Chapter 09
"Ya Tuhan. Apa yang tadi gue liat?" Celine terus menggeleng menghilangkan apa yang sempat dilihatnya tadi di ruangan Joni.
Meski bimbingannya lancar karena bab yang dikerjakannya sangat minim revisi, tapi ia sendiri malah tidak fokus dengan hal itu. Otak Celine merekam hal lain di sana. Bukan lagi skripsinya.
Dan kini, ia juga masih berguling-guling di atas tempat tidurnya.
"Nggak. Aduh jangan diinget-inget lagi, Cel. Yuk, bisa yuk!" Ia terus bermonolog.
Tetapi, meski sudah dicoba berkali-kali, ia tetap saja tidak bisa menghilangkan bayangan itu dari kepalanya.
"Inget, Cel. Itu Joni dosen nyebelin lo! Inget!" teriaknya tertahan.
Lagi dan lagi, semakin Celine mencoba melupakan itu semua, ia semakin mengingat bagaimana Joni saat ia berada di ruangannya tadi.
Lelaki itu hanya mengenakan celananya dengan handuk yang menyampir di bahunya. Tubuhnya terlihat masih setengah basah. Namun, bukan hanya itu yang menjadi pikiran Celine semakin kacau, ia bisa melihat pahatan sempurna di perut sang dosen. Ah, ini benar-benar membuatnya kehilangan akal.
"Bundaaa... Tolong Celine. Itu pak Joni beneran tapi kenapa kayak Johnny Suh?" pekiknya lagi.
"Oh my God. Ingat-ingat kalo dia nyebelin setengah mampus. Gak. Johnny ganteng dan baik hati gak kayak Joni!"
Ia harus mengingat betapa menyebalkan sang dosen agar bayangan delapan kotak di perut Joni itu hilang dari pikirannya.
Ia mulai mengingat kembali betapa santainya Joni mengenakan kemejanya yang tampak masih baru itu dihadapan Celine tanpa tahu malu. Dan tentu saja, itu sangat menyebalkan.
"Joni kek! Nathan kek! Pokoknya lo nyebelin! Gue mesti lulus sekarang! Jangan ada lagi Joni dalam kehidupan gue yang indah ini!"
Celine kembali berkutat dengan skripsinya yang hampir selesai.
***
Siapa yang tidak terkejut dengan panggilan mendadak dari Reya yang mengabarkan kalau sahabatnya itu kini tengah berada di London. Tepatnya Fortania. Untuk apa? Tentu ini yang sangat mengejutkan bagi Celine.
Video call kali ini dalam rangka pernikahan Meera dengan putra raja Fortania. Celine masih saja tidak menyangka dengan apa yang terjadi ini. Rasanya begitu cepat. Bahkan, saat Reya mengatakan ini merupakan agenda dadakan, ia merasa kalau ini semua hanya mimpi belaka.
Walau bagaimana pun, Celine tetap berdoa semoga Meera benar-benar menemukan jalan hidupnya. Dengan laki-laki yang tepat. Lebih tepatnya, Celine belum tahu seluk-beluknya.
Rasa penasaran tentang Meera itu membawanya tertidur sampai petang. Hari-hari lelah yang dihabiskannya untuk mengerjakan skripsi itu membuatnya terbiasa tertidur di manapun. Termasuk di lantai.
"Waduh, udah gelap aja." Celine membuka matanya. Kamarnya masih gelap karena ia mematikan lampunya ketika siang hari.
Gadis itu memegangi perutnya yang berbunyi. Ah, rupanya ia memang belum makan sejak siang tadi. Semua yang dilaluinya hari ini terlalu melelahkan.
Dengan mata yang masih mengantuk, Celine berjalan ke luar indekosnya. Berharap penjual makanan lewat atau menjajakan jualan mereka di dekat sana.
"Ah, nasi goreng." Gadis itu berjalan riang menuju penjual nasi goreng yang biasa ia beli ketika berkumpul bersama anak-anak PSK.
"Bang, satu ya. Makan di sini. Pedes."
"Dua, Bang. Punya dia ralat. Jangan terlalu pedas. Nanti sakit perut."
"Pak Joni?!" pekik Celine. Rasa kantuk yang masih bersarang itu langsung lenyap karena keterkejutannya.
"Jangan makan pedas-pedas." Joni menyerahkan sepiring nasi goreng ke arah Celine.
Meski hatinya dongkol, tapi ia tetap menerimanya. Lapar memang tidak bisa diajak kompromi.
Ngok. Hehe
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomlosedunia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top