Chapter 12
Setelah setahun lebih menjadi mahasiswi bimbingan Joni, rasanya hari ini adalah hari terberatnya menghadapi sang dosen. Kalau biasanya, hanya karena malas. Ini lebih dari itu. Rasa ingin menghindari pria itu kini semakin tinggi setelah kejadian malam itu.
Walau begitu, kalau ia terus menunda, ia tidak akan cepat lulus dan malah akan semakin lama berhadapan dengan Joni. Maka dari itu, hari ini ia tetap datang untuk bimbingan. Meski hatinya tidak karuan.
Celine mengetuk pintu ruangan sang dosen dengan cemas. Tak kunjung ada jawaban. Tetapi, ia tidak ingin masuk atau insiden melihat delapan roti sobek di perut Joni akan terulang kembali. Ia masih menunggu sang pemilik ruangan membuka pintu. Tetapi, hasilnya nihil. Joni tak kunjung membuka pintu ruangannya.
Sampai, "Kak, cari pak Joni, ya?"
"Eh, iya. Tapi, beliau gak keluar-keluar. Apa ada kelas?" tanya Celine pada laki-laki yang ia ketahui adik tingkatnya itu.
"Nah, itu dia, Kak. Pak Joni hari ini gak masuk."
Celine mengembuskan napas kasar. Rasanya lesu sekali mengingat perjuangan panjangnya. Kalau Joni tidak ada, ini akan semakin mengulur waktu lulusnya.
"Kalo sampe gue gak lulus juga tahun ini, pokoknya gue mau nuntut si Joni!" gerutu Celine di sepanjang koridor sampai membuat beberapa orang yang berada di sana menoleh.
Bukannya yang harus menghindar di sini itu Celine? Bukan Joni? Ah, tapi apa memang dosennya itu memang benar-benar menghindarinya? Bisa saja, kan ada urusan?
Ah, atau mungkin Joni balas dendam setelah insiden pengusiran yang dilakukan Celine pagi itu? Apa mungkin? Ya, pikiran Celine langsung tertuju ke sana. Ia takut kalau efeknya akan seperti ini.
"Gue telepon aja kali, ya. Di sini kan emang gue yang butuh." Celine mengeluarkan ponsel pintarnya dan mulai mencari kontak Joni dengan nama 'Dosen Nyebelin'.
Celine mencoba sampai tiga kali panggilan tapi tetap tak ada jawaban. Padahal, nomornya memang aktif.
"Ih, ini dia beneran dendam apa ya sama gue?" Celine mengacak rambutnya yang sebelumnya sudah dicepol rapi.
Namun, rasa frustasinya tersebut tak berlangsung lama karena Joni menghubunginya.
"Pak, Pak Joni gak masuk gara-gara saya? Aduh, Pak. Saya minta maaf yang soal kemarin itu. Pak, saya mau lulus cepet." Celine langsung berbicara tanpa memberi kesempatan Joni berbicara sedikitpun. Ia terlalu takut Joni memutus panggilannya.
"Cel, kamu sehat?" Pertanyaan terlontar dari Joni di seberang sana. Tidak lupa juga sebuah kekehan bisa Celine dengar di sana. Bagaimana tidak? Celine yang biasanya selalu keras kepala dan menentang Joni, kini bertingkah seperti sangat membutuhkan pria itu.
"Pak Joni jangan ketawa! Saya panik banget! Saya gak suka, ya diginiin! Bapak di mana?"
"Kamu ngerasa kehilangan saya, ya?" Joni masih saja mempermainkan Celine.
"Lebih tepatnya, saya gak mau kalau sampai gak lulus tahun ini, Pak! Bapak sendiri yang bilang, kan kalau urusan pribadi sama urusan perkuliahan harus dibedain?"
"Iya. Jadi?"
"Pak, tolong jangan bikin saya makin kesel, dong!"
"Bukannya kamu memang kesal dari tadi? Saya digas terus ini."
"Y-ya saya minta maaf, Pak. Lagian, Bapak ke mana, sih? Jangan kabur-kaburan dong sebelum saya benar-benar lulus. Saya butuh Bapak banget."
"Memangnya, kalau sudah lulus, kamu gak bakal butuh saya?" tanya Joni lagi entah untuk yang kesekian kalinya.
"YA NGGAK LAH! UDAH DEH SAYA GAK PUNYA WAKTU NGELADENIN PERTANYAAN BAPAK! SEKIAN!"
Celine menutup teleponnya sepihak setelah berteriak. Tak peduli dengan telinga Joni yang mungkin saja berdengung karena ia bicara terlalu keras.
Masih aja tsundere, Cel 🤭
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomlosedunia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top