Chapter 14
Sudah dua pertemuan, Joni tidak ada. Lebih parahnya, Celine sama sekali tidak bisa menghubungi sang dosen pembimbing. Ia sendiri tidak tahu harus mencarinya ke mana. Karena, ketika ia bertanya kepada dosen lain, hanya dijawab ada urusan. Entah, urusan sepenting apa yang membuat dosen itu mempertaruhkan kelulusan mahasiswanya.
Sebenarnya, memang bukan hanya Celine yang menjadi mahasiswa bimbingan Joni. Tetapi, yang lain memang adik tingkatnya dan tak ada yang memiliki jadwal yang sama dengannya. Ia juga sungkan untuk bertanya. Terlebih, ia hanya tahu namanya yabg menempel di dinding ruangan Joni. Tak tahu yang mana orangnya.
"Gue gak bisa lanjut bab terakhir kalo yang sebelumnya belum juga disetor. Nanti, kalo ada revisi di sana, gue mesti kerja ekstra. Huft!" Celine mengembuskan napas kasar.
Ke mana sebenarnya Joni itu? Dosennya itu juga tidak memberi tahu penggantian jadwal bimbingannya.
"Tau gini, gue mending streaming di kosan. Nambah-nambah viewers MV bujang ganteng. Buang-buang waktu aja. Ah, tapi kalo siang gini udah balik lagi ke kosan, males juga. Paling, ujung-ujungnya tidur." Celine bermonolog.
Sejak teman-temannya mendapat kesibukan lain, Celine menjadi lumayan sungkan kalau mengganggu mereka di jam-jam kerja seperti siang ini. Jadi, ia memilih untuk berjalan-jalan sendiri. Menghabiskan waktu sampai sore hari. Toh, ia juga tidak bisa melanjutkan skripsinya. Barangkali, jika sudah berjalan-jalan, ia bisa mendapat inspirasi untuk kembali menulis. Karena, terakhir kali ia melihat akun menulisnya, sudah banyak komentar yang memintanya untuk melanjutkan ceritanya yang terbengkalai karena skripsi.
Langkah kakinya membawanya ke pusat perbelanjaan. Lebih tepatnya toko buku. Sudah lama sekali ia tidak membeli barang kesukaannya itu. Sudah berapa lama ia terlewat karya-karya baru yang terbit.
Setelah mendapat apa yang diinginkannya, tujuan selanjutnya adalah makan. Karena, urusan perut juga memang tidak bisa dianggap sepele.
"Celine."
Gadis yang tengah berjalan sendiri sambil menenteng plastik putih berisi buku yang dibelinya itu pun menoleh ke arah orang yang memanggilnya.
"Lho, ketemu lagi. Calon mantu."
Celine tidak tahu harus berekspresi apa saat mendengar ucapan ibu Joni. Ya, lagi dan lagi ia bertemu dengan wanita paruh baya itu.
"Sendiri?" tanyanya.
"I-iya, Tante." Celine menjawab dengan ragu. Ia masih belum nyaman dengan panggilan tidak formal itu.
"Ah, kamu bisa temani saya?"
Sebelum Celine memberikan persetujuan, wanita paruh baya itu sudah mengapit lengannya dan membawanya ke butik. Seharusnya, Celine tidak terkejut saat melihat brand butik tersebut mengingat betapa mewah rumahnya. Ah, yang dipikirkannya sekarang adalah bundanya. Sudah cukup lama ia tidak bertemu sang bunda dan berbelanja bersama.
"Menurut kamu, saya lebih cocok pakai yang mana?" tanya mami Joni.
Celine menunjuk baju di tangan kanan wanita paruh baya tersebut. Memang, bundanya tak seeksentrik ini dalam hal berbusana.
Setelah mendapat pilihan Celine, tak ada komentar lain dan langsung membawa baju tersebut ke kasir. Celine cukup terkejut sebenarnya. Tetapi, ya biarlah, orang kaya bebas saja.
"Tante, saya--"
"Ah iya. Ayo pulang. Tante sudah dijemput."
Padahal, niat Celine adalah ingin pamit pulang terlebih dahulu. Tetapi, wanita paruh baya itu kembali mengamit lengannya.
"Tante, maaf kalau saya lancang."
"Iya, Cel. Kenapa?"
"I-ini, soal pak Joni. Beliau sudah seminggu ini tidak ada dan saya melewatkan dua jadwal bimbingan. Tapi, tidak ada konfirmasi apapun."
"Oh, iya. Aduh, anak itu lagi ngambek sama papinya. Jadi gitu deh. Kabur."
Celine membulatkan matanya saat mami Joni dengan santainya berkata kalau Joni kabur. Tak ada rasa was-was sama sekali di wajahnya.
Kabur ke...... Mana hayo?
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomlosedunia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top