Chapter 08

Celine, gadis pemalas yang tidak pernah memikirkan kelulusannya meski sahabat-sahabatnya terus mendesak itu kini berubah menjadi sangat ambisius dengan kelulusannya. Meski pikirannya masih bercabang pada kehamilan sang sahabat, Meera. Ia harus tetap fokus pada skripsinya yang hampir ia selesaikan.

Demi Neptunus, yang Celine lupakan sekarang adalah tulisan-tulisan tercintanya yang sebenarnya outlinenya sudah ia susun sedemikian rupa. Ada kekesalan tersendiri yang ia rasakan. Tetapi, ia harus menyelesaikan skripsi ini agar nanti bisa fokus bermalas-malasan sambil mengerjakan novelnya.

Hari ini, kembali jadwal bimbingan dan ia harus mengumpulkan kekuatan ekstra. Mengantisipasi tingkah menyebalkan sang dosen. Celine menutup matanya, mengatur napasnya agar stabil sebelum pergi mandi. Pokoknya, hari ini ia harus berhasil dengan dua bab hasil kerja kerasnya. Tak ada revisi-revisi karena ia sudah mengerjakannya sedetail mungkin sampai ke letak tanda baca.

Jujur saja, Celine itu kalau sudah rajin, ia bisa mengerjakan semuanya dengan sangat teliti dan apik. Tetapi, kemalasan memang mengalahkan segalanya. Seperti saat dirinya berada di semester-semester awal perkuliahan yang akan mengerjakan tugasnya saat deadline sudah tiba.

Karena, prinsip hidup Celine adalah, kalau bisa dilakukan saat deadline, kenapa harus buru-buru? Toh, hasilnya akan sama saja. Ya, hanya akan berdampak pada kantung matanya yang semakin menghitam saja dan tidak pernah ia pedulikan.

Celine dengan segala tekad dan niat baiknya berjalan santai menuju ruangan Joni. Tidak seperti biasanya yang selalu lesu dan lunglai saat akan melakukan bimbingan.

"Permisi." Celine mengetuk pintu kayu yang entah terkunci atau tidak itu. Ia tidak ingin masuk sebelum sang empunya mempersilakan.

Tak kunjung ada jawaban, Celine menghentakkan kakinya kesal. Semangat yang sudah dipupuknya sedemikian rupa itu kini perlahan terkikis.

"Si Joni kalo lagi dibutuhin ngilang! Pas gue sebel aja dia ada di mana-mana!" gerutu Celine dengan percaya dirinya karena di koridor ini sangatlah sepi. Jadi, tidak ada yang akan mendengarnya.

"Lho, kamu yang waktu itu ke rumah antar Nathan, kan?"

Celine langsung berbalik dan mendapati wanita paruh baya yang dipanggil mami oleh Joni tersebut.

"Em, eh, Maminya pak Joni." Gadis itu cukup ketakutan. Ia takut kalau ibu dari sang dosen itu mendengar gerutuannya.

"Kamu ada jadwal bimbingan, ya?"

Celine mengangguk dan bergeser. Karena, siapa tahu wanita paruh baya itu akan masuk ke dalam ruangan Joni.

"Ayo masuk. Jangan berdiri di sini. Nathan paling lagi di kamar mandi."

Gadis itu mengangguk dan ikut masuk ke ruangan Joni. Meski, ia sendiri dibuat terkejut dengan kehadiran mami Joni yang sepertinya sangat tahu apa yang dilakukan sang anak di ruangannya.

"Nathan!"

Tak ada jawaban sama sekali. Tetapi, ada bunyi air mengalir dari kamar mandi.

"Nathan sedang di kamar mandi. Dia suka menumpahkan kopi ke bajunya. Kebiasaan."

Wanita paruh baya itu bercerita tanpa diminta dan Celine hanya mengangguk saja.

"Kamu kayaknya pendiam sekali, ya, Celine."

"Ah, nggak juga, Bu. Saya--"

"Tante. Jangan panggil Ibu. Kamu ini masih muda tapi sudah pelupa."

Celine menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bukannya ia tidak ingat. Tetapi, rasanya sangat tidak sopan mengingat mereka tak sedekat itu.

"Mami, Nathan bilang jangan ke---"

Ucapan Joni terpotong saat melihat orang lain selain ibunya berada di ruangannya. Tentu saja, pria itu terkejut.

Tetapi, selain Joni, Celine juga cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya.





Lihat apa hayo? Wkwk
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomlosedunia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top