Chapter 16

Celine tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi, ia juga enggan bertanya apapun. Gadis itu sibuk menetralkan detak jantungnya yang menggila karena ulah Joni. Ya, walaupun ia sendiri masih terus mencoba denial dengan apa yang dirasakannya.

"Saya capek banget, Cel. Gak tau lagi mesti gimana."

Entah keberanian dari mana, Celine kembali mengelus puncak kepala Joni. Mencoba menenangkan pria itu.

"Saya kemarin ke Dubai. Males banget sama papi."

Membiarkan pria itu terus bercerita. Yang belum jelas duduk permasalahannya.

"Padahal, papi sendiri pernah janji kalau saya bisa mengambil jalan hidup saya sendiri."

"Y-ya. Mungkin, itu yang terbaik buat Bapak." Celine mencoba memberikan komentar kali ini.

"Menurutmu begitu?"

Celine mengangguk pelan. Joni malah kembali meletakkan kepalanya di bahu gadis itu. Dan kali ini, malah mengendus lehernya sampai Celine merasa kegelian.

"P-pak..."

"Cel, kamu bisa gak jangan panggil saya Pak kalau cuma berdua. Kita ini bukan dosen dan mahasiswa sekarang."

"Nggak bisa, Pak. Saya--"

Joni menatap wajah Celine yang membuat gadis itu mati gaya dan tidak melanjutkan perkataannya.

"Ya Tuhan. Kapan sih, kamu peka sama perasaan saya?"

Celine mengernyitkan keningnya. Masih juga belum menangkap maksud pembicaraan Joni.

"Setahun lebih, lho. Kamu masih gak mau kasih ssya kesempatan? Padahal, saya masih bertahan jadi dosen karena kamu."

"M-maksud, Bapak?"

"Tolong, jangan Bapak, Cel."

Celine terdiam. Memikirkan apa panggilan lain selain Pak yang akan ia katakan kepada Joni. Tetapi, pria itu malah tampak semakin menuntut menatapnya. Kali ini, posisinya sudah duduk tegap dan tidak lagi memeluk Celine.

"Saya gak tau kenapa kamu masih tetap gak peka sama perasaan saya. Padahal, saya udah kode keras banget."

"Kode apa?" tanya Celine.

"Saya suka sama kamu, Cel. Ah, cinta. Iya. Saya cinta sama kamu. Kamu masih gak peka sama saya yang selalu mau dapat perhatian dari kamu selama ini?"

"S-saya gak tau. Gak ngerti. Saya gak tau gimana rasanya ada orang yang suka sama saya. Lagian, Bapak kenapa bikin saya sebel terus kalo Bapak suka sama saya?"

"Jangan Bapak lagi!" Joni mengecup bibir Celine kilat.

Tetapi, kali ini respon gadis itu tidak seperti sebelumnya.

"Saya suka lihat muka gemes kamu. Ah iya. Kalau kamu masih panggil saya Bapak, saya bakal cium kamu!" Nada bicaranya terdengar seperti mengancam.

"Ya Tuhan. Terus, saya harus panggil apa?" Celine tampak frustasi.

"Sayang."

"Nggak! Idih apaan? Cringe banget. Memangnya, saya sayang sama Bap-- em, Mas." Celine terpaksa memanggil mas karena takut dengan ancaman pria itu.

"Memangnya nggak?" Joni bertanya balik.

Celine terdiam. Sebenarnya, sejak pria itu menghilang, ia merasakan sesuatu yang lain. Ya, selain rasa ingin lulus dan cemas, ia juga merasa kehilangan Joni. Berapa pria itu selalu membuatnya jengkel dan tenang secara bersamaan. Ia takut. Ketakutan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Tetapi, ia sendiri tidak bisa mendefinisikannya.

"Nggak," balas Celine ragu.

"Kalau nggak. Kenapa kamu selalu cari saya setiap hari, hm?"

"Y-ya. Itu karena, saya butuh, kan. Saya gak mau skripsi saya terlantar."

"Tapi, kamu selalu cari saya setiap hari."

"Kok, Bapak tau?"

Celine yang sadar salah memanggil itu menutup mulutnya.

"Saya tahu semua."

Joni menarik tubuh Celine agar lebih merapat kepadanya. Bak sebuah sihir, Celine malah menatap wajah Joni yang semakin mendekat itu dengan detak jantung yang menggila.

"Saya gak mau kehilangan kamu. Tapi, saya gak bisa terus-terusan jadi dosen kamu. Saya pastikan kamu lulus tahun ini. Jangan khawatir."

Joni berbicara tepat di depan wajah Celine sampai gadis itu bisa merasakan embusan napas berbau mint itu dengan sangat dekat.

Setelah itu, Joni menyatukan kedua bibir mereka. Kali ini, tidak hanya menempel, pria itu memagut bibir Celine dengan lembut. Terus mencoba membuat gadis itu nyaman dengan perlakuannya.

"Hmm..." Celine mencoba mendorong bahu Joni.

Pria itu menatapnya heran sekaligus takut kalau Celine akan marah seperti kemarin-kemarin.

"Pak, jangan bikin saya jantungan, dong. Saya gak siap."

Joni tertawa mendengar itu. Ia paham dengan apa yang Celine rasakan. Hanya saja, gadis itu terlalu awam mengenai perasaannya sendiri. Padahal, Celine sendiri sering membuat adegan romantis dalam tulisannya.

"Jangan Bapak lagi. Kamu ini modus, ya?" kekeh Joni.






Ini apa miskah? 👀
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomlosedunia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top