Chapter 22
"Udah dong ngambeknya." Joni masih membujuk Celine yang tetap diam sejak memutuskan, ah, lebih tepatnya dipaksa ikut pulang oleh Joni.
Celine tetap diam. Menatap arah luar yang sudah menggelap. Padahal, ia ingin menginap di rumahnya dan akan kembali nanti saat wisuda. Tetapi, Joni menyebalkannya ini malah terus memaksanya untuk ikut pulang dengan alasan besok bekerja dan ia tidak bisa berkendara sendiri tanpa ada yang menemani.
"Makan dulu mau?"
Celine menggeleng.
"Jajan aja? Martabak?"
Celine kembali menggeleng. Ia tidak ingin apa-apa. Ia tidak senang saja dengan keputusan Joni yang semakin hari semakin mendesaknya. Bertindak sesuka hatinya dan malangnya, orang tuanya sendiri malah menyetujuinya. Terlebih, saat Joni mengatakan memiliki hubungan dengannya. Ini bukan karena orang tuanya menjual dirinya kepada, Joni karena pria itu kaya, kan?
"Aku tau, kamu lagi mikir yang aneh-aneh, kan? Ayo ngaku!" Joni yang sibuk menyetir itu menarik pipi Celine yang terlihat lebih lucu saat merajuk.
"Martabak telor! Mau!" rengek Celine akhirnya. Joni mana kuat menahan kegemasan itu?
"Oke. Aduh, pacaran sama kamu bener-bener bikin aku merakyat. Dulu, mantan-mantanku zaman kuliah pun gak ada yang mau diajak jajan di pinggir jalan. Pasti, maunya di resto mewah lah, belanja ini itu lah."
"Heh! Jadi, kamu bandingin aku sama mantan-mantan kamu? Ya udah! Sana balikan sama mantan-mantan kamu! Em, iya deh yang banyak banget mantannya!"
Joni langsung tersadar kalau topik pembicaraannya terlalu sensitif. Tentu saja. Perempuan mana yang terima kalau dirinya dibandingkan dengan mantan pacar kekasihnya? Apa lagi jelas seperti ini? Joni seperti membandingkan betapa elegan mantan-mantannya. Lain dengan Celine yang memang apa apa adanya. Tidak suka berfoya-foya walau tentu saja orang tuanya bisa memberikan fasilitas itu kepadanya.
"Sayang, nggak gitu maksudku."
"Udah lah! Bilang aja, aku tuh gak sepadan sama kamu!" Celine mulai terisak.
"Sayang."
"Pulang!"
Suasana hati Celine sangat buruk. Perkataan Joni sangat berefek kepada perasaannya. Ah, ini memang sudah masuk tanggal tamu bulanannya. Perasaannya pasti lebih sensitif dari biasanya. Ditambah Joni juga tidak mengerti.
Namun, sebelum benar-benar mengantar Celine pulang, ia juga tetap membelikan makanan yang diminta kekasihnya.
"Istirahat, sayang. Maaf, sumpah aku gak ada maksud--"
"Iya, santai aja." Celine memotong pembicaraan Joni dan langsung turun dari mobil sang kekasih tanpa pamit.
Joni yang peka dengan situasi ini, langsung turun mengikuti Celine yang tengah membuka gerbang indekosnya.
"Maaf. Aku gak tenang pulang kalau kamu masih kayak gini." Joni memeluk Celine dari belakang yang membuatnya urung membuka gerbang.
"Aku ngantuk banget. Mau langsung tidur." Celine melepaskan pelukan tersebut dan kembali membuka gerbang. Ia masuk tanpa menoleh sedikit pun ke arah Joni. Jujur, kali ini memang rasanya benar-benar kesal. Bisa-bisanya Joni membicarakan mantan.
Melihat Celine yang benar-benar marah padanya, Joni mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Memang, salah mulutnya yang seperti ini. Menggunakan topik sensitif sebagai bahasan saat berdua dengan kekasihnya ketika baru saja gadis itu berhenti merajuk kepadanya.
"Ah elah, Jo. Payah banget!" Joni menutup pintu mobilnya cukup kencang. Tidak peduli berapa harga mobil mewah tersebut.
Percuma saja ia berada di sini karena tidak mungkin Celine akan keluar dan menemuinya. Esok, ia harus kembali pagi-pagi sekali untuk meminta maaf kembali kepada Celine. Dan kini, ia harus beristirahat karena bohong saja kalau tubuhnya tidak lelah setelah berkendara cukup lama.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top