lo ke sini naik apa?" tanya cewek itu.
"Dibonceng naik motor sama calon suami gue."
Serius, Cia dari tadi bawaannya kaget terus karena spesies seperti Valerie tak pernah ia temukan sebelumnya di sekitarnya. "Hah? Gak kegencet perut lo? Terus, suami lo nunggu di mana?" tanya Cia bertubi-tubi.
Valerie kini mulai mengenal karakter Cia sedikit demi sedikit. Ia kira Cia tidak ramah, apalagi setiap Neron memposting fotonya di snapgram, cewek itu tak pernah memposting ulang snapgram Neron. "Enggaklah, Cia. Dia lagi ada syuting iklan deket sini, nanti aja gue dijemput, kok. Atau gak gue juga bisa naik Bagong Car."
Cia heran Valerie bisa sesantai itu, takutnya bayi itu kenapa-napa.
"Yuk, ke cafe," ajak Valerie pada Cia.
"Sebentar, gue mau bayar ini dulu," ujarnya memperlihatkan jersey dengan nama punggung Neron, syal club Nabiru FC, dan botol tumbler club Nabiru FC."
"Oke," jawab Valerie.
Cia membawa belanjaan itu ke kasir. Ia menaruh benda-benda itu di atas meja.
"Halo, Kak. Ada tambahan lain?" tanya kasir laki-laki itu.
Cia menggeleng. "Enggak, Kak."
Kasir itu mengangguk. Satu per satu barang dipindai oleh pria tersebut di mesin scan. Setelah selesai, ia memasukkan barang-barang ke dalam tote bag karton bertuliskan nama club. "Totalnya sembilan ratus ribu, ya, Kak."
Cia memberi uang sembilan ratus ribu rupiah dari sling bag-nya. "Ini, Kak."
"Uangnya pas, ya."
"Iya."
"Terima kasih, selamat datang kembali."
Kedua retina Cia menatap Valerie yang telah menunggunya di dekat pintu masuk. "Yuk."
Valerie mengangguk. Letak kafe dekat dari toko pernak-pernik klub bola, jaraknya sekikar lima puluh meter dari sini. Langkah demi langkah mereka lewati sampai akhirnya tiba di depan kafe.
"Duduk di sini aja, yuk?" Valerie menyarankan meja makan dekat kaca yang bisa melihat pemandangan stadion.
Cia menurut. Ia dan Valerie duduk di dekat sana.
Di atas meja terdapat dua menu kafe. Keduanya kini sama-sama fokus membaca daftar makanan dan minuman di sini. "Lo mau pesen apa?" tanya Valerie menatap menu.
"Gue mau pesen spaghetti carbonara sama milkshake cokelat. Kalo lo mau pesen apa?" Cia bertanya balik.
"Apa, ya, yang bagus buat bumil sexy manjalita tralala kayak gue?" Ia bingung.
Cia berpikir sejenak. "Steak ayam sama tumis brokoli aja gimana? Tapi, jangan terlalu keras bumbunya."
"Oke." Valerie mengangguk. "Lo udah pernah hamil, ya?" Pasalnya, ia sendiri sebenarnya belum siap hamil, namun karena kecelakaan di kelab malam itu, mau tak mau harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan pacarnya itu.
"Belum, gue kadang lihat aja di tiktok."
"Oh, gitu ...." Anggukan paham diberikan oleh Valerie. "Btw, lo santai aja, ya, sama gue, jangan canggung."
Cia terkejut tatkala cewek itu tahu kalau dia memang agak canggung berbicara dengan Valerie. "Iya, Val."
"Minumnya gue jus alpukat aja, deh, tapi jangan pake gula," ujar Valerie.
"Oke," jawabnya. "Gue pesenin, ya."
Kedua sudut bibir Valerie tertarik tipis. "Makasih, Cia."
"Sama-sama."
"Mbak!" teriak Valerie memanggil pelayan kafe.
Perempuan muda berbaju kerah polo dengan celemek hitam itu langsung berjalan ke meja mereka. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan ramah.
"Mbak, pesen jus alpukat sama steak ayam pakai brokolinya satu, habis itu spaghetti carbonara sama milkshake cokelat satu," ujar Cia.
