๐ป - ๐ฑ๐๐๐ ๐ณ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ณ๐๐๐๐
FALL HEAD OVER HEELS
๐๐๐๐๐ ๐พ๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ต๐๐๐๐๐๐๐๐๐
ใ Luke Pearce x Readerย ใ
Written by Callamelatte
ร
TEARS OF THEMIS ยฉMiHoYo. Limit.
ร
! WARNING !
-Slight Nsfw ( R 16+ )
- Might be OOC
- Common Plot
- Typos
ร
โ Then, How about we prove it? That
' love' between you and me. โ
๐ท๐ท๐ท
Bau Liquor yang menyengat, dentuman musik yang sangat keras, serta sorak-sorai keramaian pengunjung Bar sungguh mengusik ketenangan Wanita tersebut saat ini.
Dia memang pecandu alkohol, tetapi jika boleh memilih, ia akan meminum isi botol minuman keras tersebut di rumahnya yang memiliki suasana lebih tenang dan tidak seramai dalam Bar.ย Kepalanya yang sudah sedikit berdenyut efek samping dari tetes demi tetes wine, kini malah semakin bertambah akibat dari kebisingan sekitar.
Yah, kalau bukan karena Luke, [Name] sebenarnya tidak akan pernah mau mengunjungi tempat semacam ini.
Luke Pearce--Kekasih Wanita Itu--merupakan agen rahasia kelas kakap.ย Tugasnya sejenis mengintai para penjahat atau segala sesuatu yang merangkap hal tersebut, jadi tak heran jika pria berumur 24 tahun itu sering mengunjungi tempat sejenis Bar meski ia bukan tipikal orang yang suka minum-minum. Karena memang tempat sejenis inilah yang sering dijadikan sebagai sarang dari beberapa pelaku kejahatan.
Meski selalu bertindak profesional dalam melakukan segala tugasnya serta minim melakukan kesalahan, tak dipungkiri bahwa [Name] tetap khawatir dengan Luke. Apalagi sewaktu pagi tadi sebenarnya kesehatan pria itu sedang tidak dalam kondisi yang prima, tapi entah apa yang membuatnya bersikeras untuk mengemban tugasnya saat ini dan jujur, [Name] merasa sedikit kesal karenanya.
Hari ini tanggal 14 Februari, betul, hari Valentine. Hari yang di mana seharusnya ia dan Luke berkencan seharian, entah itu mengunjungi tempat-tempat wisata di Stellis, atau menonton Netflix lewat Home Theater di Rumah Luke, kemudian tak lupaย juga menyerahkan cokelatย yang telah ia siapkan jauh-jauh hari untukย kekasihnya tersebut.
Nyatanya? Semua rencana itu terpaksa dibatalkan akibat pekerjaan Luke. Bahkan [Name] belum sempat memberikan cokelat buatannya karena Pria itu terburu-buru pergi meninggalkan Rumah sejak siang.
Mau meluapkan amarah pun rasanya percuma, mengingat pekerjaan Luke memanglah pekerjaan yang sangat penting dan bisa datang di waktu-waktu yang tidak terduga. Jadi, yang hanya [Name] bisa lakukan ialah bersabar.
Perlu ditekankan, Kedatangannya ke Bar tempat Luke melaksanakan tugasnya malam ini bukan sebagai bentuk atas ketidaksabaran, melainkan khawatir, karena [Name] ingat dengan jelas bagaimana wajah pucat Luke pagi tadi dan situasi fatal bisa saja terjadi jika Luke memaksakan diri. [Name] hanya tidak mau sesuatu buruk terjadi di luar pengetahuannya, jadi iaย pun diam-diam meletakkan pelacak pada Mobil Luke.
Karena itu, di sinilah dia.
[Name] tidak tahu sampai kapan harus dia harus bertahan, dan dia sama sekali tidak ingat sudah berapa banyak tetes alkohol yang ia konsumsi untuk membunuh waktu sampai Luke menyelesaikan misi, mungkin 5 gelas? Ah tidak, 8 gelas? Entahlah.
