Kang Mas Duda

Jika hati ini berkata cinta, mulut tidak dapat membohongi.

.
.
.

Candy memandang kamarnya yang seperti kapal pecah. Andaikan ada Meera, sahabatnya yang satu itu, pasti deretan omelan panjang bak kereta api akan bergema di kamar ini. Meera sangar berbalik dengan Candy. Meera cantik dan Candy buruk rupa. Meera pecinta kebersihan dan Candy orangnya malas. Meera penyuka musik rock dan Candy penyuka dangdut. Candy membereskan peralatan makannya yang belum dia cuci sejak kemarin sore. Sangat pemalas bukan.

Membersihkan kamarnya yang hanya berukuran 4x4 itu, dia berselonjor kaki. Lumayan menguras tenaga. Perutnya berbunyi, lebih baik dia menikmati makanan yang instan dari pada tidak makan sama sekali. Beranjak menuju dapur, gadis itu memulai ritualnya memasak mi instan. Memasukkam mi ke dalam panci yang berisi air, menunggu mi matang seperti menunggu doi yang tidak kunjung peka.

"Mi yang paling nggak enak tuh, mi rasa mantan solimi," kelakarnya.

Candy membuat es kopi susu sederhana. Hari ini dia malas untuk membuat kopi seperti biasanya. Duduk dengan khidmat di depan televisi, dia mencari berita tentang Lesllar. Pasangan yang paling romantis dan mampu membuat Candy iri. Kapan dia dapat calon pacar layaknya Rizky Billar. Tenang mimpi itu akan tercapai pada waktunya nanti. Kalau tidak ada yang mengganggunya bermimpi.

Candy memandang kembali jam dinding. Berjengit kaget, jam dinding menunjukkan pukul delapan lewat lima menit. Bodoh, jam kerjanya kurang dua puluh lima menit lagi. Candy segera menyambar celana jeans dan jaket hoodie berwarna hitam. Bahkan pintu kamarnya tidak dikunci. Candy berlari secepat yang dia bisa. Jangan sampai dia terlambat untuk masuk kerja. Malu sekali jika bosnya tahu. Berlari tanpa mengenal lelah.

Candy menabrak lelaki tinggi di depannya itu hingga dia yang terjungkal sendiri. Memandang lelaki di depannya dengan pandangan.yang terpukau, Candy benar-benar bersyukur dia bertemu dengan Handaru.

"Kamu kenapa?" tanya Handaru.

Candy benar-benar terpaku dengan wajah tampan Handaru. Pahatan wajah yang tercipta sangat sempurna. Benar-benar makhluk ciptaan Tuhan yang paling tampan. Tidak ada sejengkal kejelekan yang terpampang di wajahnya. Bisa dipastikan, jika ada sorot lampu yang sangat terang, wajahnya akan bersinar bagaikan bintang di langit.

"Kamu terlambat?" pertanyaan Handaru membuat Candy kembali ke mode nyata.

Bodoh! Ndelok wong ganteng ae lemah.

Candy berdiri dibantu oleh Handaru. Mengucapkan terima kasih layaknya seseorang yang mendapat pertolongan. Candy memilih pamit untuk segera berganti pakaian kerja. Jangan sampai image di depan Handaru jelek. Sangat tidak terpuji sekali.

***

"Candy? Nama kamu beneran Candy?" tanya Handaru.

Candy mengangguk sekilas, menampilkan senyuman manisnya. Candy memandang Handaru dengan tatapan yang benar-benar sulit diartikan. Jikalau ini berada di kartun, dipastikan akan keluar gambar hati di mata Candy saat ini.

Lope merah denyut-denyut buat mas Handaru.

Aidan duduk di samping Handaru. Mereka mulai membicarakan tentang bisnis yang telah berkembang dengan pesat. Candy yang sibuk membuat kopi itu, mencoba mendengarkan walau kurang mengerti sebenarnya. Membuat latte art bergambar teddy bear. Candy tersenyum saat hasil karyanya berhasil. Tidak lupa dia menjepretnya lebih dulu.

