Chapter 19
Celine hanya menemukan Joni yang dulu. Dosennya yang menyebalkan dan selalu menyuruhnya ini itu. Meneriakinya untuk mengerjakan skripsi. Mereka berdua seperti kembali menjadi dosen dan mahasiswa bimbingannya biasa. Tak ada Joni yang menggodanya. Saat memasuki ruangan pria itu, mereka hanya membahas tentang skripsi. Tidak ada yang lain. Bahkan, Celine juga tidak berani bertanya. Karena, memang urusan pribadi tidak boleh dibawa ke ranah pendidikan.
"Baik, selamat, Celine. Akhirnya, kamu sidang juga. Coba saja dari dulu, ya." Joni mengarahkan tangannya ke arah Celine untuk menjabat tangannya.
"Ah, iya, Pak. Terima kasih sudah sabar selama ini," balas Celine dengan formal juga.
"Kalau begitu, saya keluar duluan, ya. Silakan kamu beres-beres dulu."
Bahkan, Joni meninggalkan Celine di ruangannya. Pria itu tidak berniat membicarakan tentang siapa dirinya yang sebenarnya. Apa memang nasib percintaannya yang pertama ini harus berakhir semengenaskan ini? Kalau tahu akan seperti ini, rasanya Celine tidak ingin merasakannya sama sekali. Dan baginya, kini Kini tetaplah Joni yang selalu membuatnya kesal.
Tidak terprediksi, air matanya jatuh begitu saja. Membuat kertas yang semula diremasnya kini basah dengan air mata.
"Ayo, Cel. Jangan lemah, Cel. Masa lo nangis gara-gara beginian?" Gadis itu meninggalkan ruangan Joni dengan lesu.
***
Hari yang sangat menegangkan bagi Celine akhirnya tiba. Yaitu, sidang. Hari ini, seperti hidup dan matinya. Apalagi, akhir-akhir ini ia bukan hanya belajar, tapi juga memikirkan hubungannya dengan Joni yang entah bagaimana.
Pagi-pagi sekali, ia sudah menghubungi ayah bundanya untuk meminta restu dan doa agar diberi kelancaran selama sidang. Ia yang selalu malas sarapan juga kali ini menyempatkan diri. Tak lupa juga mengabari anak-anak PSK meski hanya lewat pesan dalam grup.
Setelah memastikan semuanya siap, Celine berangkat ke kampus dengan perasaan yang bercampur aduk. Meski begitu, ia tetap harus tenang dan mengingat apapun yang sudah dipersiapkannya.
Ia memeriksa pakaiannya berkali-kali di kamar mandi. Mencuci mukanya yang berkeringat meski cuaca tidak panas. Setelah itu, ia membubuhkan sedikit cussion agar wajahnya tampak lebih segar. Karena, sepuluh menit lagi ia harus memasuki ruang sidang.
"Fighting, Cel!" ucapnya.
Sebelumnya, ia sempat memeriksa ponselnya. Siapa tahu, Joni mengirimkan pesan kepadanya. Ya, sekedar kata penyemangat yang jujur saja ia harapkan itu. Tetapi, mungkin mereka hanya akan bertemu di ruang sidang.
"Celine Adeeva."
Panggilan namanya membuat gadis itu berdiri dan menarik napas dalam dan mengembuskannya cepat. Setelah berdoa, ia masuk ke ruang sidang dengan perasaan yang lebih tenang.
***
Celine baru membuka ponselnya setelah sidangnya selesai dan sukses. Tentu saja itu menjadi hal yang sangat membahagiakan baginya. Ia mendapati banyak semangat dari teman-temannya meskipun agak terlambat. Setelah itu, ia juga mengirimkan pesan lain. Mengabarkan kalau sidangnya berjalan dengan lancar.
"Huft, gila rasanya kayak gak napak di bumi."
"Mau digendong, gak?"
Gadis itu menoleh lemah ke arah suara yang sangat familiar baginya itu.
"Ada apa?" tanyanya singkat.
"Selamat, ya. Akhirnya setelah melewati banyak hal." Joni menepuk puncak kepala Celine pelan.
"Hmm."
"Ah, masih marah, ya?"
"Ya, menurut ngana?" tanya Celine sewot. Harusnya, ia langsung pulang saja tadi. Tidak duduk sendiri dan mengenaskan di taman seperti ini dan bertemu dengan Joni. Rasanya sangat menyebalkan.
"Ayo, pulang. Kamu harus istirahat. Lihat tuh matanya merah begitu. Tidur, besok aku jemput kamu pagi-pagi."
Joni menarik lengan Celine menuju mobilnya. Tentu saja tidak ada perlawanan kali ini karena ia terlalu lelah melewati hari ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top