Luke sendiri sejak berjam-jam yang lalu belum sama sekali memunculkan batang hidungnya, padahal [Name] sudah mengitari Bar sebanyak tiga kali untuk mencari keberadaan pria itu. Apa jangan-jangan Luke saat ini sedang menyamar menjadi seseorang? Atau karena saking padatnya tempat ini oleh manusia, [Name] sulit untuk menyadari sosok Luke? Apalagi penerangan tempat ini dapat terbilang temaram, hanya diterangi oleh lampu disko yang terus berkedap-kedip mengakibatkan pengelihatan [Name] semakin berkunang.
" Argh sudahlah, akan kucari lagi dia," Gerutu [Name]. Dia pun bangkit dari kursi Bar serta menarik tas selempangnya dari meja.
Dengan langkah terseok-seok, [Name] berupaya kembali untuk mengitari tempat bising tersebut sekali lagi. Walau sesungguhnya ia tidak terlalu yakin akan kuat berjalan karena kesadarannya semakin terkikis, tetapi hatinya akan lebih gundah jika ia tidak menemukan Luke.
Luke, kau di mana sebenarnya?
Ekor matanya terus menyapu dari sudut ke sudut, memandangi wajah yang tampak asing baginya satu per satu.
" Bukan... Dia juga bukan...., " Gumam [Name]. Suaranya serak, pelan nyaris seperti angin.
" Luke.. Luke...Luke..., " Tanpa disadari, Ia menyebutkan nama itu berkali-kali, namun suaranya tentu kalah dengan ombak sorakan manusia yang menari di atas lantai dansa.
"....Maaf, Saya tidak bisa minum, Nona. "
Sebuah suara yang familiar akhirnya tertangkap oleh telinga [Name].ย Perempuan itu menolehkan kepala, mengulas senyum lebar karena akhirnya menemukan apa yang dia cari, tapi senyumnya segera memudar pada detik selanjutnya ketika apa yang dia temukan sungguh di luar ekspetasi.
Benar, yang tengah duduk di salah satu sudut Bar itu adalah Luke Pearce, dalam balutan jas hitam formal dan rambut yang ditata dengan gel--membentuk gaya slicked back, membuatnya memiliki kesan lebih dewasa daripada tampilan kesehariannya. [Name] sangat mengenali paras tampan tersebut meski pandangannya sedang alih-alih mengabur.
Tetapi, siapakah wanita berpakaian seksi yang duduk di sebelahnya tersebut? Dia terlihat sengaja menempelkan dadanya pada lengan kekar milik Luke, sudah begitu ia terus mendekatkan wajahnya hingga hanya tersisa berapa inci saja yang membatasi mereka.
Luke tampak tak menolak untuk di dekati secara intens seperti itu, bahkan ia meletakkan tangannya pada bahu wanita tersebut. Pipinya merona kemerahan, entah memiliki makna apa dibaliknya dan [Name] pun merasa sama sekali tidak ingin tahu. Maka dia cepat-cepat berbalik, dan meninggalkan tempat menyesakkan itu sebelum hatinya meremuk lebih jauh.
Jadi ini kah 'misi' yang kau maksud, Detektif Pearce?
๐ท๐ท๐ท
" Aku pulang... "
Luke menghela napas panjang seiring membuka sepatunya di beranda. Seluruh badannya terasa remuk karena lelah, pikirannya turut kusut tak karuan.
Gagal, hari ini misinya gagal total.
Dia kehilangan jejak pelaku karena berkali-kali diganggu oleh beberapa wanita agresif di Bar,ย sudah begitu mereka juga sama sekali tidak tahu batasan privasi sertaย nyaris mencium bibir Luke.
Untung saja Luke memiliki refleks yang baik untuk menghindar secara cepat, dia benar-benar tidak ingin bibirnya disentuh oleh siapapun kecuali milik Wanita itu. Tidak hanya bibir saja, melainkan seluruh raga miliknyaย tersebut, hanya 'dia' yang boleh menyentuhnya, Wanita yang selama ini dicintai oleh Luke melebihi apapun.
"Tahu begini, seharusnya tadi aku menyamar jadi pelayan Bar saja, " Dengus Luke, kesal dengan dirinya sendiri karena tidak sempat terpikirkan ide tersebut sebelum-sebelumnya. Tapi apa daya? Nasi sudah menjadi bubur, jadi pada kesempatan berikutnya, ia bertekad untuk tidak mengulang kegagalannya kembali.