"Kita harus buat gebrakan yang benar-benar bisa menarik pelanggan Ru," ucap Aidan yang hanya diangguki oleh Handaru, "Tapi apa?"

Handaru menaikkan satu alisnya ke atas. Really? Aidan bertanya padanya tentang ini? Handaru kira, Aidan sudah benar-benar memikirkan caranya. Tanpa pikir panjang, Handaru menempeleng kepala Aidan.

"Gue kira loe emang beneran udah mikirin hal ini," sungut Handaru. Aidan hanya cengengesan.

Candy datang membawa dua cangkir kopi dengan latte art yang telah sukses dia buat tadi. Menghidangkannya untuk dua lelaki yang tengah berdebat.

"Latte art terbaru dari Adora Candy Keisha, silakan untuk dicicip Bapak-Bapak."

"Ini!" seru keduanya.

"Apaan sih, Pak. Kalau jantung cantik saya kaget gimana?" tanya Candy yang tidak kunjung mendapat respon.

"Ini adalah latte terbaru yang akan menjadi gebrakan untuk bulan ini," ucap Aidan yang diangguki oleh Handaru.

"Can, kalau latte art terbaru kamu ini sukses, saya akan beri bonus buat kamu." Handaru kembali menyeruput kopinya.

"Bonus cinta dari Bapak?" tanya Candy tanpa dosa.

Kedua lelaki itu terbatuk-batuk tiada henti. Gila saja Candy, dia benar-benar membuat mereka tersedak minuman manis ini. Handaru menatapnya tajam, yang ditatap hanya nyengir tanpa dosa. Menghela napas sejenak, dia meletakkan cangkir kopi yang dia pegang tadi.

"Saya, duda."

***

Saya duda

Saya duda

Saya duda

Masih terngiang jelas kalimat dari Handaru tadi siang di telinga Candy. Jadi Handaru mengakui jika dirinya duda. Oh my God, Candy bahkan tidak berpikir jauh.

"Gue tadi kunci pintu gak ya? Lupa," ucapnya saat memandang kunci kamar menempel di gagang pintu.

"Kang kopi, cari makanan, yuk!" ajak Celine.

Candy mengangguk dan memilih pergi, sebelumnya dia mengunci pintu kamarnya dan membawa kuncinya. Mereka menuju angkringan langganan penghuni kos. Menyantap nasi kucing dengan berbagai macam sate beraneka rasa. Tidak lupa, mereka juga membeli batagor dan jajan lainnya. Cukup untuk tidak menguras kantong.

"Bikinin gue kopi dong, Kang, ntar gue jadi semangat kerjain skripsi," pinta Celline.

"Kalau gak semangat, gue siap getok pala loe pakai sepatu Arka," ucap Candy.

Candy membuka pintu kamarnya, merasa tidak asing dengan sepatu yang tadi mereka bicarakan. Sepatu milik Arka, tapi ke mana pemilik sepatu ini, yang sudah mengacak-acak tempat tidur Candy. Menatanya kembali tanpa henti-hentinya dia mengomel layaknya ibu-ibu yang berdebat dengan tukang sayur. Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan wajah segar Arka.

"Kok loe ada di kamar Kang kopi?"

"Gue ngantuk, lagian kuncinya di luar, ya masuk aja tidur," ucapnya tanpa rasa bersalah.

"Makan tuh, gue beli jajanan tadi. Bentar gue buat kopi dulu." Candy berjalan menuju dapur kecil yang di ujung kamarnya.

Membuat kembali latte art simple ala Candy. Mereka mengobrol dengan santainya tanpa beban.

"Eh, gue kayaknya jatuh cinta, deh," ucap Candy menggantung.

"Sama siapa?" tanya keduanya antusias.

"Sama duda." Candy menutup telinganya.

"Hah?!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top