Ia mengambil nota di saku celemek, lalu mencatat pesanan mereka. Seusai itu, ia memasukkan nota ke dalam saku. "Siap, Mbak. Ditunggu sebentar, ya," tuturnya.
"Ah, palingan lama, makanannya aja banyak," celetuk Valerie, membuat wajah pelayan itu seketika masam.
Cia melirik sekilas Valerie. Ia tak enak hati dengan pelayan itu karena ucapan cewek tersebut membuat ekspresinya tak senang. "Iya, Mbak," jawab cewek itu tersenyum ramah.
Pelayan itu berjalan ke dapur, memberitahu pesanannya kepada juru masak di sana. Ketika punggung perempuan itu mulai menjauh, Cia berujar, "Valerie, jangan gitu."
"Biasanya bohong kalo yang kayak gitu," kekeh Valerie.
"Ya, tapi jangan diucapin langsung," nasihat Cia.
"Iya, Cia." Valerie terkagum akan kesopanan Cia. Ia tahu itu sikap dasar dalam norma kesopanan sehari-hari. Namun, terkadang ia tak bisa menahan sabar. "Lo pasti sering nenangin Neron kayak gini, ya? Gue tau dia orangnya emosian."
Cia seketika tertawa. Sepertinya, banyak orang yang tahu kalau Neron suka emosi. "Iya banget! Gue pertamanya rada capek, tapi pas gue halusin, dia gampang nurut."
Valerie tertawa kecil. "Kayaknya dia udah bucin banget sama lo."
Cia mengedikkan kedua bahu. "Entahlah."
"Kalo lo sendiri gimana sama Neron?" tanya Valerie.
Cewek itu mengerut kening. "Gimana apanya?"
"Gimana perasaan lo ke Neron?" jelas Valerie.
"Pastinya sayang, lah," jawab Cia. Ia harus menjaga image Neron agar orang tak mengira cowok itu mengalami cinta bertepuk sebelah tangan. Di media, seringkali kehidupan Neron dideskripsikan sangat sempurna dan tanpa cela. Ia tak mau merusak reputasi Neron.
"Gue kira karena lo berdua dijodohin, makanya gue ngira belum sayang," ujar Valerie.
"Kata siapa gue sama Neron dijodohin?" tanya Cia.
Valerie tertawa. "Udah banyak kali yang tau, terutama selebgram sama pemain bola pasti tau."
"Kok, pada tau?" Cia masih kebingungan.
"Mungkin pas lewat rumah Neron ngelihat dekorasi buat orang nikah. Lagipula, lo berdua nikah gak sembunyi-sembunyi, kan?"
Cia menggeleng. "Enggak, kok. Tapi, ngundang keluarga deket doang. Gue kaget bisa tersebar ke orang lain, di media aja gak ada beritain."
"Mereka pasti tau, cuma belum saatnya 'digoreng'," ungkap Valerie.
"Emangnya kapan mereka mau umumin?" tanya Cia. Ia perlu was-was, siapa tahu saja ada berita yang dilebih-lebihkan mengenai dirinya dan Neron.
"Biasanya pas AFF. Neron potensial dapat banyak fans dari sana kalo penampilannya bagus dan di atas rata-rata. Gue rasa orang yang jarang nonton bola, kalo ada AFF kemungkinan besar bakal nonton."
AFF adalah kompetisi bola bergengsi di kawasan Asia Tenggara yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali.
Cia mengangguk paham. "Iya juga, sih."
"Valerie, udah lama kita nggak ketemu," ujar Neron baru saja selesai latihan.
"Neron, I miss you so much!" seru Valerie.
Neron melirik Cia sekilas. Ia merasa bahwa ada perubahan ekspresi dari cewek itu. Kini cowok itu menatap aneh Valerie. "Ape lo miss you, miss you? Gak jelas."
"Bercanda doang kali, galak amat," jawab Valerie memajukan mulut.
"Ya," ketus Neron. Cowok itu mendaratkan bokong di kursi samping Cia, lalu merangkul pinggangnya.