"Ngomong-ngomong suasananya kok sunyi sekali ya??" Gumam Luke heran. Saat ini masih jam sebelas malam, biasanya [Name] masih terjaga untuk menonton film, hanya saja sekarang tidak terdengar sama sekali suaraย dari televisi atau keberisikan apapun. Rumah Luke seolah kosongย tanpa tanda-tanda kehidupan.
Di mana [Name]? Apakah dia sudah tidur lebih dulu? Atau dia pulang ke apartemennya?
Luke sebenarnya merasa sangat bersalah,ย dia ingat betul [Name] selalu menantikan kencan mereka pada tanggal 14 Februari ini, mereka sudah merencanakan dengan making untuk jalan-jalan berdua ke berbagai tempat. Namun, karena pekerjaan dadakan dan sama sekali tidak bisa ditolak, Luke dengan berat hati memberi tahu [Name] untuk membatalkan rencana kencan dan menggantinya di hari yang lain.
Ini bukan kali pertama rencana kencan mereka batal karena pekerjaan, tetap saja, Luke tidak kuasa menatap raut [Name] tiap kali ia menyampaikan berita buruk tersebut. Meski [Name] selalu tersenyum dan mengatakan 'tidak apa-apa,' tapi kesedihan dan kekecewaan tetap tersampaikan lewat binar mata wanita tersebut. Lukeย sangat yakin dan dia selalu dihantui rasa bersalah karenanya.
Pokoknya besok aku harus membuatnya sangat bahagia. Niat Pria tersebut dalam hati. Dia merogoh ponsel untuk menghubungi [Name], namun gerakannya mendadak terhenti begitu dua manik Coral-nya menangkap sebuah figur yang tergeletak di atas lantai dekat dengan sofa ruang tengah.
" Astaga!!! [Name]!!! " Begituย menyadari siapa orang yang terbujur dengan posisi tengkurap itu, Luke langsung menghampirinya tanpa ragu.
" [Name]!! Oi, [Name]!!! Bertahanlah!!! " Luke panik bukan karuan, dia segera memangku [Name] dan menepuk-nepuk pipinya pelan.
Tak lama setelah itu, akhirnya sang Wanita merespon dengan mengerutkan keningnya dan mengerang pelan, membuat Luke bernapas lega.ย Pemuda tersebut juga mengecek dari ujung kaki hingga kepala [Name], tidak ditemukan luka apapun, bahkan goresan kecil sedikit saja.
Tapi...
Bukankah ini bau Alkohol? Apa [Name] baru minum-minum?.ย Pikir Luke. Dia segera mendongakkan kepalanya dan menyapu sekitar, tetapi tidak ditemukan sama sekali satu pun botol Alkohol di sana, baik itu di meja kopi ruang tengah maupun meja makan.
Dan [Name] tengah dalam balutan gaun hitam formal, seolah ia baru saja menghadiri sebuah pesta. Setahu Luke, [Name] tidak pernah bercerita akan menghadiri sebuah acara dalam waktu dekat ini, lantas baru darimana dia hingga berdandanย seperti itu?
"... Luke? Kau sudah pulang? "
Suara parau tersebut seketika mengalihkan perhatian Luke dan langsung tertuju kepada orang yang berada di pangkuannya tersebut.
" [Name]! " Panggilnya cemas, " Mengapa kau tiduran di sini? Kau bisa sakit! "
[Name] memutar bola matanya dengan malas, dia mendorong Luke untuk menjauh. "Pikirkan saja dirimu sendiri, " Ketusnya dingin. Tentu saja Luke syok karena mendapat perlakuan seperti itu.
[Name] marah? Tetapi mengapa?
Pria tersebut berusaha berpikir keras lagi untuk mencari alasannya, dia mencoba mengingat apa yang telah terjadi hari ini. Seingat Luke, terakhir kali mereka berjumpa, semua masih baik-baik saja.
Masa sih dia dendam karena perjanjian mereka batal? Tapi [Name] yang Luke kenal bukanlah tipikal orang yang seperti itu.
Jadi apa yang menjadi akar permasalahan ini?
