Hadiah tak bertuan

Mencintaimu itu mudah, yang susah itu mencintai kehidupanmu
.
.
.

Candy menyiapkan segala keperluannya sebelum berangkat kerja. Ingin tampil sedikit berbeda agar mudah untuk menarik perhatian si duda. Ah, duda? Membayangkan saja membuat jantung Candy berdegup kencang. Bukan kali pertama dia jatuh cinta, tapi merasakan euforia jatuh cinta itu yang membuat dirinya bahagia. Memakai switer berwarna pink dan rok span jeans. Dia juga menggerai rambut panjangnya agar terlihat berbeda kali ini. Memakai sepatu kets putih, dia keluar dan terkejut dengan sahabatnya yang sudah berkumpul.

"Nape?" tanya Candy.

"Noh, si Acel mau bolos," tunjuk Reya.

Candy berdecak sebal, selalu seperti ini. Dulu saat dirinya sudah semester delapan saja buru-buru lulus agar membahagiakan kedua orang tuanya. Tapi berbeda dengan Acel. Dia terlalu nyaman untuk menjadi seorang mahasiswi. Candy menggelengkan kepalanya pelan, cukup menasihati Acel, sedangkan yang dinasihati tidak ingin berubah.

"Dahlah, gue mau awet muda aja Rey, bhay sayangkuh," ucap Candy berlalu.

Dia memilih untuk berjalan kaki mengirit biaya transpot. Candy kembali berjalan, hingga suara klakson motor membuatnya berhenti. Motor milik Arkan bersama Arkan tentunya. Dia berhenti dan memandang Arkan yang melepas helmnya.

"Gue kira sape, ternyata elo?" Arkan hanya nyengir.

"Bareng gue nggak permen?" Candy menggeleng mendengar tawaran Arkan. "Nape?"

"Gue pakai rok betewe. Gue udah dandan cantik, nggak mau rambut gue yang cantik ini rusak karena angin." Candy mengibaskan rambutnya yang membuat Arkan memutar bola matanya malas.

"Tumbenan lo? Kesambet apaan? Ketan?" tanya Arkan. Tidak biasanya dia melihat sahabat super kucelnya ini berdandan rapi apalagi menggerai rambut panjangnya dengan indah.

"Kesambet cinta mas duda. Bhay, gue mau tepe-tepe sama mas duda." Candy berlalu begitu saja.

Arkan tertawa terbahak, dia memasang kembali helmnya dan melajukan motornya menuju tempat kerjanya. Waktunya sudah mepet untuk bekerja.

**

Candy duduk tercengang melihat sebuah kado yang Terbungkus rapi bertuliskan untuk Candy. Dia tidak buta, tidak juga amnesia. Jelas sekali tulisan besar bertinta hitam itu namanya. Candy.

Menyambar kado itu dan mengocoknya. Tidak ada suara sama sekali. Dia jadi takut ini bom.


Candy memilih berganti pakaian. Dia menguncir kuda rambutnya. Dia berjalan ke arah mesin kopi, melihat Handaru berdiri di sana.

"Bapak lagi curhat sama mesin?" tanya Candy.

Handaru tertawa. Baru kali ini ada perempuan seperti Candy. Dia hanya malu bertanya bagaimana menggunakan mesin kopi, tapi dia diam saja dan mengamati.

"Bapak mau kopi? Duduk aja, saya buatkan spesial pakai cinta," ucapan Candy membuat Handaru terdiam.

Apa tadi? Cinta? Kopi dengan cinta bagaimana rasanya? Kopi itu dengan gula bukan cinta. Dia memilih duduk dan menyaksikan bagaimana kelihaian Candy menggunakan mesin kopi dan membuat latte art berbentuk hati.

"Ini kopi pakai cinta dari saya," dengan senyuman manisnya di hadapan Handaru.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang melihatnya dengan hati yang terluka.

***

Mereka semua berhambur memeluk Meera dan sangat heboh, sehingga beberapa orang disana menatap mereka heran.

"Loe makin kurus aja Meer," ucap Arkana yang meneliti penampilan Meera.

"Iya, asli tadi gue sampe gak tanda sama loe." Meera menoyor kening Celin.

"By the way, gue udah ada janji sama orang marketing apartment siang ini. Kalian anterin gue ya."

"Kok anterin sih, kita baru ketemu Meer." Celin terlihat sedikit kesal.

"Lah terus maksud loe ?" Reya pun tidak mengerti.

"Iya, kan rumah nyokap gue masih disewakan sama orang. Dan gue harus letak ini tiga koper kemana ?" Meera bukan tidak ingin melepaskan rindu bersama sahabatnya hanya saja dia memang harus meletakkan semua barang-barangnya di apartement barunya.

Ingat, Meera adalah wanita yang teratur dan rapi.

"Ckckck...udah mendingan kita anterin Meera sekalian tungguin dia dapat kunci apartement baru dia. Habis itu kita buat party." usul Arkana.

"Eh jangan ... Meera gak boleh capek." Reya membuat teman-teman mereka menatapnya serius. Dan Meera sudah merapalkan doa.

"Kenapa Rey ? Biasa juga kita loncat sana-loncat sini kalau ketemu." Celin mulai aneh dengan Reya.

"Ya kan  Meera lagi hamil."

"APA !?"

"HAH !!?"

"SERIUS !!"

Meera menarik napasnya lelah dan Reya langsung memukul mulutnya sendiri.
Mereka semakin mempersempit jarak dan Meera mundur.