Walaupun Neron sudah sering merangkul pinggangnya, Cia tetap saja merasa gugup, seolah jantung cewek itu ingin meledak. Ia menetralkan ekspresinya. "Neron, lo udah dari tadi kelar latihan?"
"Baru aja kelar, Cia. Tadi gue keinget nyuruh lo makan di kafe, ya udah gue ke sini," jelas Neron.
Cia mengangguk paham akan penjelasan Neron.
Valerie menatap keduanya. Ia mengerut heran. "Kok, ngomong pake gue-lo? Harusnya aku-kamu, dong!"
Neron seketika sinis. "Komen mulu lo kayak netijen."
"Habisnya gue capek dikomenin mulu sama netijen," ungkap Valerie.
"Gak nanya," sahut Neron.
Cowok itu sebenarnya malas basa-basi dengan Valerie. Jujur, ia tak ada perasaan sedikitpun pada cewek itu. Ia tahu betul Valerie tipe orang freak, nakal, suka clubbing, blak-blakan, tapi sebenarnya baik.
Valerie menatap tak suka cowok itu. "Gak ada yang nyuruh lo buat nyautin omongan gue."
Cia sedari tadi memperhatikan perdebatan keduanya. Cewek itu jadi mengerti mengapa mereka putus saat dulu, ternyata karena tak ada yang mau mengalah di saat mereka beradu argumen. "Eh, udah, udah. Jangan berantem, ini di tempat umum, loh."
Mereka seketika diam. Ucapan Cia memang manjur untuk membungkam mulut bebek yang suka berisik.
Tangan kanan Neron kini beralih ke bahu Cia, merangkul sembari mengelus bahu cewek itu.
Valerie berdecak malas. "Tuh, kan, istri lo baik, sopan, cantik lagi. Gak kayak lo, ketus mulu sama gue."
"Ngelihat muka lo aja udah eneg," cibir Neron.
"Tai lo!" seru Valerie tak terima.
Cia seketika mendelik kaget. Ia memang bukan orang baik. Akan tetapi, berbicara kasar di tempat umum, apalagi cewek itu selebgram membuat reputasi Valerie terlihat buruk. Terkadang, orang tak peduli akan tindakan kebaikan, lebih ke tutur kata.
"Eh, Valerie. Inget, ada anak lo di sana, awas, loh, nanti ditiru omongannya," tegur Cia.
Valerie menarik napas, lalu ia embuskan. "Ya Tuhan, makasih udah diingetin, Cia."
"Hah? Lo udah nikah?" pekik Neron.
"Kenapa? Lo gak rela?" tanya Valerie bertubi-tubi.
"Mulut lo bau silit," ejek Neron. "Gue kaget aja."
"Gue belum nikah, tapi hamil di luar nikah," jelas Valerie.
Neron bukannya prihatin, tapi malah tertawa kecil. "Oh, gak kaget. Dari dulu aja pergaulan lo udah liar."
"Mending cupu kayak lo aja ya biar nggak salah pergaulan," ujar Valerie.
"Cupu apaan? Gue berusaha jaga diri dari pergaulan bebas."
"Ya, ya, ya. Terserah lo!" seru Valerie memutus perdebatan ini. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling jendela kafe. "Eh, btw, Nagara mana? Gue mau nyari dia. Si bayi lagi ngidam minta tandatangan Nagara."
Neron menaikkan sebelah alisnya. "Terus?"
"Neron, tolong suruh Nagara ke sini, ya?" Kini Cia yang membujuk Neron.
Neron seketika tersenyum senang. "Iyaa, Cia." Lalu, mengambil ponsel di tas latihannya.
"Makasih banyak," ujar Cia.
Neron mengangguk diiringi menarik kedua sudut bibir, mengacak gemas surai Cia. Jemarinya kini mencari kontak Nagara di daftar kontak. Setelah ketemu kontaknya, ia menelepon cowok itu.
"Halo, Bro. Lo udah kelar berak?" tanya Neron.
"Udah. Kenapa?"
"Temen gue lagi hamil, dia ngidam minta tandatangan lo."
"Lo di mana sekarang?" tanya Nagara.