"Urggh, " [Name] berusaha berdiri untuk menuju ke kamar, jalannya limbung tak karuan. Dunia terasa berputar, membuatnya sulitย ย berkonsentrasi menentukan yang mana jalan yang benar.
" Awas! " Sebelum bertubrukan dengan meja makan, Luke segera menarik wanita itu secepat kilat ke dalam dekapannya sehinga kepala [Name] membentur dada bidang Luke.
" Aw... "
"M-maaf, Kau tidak apa-apa?? "
"..... Parfum wanita. "
" Eh?? "
" Bajumu bau parfum wanita dan itu bukan parfumku, " Dengus [Name].ย " Jadi ini ya yang kau lakukan di misimu? Kau meninggalkan aku untuk wanita lain rupanya. "
" Bukan! Iniโ! " Luke mendadak kehilangan kata-katanya begitu mengingat kejadian tadi. Pipinya memerah karena malu mengingat sentuhan-sentuhan intens tersebut, padahal dia tidak ingin mengingatnya sama sekali. Terlebih, dia tidak menikmati semua paksaan dari mereka.
Sayangnya, dengan reaksi ambigu itu justru tidak akan membuat [Name] mengerti, dan salah paham ini kian membengkak.
".... Ternyata begitu... Yah, aku mengerti, kok. " [Name] membalikkan tubuhnya menjadi membelakangi Luke dan berjalan pergi. " Kalau kau bosan padaku katakan saja, aku akan segera pergi dari hadapanmu dengan cepat. Besok, aku akan segera mengemasi barang-barangku. "
Deg.
Hati kecil milik Luke terasa mencelus.
Dia masih tidak mengerti apa yang terjadi,ย tetapi kata-kata itu bagaikan sebuah tamparan keras bagi diri Pria tersebut.
Kalimat dingin semacam itu bukanlah kalimat yangย pernah ingin Luke dengar di dalam hidupnya, terlebih dari mulut [Name].
Bosan dengan [Name] ? Yang benar saja, bagaimana bisa Luke bosan kepadanya? kepada wanita yang telah membuatnya rela menyerahkan seluruh hidup demi kebahagiaannya? Wanita yang telah ia cintai selama 8 tahun โ ah tidak, bahkan 24 tahun lamanya, dan selalu menantikan hari dimana mereka dapat hidup berdua selamanya?
Bagaimana bisa Luke dapat melupakan semua perasaan itu dengan mudah dan rela melepas [Name] begitu saja?
Gyut.
Langkah [Name] terhenti ketika ia merasakan sebuah lengan melingkari tubuhnya dari belakang, merengkuh dengan erat tanpa ada tanda untuk melepas.
[Name] masih memunggungi Pria itu, tapi ia juga tidak menolak pelukan tersebut. Dia memilih diam.
" Maaf.. Maafkan aku.. " Suara Luke bergetar, begitupula dengan tubuhnya. " Maaf..Jangan tinggalkan aku... Kumohon Jangan tinggalkan aku, [Name]."
Keheningan terjalin di antara mereka, mungkin hanya suara napas memburu serta suara isak Luke yang terdengar. [Name] masih tidak bergeming, membuat Luke seolah akan kehilangan seluruh harapannya setelah ini.
Apakah semua benar-benar akan berakhir?
".... Kalau begitu katakan padaku dengan sungguh-sungguh, Raven. "ย
[ Name] berbalik,ย mendorong Luke ke sofa dengan cepat, menguncinya di sana.ย Dia duduk di atas paha Luke dan menatap tajam.
" Antara aku dan Wanita jalang itu, kau lebih suka yang mana, hm? " Lanjutnya dengan nada serius.
" Wa-wanita jalang? "
" Wanita murahan yang kau temui di Bar itu, apa kau menyukainya? "
Kening Luke mengernyit.
Bar? Bagaimana [Name] bisa tahu hari ini Luke pergi ke Bar? Seingatnya, dia belum memberi tahu [Name] tentang misi kali ini.ย
Seketika, Luke menyadari sesuatu.
Jangan-jangan...
