Chapter 05
Celine mengembuskan napasnya kasar. Menghadapi Joni memang selalu membuatnya kesal dan kehilangan kesabaran. Kalau saja ada yang menjual stok sabar, ia pasti akan membelinya setiap kali akan berhadapan dengan dosen pembimbingnya tersebut.
"Ampun, gue sampe lupa mau ketemuan sama anak-anak PSK." Celine menepuk dahinya dan hampir berlari sebelum tangannya dicekal oleh seseorang yang membuatnya mau tidak mau menoleh.
"PSK? Cel, saya--"
"Bapak Joni, apa lagi, sih? Aduh saya udah telat! Jangan mikir macam-macam. Lepasin tangan saya, Pak. Saya buru-buru. Saya harus ketemu temen-temen saya."
"PSK?" tanya Joni lagi.
Celine berdecak malas. Ia tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan semua itu kepada Joni yang tidak ada urusannya sama sekali dengan dirinya dan masalah penamaan PSK tersebut. Tetapi, cekalan tangan pria itu masih mengerat dan ia tidak bisa apa-apa sekarang.
"Oke. Saya jelasin nanti. Tapi, sekarang lepasin saya. Buru-buru banget ini!"
"Saya antar kamu."
Tanpa menunggu persetujuan Celine, Joni menarik lengan gadis itu menuju parkiran. Membukakan pintu mobil untuknya, dan melajukan mobilnya. Walaupun, pria itu tidak tahu ke mana arah tujuan Celine.
"Memang, Bapak tau saya mau ke mana?"
Joni hanya diam. Menandakan kalau ia hanya mau Celine menunjukkan alamatnya.
Dengan perasaan yang kesal, Celine menyebutkan tempat di mana ia akan bertemu geng PSKnya.
"Dah. Itu teman-teman saya. Dan kami orang baik-baik. Jangan salah fokus sama namanya. Terima kasih karena Bapak sudah repot-repot mau mengantar saya."
Celine langsung turun dari mobil Joni tanpa mendapat persetujuan dari sang dosen.
Di sana sudah ada Candy dan Reya yang menunggunya. Hanya tinggal Arkan dan Meera yang katanya teman lelaki satu-satunya itu menjemput Meera juga. Semenjak mengetahui tentang kehamilan sahabatnya itu, mereka semakin protektif saja. Dan lagi, Arkan sebagai lelaki satu-satunya harus paling bertanggung jawab di sana.
"Nah, ini orang dua dateng juga akhirnya." Celine menunjuk Meera dan Arkan yang baru saja datang.
Seperti biasa, mereka membicarakan banyak hal tidak penting meski pasa akhirnya mereka membicarakan mengenai kehamilan Meera.
Mereka juga berencana untuk melakukan kemah. Ya, hitung-hitung sebelum kandungan Meera membesar.
Di tengah percakapan mereka, tiba-tiba Meera bangkit dan menaruh kartunya di atas meja.
"Bayar pake kartu gue. Pinnya sama kayak dulu." Setelah mengatakan itu, Meera langsung pergi seperti menyusul seseorang yang tidak tahu itu siapa.
"Ini, kita pulang apa gimana?" tanya Celine kepada yang lain.
"Nggak. Gue mesti ke radio lagi."
"Gue ke kafe."
"Gue mau belanja bahan-bahan buat brownies."
Tak ada yang satu tujuan dengannya dan itu membuat Celine kesal sendiri. Dengan perasaan yang masih dongkol, ia berjalan lemah sambil menendang-nendang udara tidak jelas. Kalau ada orang yang melihat, ia pasti dianggap aneh.
Sampai, gerakannya terhenti saat bunyi klakson terus-menerus berbunyi.
"Berisik!" teriak Celine sebelum melihat mobil siapa yang mengklakson terus-menerus itu.
"Pak Joni! Ngapain lagi?"
"Ayo naik." Joni seperti menulikan pertanyaan gadis itu.
Sama keras kepalanya, Celine malah kembali berjalan di trotoar tanpa peduli dengan klakson yang semakin berisik tersebut.
"Pak Joni. Berisik! Malu sama orang!"
"Kamu juga teriak-teriak. Ayo naik. Nanti, marahnya di dalam mobil saya. Memangnya, kamu mau pulang jalan kaki?"
Celine menggeleng lemah dan menurut juga akhirnya.
Jangan lupa vote yaw!
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomlosedunia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top