Chapter 21

Sepanjang perjalanan, mereka sibuk bertukar banyak cerita. Joni juga sudah tidak menyembunyikan apa-apa dari Celine. Ya, sementara ini begitu menurutnya. Entah, mungkin di depan akan ada kejutan lain yang menantinya.

"Lho, ini ke--"

"Rumahmu." Joni memotong perkataan Celine.

Baru saja Celine mengatakan dalam hati kalau Joni sudah tidak menyembunyikan apapun darinya. Tetapi, pria itu kembali membuat kejutan. Entah bagaimana bisa Joni bisa mengetahui letak rumahnya. Ia jadi agak ngeri dengan hal ini.

"Alamat rumah ada di dalam data mahasiswa, ya. Jangan berpikir macam-macam."

"Kok tau?"

"Apa sih yang Jo gak tau?" Joni menaik turunkan alisnya. Selalu, Joni dan segala kepercaya diriannya.

"Au ah males banget. Ngapain sih ke rumah? Kan, nanti niatnya pulang pas mau gradu."

"Masa, kamu gak mau ngabarin udah lulus sidang?"

"Udah telepon, Mas."

Joni hanya tertawa dan kembali fokus pada jalanan. Sebentar lagi, mereka sampai di rumah orang tua Celine.

"Kamu gak kangen bunda? Ayah?" tanya Joni.

"Kangen, lah. Ih, kok ikut-ikutan panggil ayah bunda?"

"Calon mertua."

Celine memilih bungkam saat Joni dan kepercaya diriannya kembali. Ia malas meladeni kalau sudah begitu. Toh, ia juga pasti akan kalah. Gadis itu berjalan mendahului Joni menuju ke dalam rumahnya. Ia takut, orang tuanya akan terkejut karena ia pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu.

"Eh, Acel. Bunda pikir sampainya nanti." Sang bunda ternyata sudah menyambutnya di depan pintu.

"Bunda tau, Acel mau pulang?"

Seharusnya, Celine tidak bertanya. Karena, saat ia menoleh ke arah Joni, pria itu mencoba menyembunyikan tawanya.

"Ih, kalian kenal atau gimana, sih?" Celine menaikan nada bicaranya. Karena, di sini ia merasa seperti dirinya yang dibodohi dan tidak tahu apa-apa.

"Ya Tuhan. Acel baru pulang udah ngomel aja. Masuk dulu, kek. Ajak Jo tuh. Masa suruh berdiri begitu?"

Demi Neptunus. Bundanya sendiri memanggil Joni dengan panggilan Jo. Apa-apaan ini? Apa yang ia tak tahu?

Kali ini, Celine tidak bertanya lagi. Tetapi, malah menatap Joni tajam sebagai kode agar pria itu menjelaskan semuanya.

"Ih, jangan galak-galak, dong! Oke ngaku. Waktu itu, pernah ke sini. Cuma mau ngasih tau perkembangan kamu aja. Takutnya bunda sama ayah menekan kamu karena belum lulus."

"Dih ngapain? Padahal, ayah sama bunda gak gitu. Santai aja."

Bunda Celine yang baru datang dari arah dapur untuk mengambil minuman itu pun ikut menimpali perkataan Celine.

"Harusnya, kamu bangga, lho punya dosen pembimbing kayak Jo. Perhatian banget. Malah, sering laporan perkembangan kamu ke Bunda sama ayah."

"Itu namanya cepu, Bun. Ih males banget!"

"Ini ada apa? Ayah kok kayaknya denger suara ngomelnya princess Ayah?" Sang ayah yang baru turun dari lantai dua itu turut menyapa putrinya dan Joni.

"Ayaaah..." Celine tetaplah Celine meski usianya sudah menginjak dua puluh empat. Ia masih tetap bermanja dengan ayahnya.

"Duh, anak Ayah. Selamat, ya buat sidangnya."

"Ayah, Bunda. Jangan percaya sama Pak Joni. Dia tuh suka bohong!" Celine yang masih memeluk ayahnya itu pun menunjuk Joni yang tengah menyesal kopinya.

"Bohong? Kenapa? Jo, kamu bohongin Acel apa?"

"Oh, itu, Yah. Soal perusahaan. Dia yang kudet, dia yang nyalahin."

"Oalah. Dasar Acel. Masih aja gitu kelakuannya."

Celine semakin merasa tidak berada dalam keluarganya karena mereka ternyata lebih mengetahui tentang Joni daripada dirinya yang notabene mahasiswi bimbingan Joni yang tidak lulus-lulus.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top