Squishi

Merindu itu bukan virus, hanya rasa penasaran yang menggerogoti relung hati yang kosong.
.
.
.

Handaru duduk di sofa depan televisi. Matanya menyapu keadaan ruangan yang terlihat sunyi. Menghela napas berkali-kali, dia menyalakan televisi dengan posisi tidur. Mengamati acara memasak yang diikuti banyak orang, dia tidak tertarik. Bahkan selama ini dia tidak pernah memasak, membuat kopi saja tidak pernah. Menggantinya dengan saluran lain, semuanya monoton. Dia bosan. Memilih mematikan televisi, dia menyambar ponselnya di meja, membuka akun sosial media berbentuk kamer. Mengetikkan kata kunci di kolom pencarian. Kopi.

Banyak akun yang menyediakan bermacam-macam kopi, bahkan peminatnya juga banyak. Satu yang membuat dirinya tertarik, satu cangkir cappucino dengan latte art bergambar hati dan nama kafe yang tidak asing baginya. Kafe Senja.

Handaru bangkit dari tidur ayamnya, dia mencari tahu tentang akun yang mempunyai seribu lebih pengikut. Mengetuk beberapa foto yang ada di profilnya, nampak foto candid yang diambil saat pemilik akun sedang menjalani pekerjaannya meracik kopi. Mencari foto yang lain, dia menemukan foto candid pemilik akun yang sedang tertawa. Handaru menzoom foto itu. Dia kenal siapa pemilik akun itu. Candy. Gadis muda yang menawarinya kopi.

Handaru menghela napas panjang, dia kembali merebahkan tubuhnya ke sofa. Dia masih ingat bagaimana wajah gadis muda itu terluka mendengar pernyataannya itu. Tidak ingin menjalin hubungan dengan wanita lain. Seksasar itukah kalimat yang dia ucapkan? Tapi, setidaknya dia bisa sedikit memberi jarak antara bos dan karyawan.

Handaru memandang langit-langit apartemennya. Sudah lama sekali sejak perceraian itu terjadi, dirinya menghabiskan waktunya sendiri. Tidak berkomunikasi ataupun dekat dengan wanita lain, selain ibunya. Ah, hanya Candy. Dia wanita pertama yang pernah ngobrol bersamanya.

***

Hari sudah malam, beberapa karyawannya sudah pulang. Handaru memutuskan untuk keluar ruangannya. Langkahnya terhenti, kala mendengar suara nyanyian dari tempat barista kopi. Handaru berjalan mendekat, dia berhenti di dekat meja panjang penghubung antara karyawan dan pengunjung. Candy. Sekali lagi, itu Candy yang bernyanyi. Dia meracik kopi di dua gelas. Handaru dapat melihat bagaimana gadis muda itu tersenyum sangat manis.

"Candy?" sapa Handaru.

"Iya, Bos?"

Bos? Candy memanggil dirinya bos? Mengapa ada rasa ngilu mendengar Candy memanggil nama itu? Apa dia terlalu nymana dengan panggilan mas yang biasa Candy sematkan? Mungkin.

"Lagi ap?"

Candy tidak menjawab pertanyaan itu, dia mematikan mesin kopi dan berjalan ke arahnya dengan membawa dua gelas kopi. Memberikannya kepada Handaru satu.

"Untuk Bos, saya pamit pulang dulu." Candy berlalu begitu saja.

Handaru dapat melihat Candy berjalan ke arah selatan dari kafenya ini. Dia memandang gelas kopi dengan tulisan tangan dari Candy. Semangat mengejar cuan. Handaru terkekeh membacanya.

***

Candy duduk memperhatikan kotak kado yang ada di lokernya. Aidan dan Handaru duduk di depan Candy yang terlihat masam. Handaru mengambil kotak itu membuka isinya, dia terkejut luar biasa. Squishi berbentuk cangkir kopi.

"Punya kamu?" Candy mengangguk.

"Dapat lagi?" tanya Aidan.

"Iya, harusnya jangan squishi. Duit kek, kartu kredit tanpa limit gitu," ucap Candy disertai kekehan.

"Dasar matre!" balas Aidan.

"Ih, nggak papa dong Bang. Jaman sekarang butuh duit. Kalau nggak butuh duit, ngapain saya kerja di sini?"

Bang? Candy menyebut Aidan, bang? Ada apa ini?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top