"Stop jangan tanya saat ini. Nanti gue jelasin, sekarang anterin gue." Meera lalu berjalan mendahului semua sahabatnya yang masih terkejut mengetahui kondisinya saat ini.

Reya menyusul Meera mengatakan maaf dan Meera hanya mengangguk.
Dia tahu pasti akan mengatakan kebenarannya kepada mereka semua, hanya saja waktunya tidak tepat.

"Meer serius nih maaf ya," ucap Reya dan Meera jengah mendengar sudah lima kali Reya mengatakan hal itu.

"Loe bilang maaf sekali lagi asli gue tampol." Reya mengerucutkan bibirnya dan yang lain pun menyusul mereka.

****

Reya mengemudikan mobil dan keadaan yang biasanya selalu ramai kini srolah mereka semua mengheningkan cipta.
Diam, tenang, bahkan hembusan napas hampir tidak terdengar di telinga Meera.

Meera yang duduk disebelah kursi pengemudi menoleh kebelakang menatap tiga sahabatnya itu juga melayangkan tatapan penuh tanda tanya.

"Ck, fine I'm pragnent."

"Loe bukannya gak punya pacar ? Selama ini loe bilang sama kita loe belum percaya diri buat punya pacar." Meera mengangguk sebelum menjawab pertanyaan Celin itu.

"Loe ikut pergaulan bule-bule disana ya ? Loe kan tau itu dosa Meer." Lagi Candy pun ikut mengomentari.

"Siapa yang hamilin loe ? Dia gak mau tanggung jawab ?! Ayo kita ke London, gue bakal kasih dia pelajaran."

Meera menelan susah payah ludahnya sendiri. Dia melirik Reya sekilas dan wanita itu tahu harus sedikit membantu Meera.

"Udah deh, kita bahas nanti aja pas udah di apartement Meera. Sabar dikit kali introgasi sahabat sendiri, kesian tu Meera. Dia juga jadi sedih kalian mikir yang enggak-enggak sama dia." Reya mengomeli mereka semua.

"Bukan gitu Re, kita kan hanya___,"

"Iya gue ngerti kok. Tapi nanti ya gue jelasin." Meera langsung membalik tubuhnya kembali lurus kedepan.

***

Semua urusan Meera pun selesai, setelah dua puluh menit menandatangi surat penyewaan apartement dia langsung diberikan kunci unit miliknya tersebut.

Dan karena Meera sudah tahu ke empat sahabatnya itu menunggu cerita darinya dia pun langsung duduk di sofa.
"Kalian gak mau gue pesenin makanan dulu ?"

"Setelah denger cerita loe baru kita makan dengan tenang." Meera mengangguk masih seolah dia tenang, padahal Meera sendiri tidak tahu kedepannya bagaimana.

"Gue hamil karena udah ngikutin hal bodoh. Gue ikut kencan buta yang dari aplikasi gitu kan, terus gue ketemuan ma tuh cowok dan kita juga masih manggil dengan nama inisial. Lalu yang gue ingat ke esokan paginya gue udah gak pakai apa pun dan cowok itu udah gak ada didalam kamar hotel yang sial nya juga gue gak tau. Siapa yang bawa gue kesana."

Meera sedikit terdiam saat kembali akan melanjutkan ceritanya. Dia tahu dirinya sangat tolol.

"Setelah satu hari mencoba mengingat, gue ingat potongan-potongan malam yang gue dan dia lewati. Dan memang gue enggak di paksa atau seolah diperkosa cowok itu, gue yang memang kayanya mabuk. Makanya gue gak terlalu ingat saat bangun. Dan gue gak rau cowok itu ada dimana."

"Loe gak tanya ke hotel tempat kalian melakukan itu." Celin bertanya.

"Udah, gue udah tanya tapi mereka bilang itu privasi. Dan cuma menyebutkan nama Mr.D."

"Gue juga coba datang ke cafe tempat gue ketemuan sama dia tapi dia gak pernah datang lagi kesana. Sampai akhirnya gue lihat dia semalam, dia lagi sama teman-temannya dan juga seorang wanita di Bank Of London. Gue gak berani buat bilang tapi setelah gue mengumpulkan keberanian dia malah udah pergi."

"Gila juga sih, loe baru lewatin satu malam dan langsung jadi," kata Candy ceplos. Arkana pun menoyor kepala Candy.

"Ya kalau satu malam tapi enam ronde apa gak hamil, loe ya kadang-kadang asal aja kalau ngomong."

"SAMA LOE JUGA !" Serentak Celin dan Reya memarahi Arkana.

"Jadi Meer, sekarang rencana loe gimana ?" Reya bertanya.

"Ya gak ada, gue hanya mau kembali kesini. Gue sadar gue udah lakuin dosa sekali dan gak bakal gue lakuin yang kedua kali. Mau orang bicara apa juga ini anak gue, darah daging gue. Gue udah siap nerima konsekuensinya."
Celin,Reya dan Candy memeluk Reya terharu. Arkana yang juga ikut terharu lalu menyusul memeluk mereka semua.

"Tapi Meer, saat anak loe lahir dia juga butuh status loh di mata hukum." Celin langsung mengingatkan.

"Iya gue paham, makanya gue lagi mikir gimana caranya nanti."

"Loe nikah aja sama Arka, terus cerai." Usul Candy membuat Arka yang disebut namanya langsung terdiam.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top