Memories Handaru

Sekali itu menyakitkan, aku memilih pergi dari semuanya.
.
.

Mimpi adalah bunga mimpi yang tidak nyata. Semua orang mengalaminya, entah berapa lama durasi mimpi itu akan terhenti. Yang jelas, ketika kita bangun dari tidur, mimpi itu menghilang. Menyisakan sekeping kenangan yang susah untuk dicerna.

"Bukan konde gue!" teriak Candy.

Napasnya terengah-engah, dia duduk dan bersandar di dinding. Mimpi itu seakan nyata. Dia bermimpi bertemu dengan ibunya Handaru dalam keadaan yang memalukan. Sekali lagi Candy menghela napas panjang dan berat.

"Ya Allah, untung mimpi ini nggak nyata. Astaghfirullah." Candy mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

Memandang jam kecil yang terletak di nakas, jam empat pagi. Dia beranjak dari tempat tidur yang nyaman ini, tidak mungkin dia dapat tidur kembali. Dia merapikan tempat tidurnya dan memilih mencuci baju sebelum melaksanakan kewajibannya.

Pintu kamarnya diketuk dari luar. Candy melipat mukenanya lebih dulu sebelum membuka pintu kamarnya.

"Candy, lo udah bangun belum?" teriak seseorang dari luar. Candy membuka pintu itu dan memandang Celline yang tersenyum ke arahnya.

"Apa?"

"Gue butuh kopi, please banget bikinin dong. Gue bakalan masakin lo mi instan, kita sarapan di sini." Candy mengangguk.

Celline masuk dan menggunakan dapur Candy untuk memasak mi instan dua porsi. Untuk Candy tentunya yang pedas. Sedangkan Candy meracik kopi untuknya dan Celline. Semuanya telah siap, mereka memakannya bersama di depan televisi.

"Tumbenan lo jam segini udah bangun, Can?" Celline mengendus aroma sabun dari badan Candy. "Udah mandi lagi. Ada angin apa?"

"Angin puting beliung!" Celline terkekeh. "Eh, gue mimpi memalukan."

"Cerita gih, gue mau denger." Candy bercerita tentang mimpinya semalam yang bertemu dengan ibunya Handaru di restoran beserta adegan konde yang lepas.

Celline tertawa terbahak-bahak tanpa dosa. Bahkan dirinya sampai menggebrak meja kecil yang mereka gunakan untuk meletakkan piring mereka.

"Dasar nggak waras! Makanya buruan lulus."

"Gue begadang tahu, makanya gue ke tempat lo, butuh kopi," elak Celline.

"Dasar!"

***

Sikap Handaru masih sama padanya. Terbangun dinding yang memisahkan antara karyawan dan bos. Candy sadar diri atas hal itu. Dia hanya diam. Mungkin mereka bukan jodoh.

Candy berjalan ke sisi kasir, memberikan dua cangkir cappucino dan satu cangkir red velvet ke Yudha. Candy mengecek kembali pesanan latte art berbentuk beruang. Dia kembali ke tempatnya dan membuat pesanan.

"Can, ntar makan siang bareng yok! Emak gue tadi datang, dia bawain gue makanan lebih nih," ajak Yudha.

"Asik gratisan," seru Candy. Tangannya sibuk membuat kepala beruang di cangkir putih.

Handaru hanya diam menyaksikan bagaimana Candy berinteraksi dengan Yudha. Ada rasa aneh yang membuatnya seakan tak rela, jika Candy berdekatan dengan lelaki lain. Dia kembali ke ruangannya, mengecek segala laporan keuangan di kafe ini.

Matanya teralihkan pada bingkai foto pernikahan yang telah lama usai. Foto pernikahan sederhana antara dia dan Aulia, perempuan cantik yang dia cintai sejak kuliah. Mereka nekat menikah walaupun tanpa restu dari keluarganya.

Tujuh tahun yang lalu, dia mencintai Aulia. Dengan modal nekat, dia mengajak Aulia menikah. Dari sekian banyaknya gadis yang mengejarnya, hanya Aulialah yang berhasil membuat Handaru jatuh cinta. Dia mengajak Aulia pulang ke Jogjakarta, kampung halamannya. Meminta restu dari kedua orang tuanya beserta keluarga besarnya. Sayangnya ibu Handaru menolak Aulia. Dari segi penampilan yang selalu memakai pakaian terbuka dan sopan santun yang kurang bagi keluarga Handaru yang berdarah biru.

"Semuanya bisa berubah, Ibu. Tapi, saya tetap akan menikahi Aulia walaupun tanpa restu dari Ibu. Karena lelaki tidak perlu wali nikah." Putusnya saat itu.

Selang beberapa bulan saja, mereka menikah secara sederhana. Keluarga Handaru tidak ada yang datang. Bahkan saat Handaru membuka kafe bersama Aidan pun, mereka tidak ada. Seakan melupakan keberadaan Handaru.

Hingga seorang perempuan hadir di antara mereka berdua. Tsania, gadis keturunan Eropa yang menjadi titik masalah dalam rumah tangga mereka. Handaru tidak berselingkuh, dia terlalu mencintai Aulia. Tsania adalah mantan pacar Aulia.

"Aku mengajukan cerai, Daru," ucap Aulia.

"Apa masalahnya? Aku mencintaimu Aulia." Handaru mengusap punggung tangan Aulia lembut.

"Aku tidak pernah mencintaimu Daru, aku mencintai Tsania."

"Dia perempuan, Aulia. Sadarlah." Handaru menggenggam tangan Aulia erat.

"Aku sadar Daru. Sejak dulu kami memang memiliki hubungan. Aku ... lesbi."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top