"Gue di cafe deket stadion."
"Oke, gue otw."
Sambungan telepon telah terputus, Neron menaruh ponsel di atas meja makan.
Kala mereka tak bicara, seorang pelayan kafe datang membawa makanan ke meja mereka.
"Halo, Kak. Ini spaghetti carbonara sama milkshake cokelat, lalu steak ayam sama jus alpukat gak pake gula," ujarnya sembari menaruh semua pesanan di atas meja makan.
"Terima kasih, Mbak," ucap Cia tersenyum ramah.
"Iya, sama-sama," sahut pelayan itu, lalu berjalan ke dapur guna mengambil pesanan pelanggan lain.
"Neron mau makan apa?" tawar Cia.
Neron mendekatkan bibirnya pada telinga Cia. Dengan suara serak, ia berbisik, "Makan lo."
Cia berdecak malas. Ia memukul lengan Neron. "Yang bener!"
Neron tertawa tipis. "Minta spaghetti lo, dikit aja, kok."
"Sini ambil," kata Cia.
"Suapin."
Cia mengambil sesuap spaghetti dengan garpu. "Buka mulut." Lalu menyodorkannya pada Neron.
Neron menerima suapan dari Cia dengan hati. Ia mengunyah makanan itu hingga tak tersisa. "Enak banget, apalagi kalo kamu yang nyuapin."
"Halah, pasti sama aja rasanya," celetuk Valerie. "Cia, tolong suapin gue, dong," katanya pada Cia.
Neron menggeleng heran. "Sinting."
Cia tertawa kecil melihat kelakuan Valerie. Ia mengambil sesuap spaghetti, lalu memberikannya pada cewek itu.
"Enak juga, ya ...." Valerie mengunyah makanan itu dengan senang hati.
"Gak jelas," cibir Neron. "Lo ngapain, sih, gangguin cewek gue?"
Valerie berdecak malas. "Dih, siapa juga yang ganggu? Gue kebetulan ketemu cewek lo di toko pernak-pernik."
Sumpah, dia memang tidak ada maksud untuk menganggu Cia. Ia mengenal Cia karena pernah melihat postingan selfie cewek itu di explore dan snapgram di akun Instagram Neron.
"Lo ancem Cia kayak gimana sampe mau ke sini sama lo? Aslinya dia pasti gak kuat," tuduh Neron pada Valerie.
"Mana ada!" seru Valerie tak terima. Ia beralih ke Cia. Dengan tatapan penuh harap, cewek itu bertanya, "Lo biasa aja, kan, sama gue?"
Cia mengangguk. "Iya."
Cewek itu memang tak terganggu dengan kehadiran Valerie. Ia hanya kaget di awal karena tumben melihat ada orang baru kenal langsung mengajak ke kafe dan mengobrol seperti sudah lama kenal.
"Tuh, kan! Lo aja yang nuduh gue aneh-aneh."
"Cia, jangan terpaksa gitu," ujar Neron seraya melirik sinis Valerie.
"Lo aja yang kagak demen sama gue, makanya sampe manas-manasin Cia," cibir Valerie.
Neron menatap aneh cewek itu. Ia hanya takut Cia terbawa arus pergaulan bebas kalau berteman dengan Valerie. Ia tak melarang kalau Cia ke kelab malam, asalkan bersamanya supaya tidak ada orang yang berani berbuat jahat kepadanya.
Di sisi lain, Nagara melangkah dari depan pintu kafe menuju meja Neron. Setelah melihat Neron, ia langsung ke sana. "Sorry, Bro. Gue lama ...." Namun, kedua retinanya sontak terbelalak melihat kehadiran Valerie. "Valerie?!"
————-
Meme dari Nagara buat Valerie:
Meme dari Valerie buat Nagara:
Buat yang udah baca Neroncia pasti pernah baca part ini, tapi di sini aku tambahin sedikit dari sudut pandang Valerie heheheh
Kepanjangan yaaa? Wkwkkw
Spam "Nagara" for next chapter
Spam "Valerie" for next chapter
Spam "Nana Cantik" for next chapter
2k komen aku up yaa
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top