Chapter 13

Meski Celine masih menghadapi skripsi menyebalkannya, ia tetap mengiyakan ajakan Arkan untuk berkumpul di rumah Candy. Dan di sinilah anak-anak PSK sekarang. Duduk mengelilingi snack yang di beli Arkan. Celine tengkurap, sambil menatap layar laptop miliknya. Sementara Candy rebah di punggung Celine sambil sibuk mengunyah.

"Ceritain, gimana pas lo kemarin ke sana?" Arka bertanya kepada Reya mengenai masalah Meera.

Memang tidak baik membicarakan teman yang tidak ada. Tetapi, ini bukan menceritakan hal buruknya. Arkan saja yang masih merasa tidak puas dan ingin mendengar secara langsung cerita tersebut dari mulut Reya yang ikut saat itu.

"Bukannya lo udah diceritain sama Candy sama Celine?" tanya Reya kesal. Memang, kadang semua sepakat kalau Arkan sebagai laki-laki satu-satunya cukup menyebalkan.

"Beda, kurang greget kalau nggak dari sumbernya langsung."

"Gila banget. Sumpah lo tuh bakal berasa hanya setitik noda kehidupan. Pas dateng tuh, gue sama Meera di jemput sama mobil iring-iringan. Gila, gila."

Reya kembali menceritakan semua kejadian yang masih terekam diingatannya. Sementara, Arkan menatap kagum, sesekali mengangguk sambil sibuk mengunyah. Hal yang sama Candy lakukan padahal dia sudah mendengar semua kemarin. Meera memang berada di level yang berbeda.

"Gue mikir ya dulu itu Meera di masa lalu menyelamatkan kerajaan dan umat manusia kali, ya? Hidupnya faedah banget. Nikah sama pangeran. Masa lalu gue jadi apa ya?" Arkan merengut. Padahal ia lelaki sendiri. Karena, jujur saja, di antara mereka semua, Meera lah yang memang paling sempurna. Cantik, pintar dan kini memiliki suami seorang pangeran.

"Dagang wajan di depan kerajaan Majapahit," celetuk Candy kemudian terkekeh geli.

"Kampret lo. Ya masa cowok seganteng gue dagang wajan?"

"Yeu, jijik ya, Kakak." Candy melempar snacknya pada Arkan. Namun, lelaki itu berhasil menerima lalu memasukkan ke dalam mulutnya. "Eh, terus lo tadi ke mana, Rey?"

"Makan siang sama temen," jawab Reya cepat. Sepertinya, ada bahan lain sekarang.

"Heleh, jalan sama cowok kan lo?" tanya Candy dan yang membuat wajah Reya memerah karena malu.

"Siapa?" Arka melirik Candy.

"Nggak tau gue, yang jelas kulitnya putih banget. Sipit kaya koko-koko gitu. Gue kaya pernah liat cuma lupa kapan."

"Jangan bilang lo jalan sama Yogi?"

"Iya, dia cuma Terima kasih karena gue mau ajarin dia bikin kue. Udah gitu doang."

"Hmm, dari yang gitu doang bisa jadi nggak sekedar doang." Celine yang sejak tadi hanya diam ikut menimpali.

"Lah, ada suaranya dia. Ke mana aja, Mbak?"

"Aish, nyebelin banget, Arkampret!" Celine mendengus sambil kembali menatap layar laptopnya.

"Berantem teroos!" Candy berucap kesal.

"Yeu, nggak berantem Bu. Cuma menyapa," sahut Arkan memberikan pembelaan.

Lagi-lagi, pikiran Celine meluas dan semakin berkecamuk. Satu-persatu sahabat-sahabatnya mulai membahas masalah percintaan. Sementara, ia masih tetap di sini. Menjadi mahasiswi yang tak kunjung lulus dan sama sekali tidak tahu tentang masalah percintaan. Semua yang ingin ia rasakan itu, hanya bisa ia tuangkan ke dalam tulisan-tulisannya.

"Cel, laptop lo mati, noh!" tunjuk Arkan ke arah layar laptop Celine yang tak lagi menyala karena sang empunya malah termenung.

"Eh, aduh iya." Celine segera menggeser kursornya agar hidup kembali.

"Lo kenapa malah bengong?" tanya Candy.

"Gak apa-apa. Gak penting juga." Celine menjawab ringan. Mungkin, mereka juga akan menganggap dirinya pusing dengan skripsi.

Padahal, di dalam hatinya, Celine berteriak, "YA TUHAN, KAPAN GUE UWU-UWUAN KAYAK ORANG-ORANG, SIH?"







Gas, Acel 🤭
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomlosedunia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top