" Tatap mataku jika kau benar-benar ingin memperbaiki semua ini, Tuan Pearce. " [Name] menarik dagu Luke yang otomatis membuat lamunan pria tersebut buyar dan kembali fokus kepadanya. " Jadi apa jawabanmu? "
" T-Tentu saja akuย lebih mencintai dirimu! Apa kau meragukan perasaan yang telah kupendam sejak 24 tahun yang lalu? "
"...... "
"Hanya kau yang kucintai [Name], sungguh... "
Lama kelamaan bibir wanita itu menaik, membentuk sebuah lengkungan tipis. Ibu jemarinya mengusap jejak air mata Luke yang masih sedikit tersisa di paras tampannya dengan lembut.
" Kalau begitu mari kita buktikan ucapanmu ya? " Ungkap [Name] riang. Tangannya kemudian secara cekatan melonggarkan dasi yang melilit pada leher Luke , lalu ia menanggalkan dua kancing kemeja atasnya sehingga kini dada bidang pria itu sedikit terlihat.
Setelah itu, [Name] meraih tas selempangnya yang terletak di atas meja kopi dan mengeluarkan sesuatu dari sana, sebuah kotak hadiah kecil berisi cokelat-cokelat hati berukuran mini yang telah ia siapkan untuk diberikan ke Luke hari ini.
[Name] mengambil salah satu cokelat hati mini tersebut, dan mendorongnya ke dalam bibir Luke.
" Mumpung Hari ini adalah Valentine, aku ingin bermain-main sedikit denganmu. Asalkan kau tahu, Aku selalu ingin mencoba ini hehehe, " Kekeh [Name].ย Ia mengelus pipi pria tersebut serta mendekatkan wajahnya sehingga nyaris tidak ada jarak di antara mereka. Luke bersumpah ia dapat merasakan hembusan nafas [Name] melewati wajahnya, dan mencium dengan jelas bau wine yang bercampur parfum floral dari diri Wanita tersebut.
" Ini adalah game menguji ketahanan. Selagi aku melakukan sesuatu kepadamu, kau harus tetap memakan cokelat itu dengan benar, mengerti? "
Luke mengangguk cepat, meski di sisi lain,ย sebenarnya dia dalam kebingungan yang tak berujung. Dia masih tidak tahu seperti apa detailnya game yang dimaksud [Name] meski sudah dijelaskan, dan dia masih belum menemukan titik terang perihal kejanggalan demi kejanggalan yang tengah terjadi.
Ditambah, [Name] yang biasanya memiliki pribadi tenang, telah berubah menjadi ganas dalam semalam. Sebenarnya apa yang terjadi?
Ah, iya, benar juga.
Luke baru teringat.
Dia kan sedang mabuk.
Bahwa ia nyaris melupakan fakta itu.
" Aku akan memulai. Ingat, tetaplah memakan cokelat itu, apapun yang terjadi."
[Name] mendekatkan wajahnya kepada leher Luke yang membuat jantung Pria tersebut seketika terhenti. Awalnya [Name] tidak melakukan apapun, hanya bernafas pelan di dekatnya, namun tetap memberikan sensasi merinding kepada Luke. Bahkan, Pria itu hampir saja menjatuhkan cokelatnya dari mulut.
Kalau begini caranya, bagaimana bisa Luke menghabiskan cokelat tersebut dengan cepat?
Tentu tidak hanya sampai situ saja, [Name] mulai mengecup Leher Luke yang semakin membuat tubuh pria itu menegang dan detak jantungnya semakin menjadi liar. Awalnya memang sekedar kecupan ringan, tetapi tak lama kemudian Wanita itu membuka mulutnya dan mengigit salah satu area leher Lelaki tersebut serta mengisapnya. Tidak cuman bagian leher saja, [Name] juga melakukannya di area lain di sekitar dada, pokoknya dia tidak akan berhenti sebelum Luke sukses menelan Cokelat itu dengan benar.
"A.. Ah..." Luke sempat melepas sebuah desahan kecil, tetapi dia cepat-cepat membekap mulutnya sendiri menggunakan tangan dan memejamkan mata. Karena jika ia membiarkan semuanya lepas, cokelat di dalam mulutnya tidak akan pernah habis, atau cokelat itu akan tidak sengaja melompatย keluar dari dalam sana.
Bagaimana jika [Name] marah lagi karena dia gagal menyelesaikan tantangan ini? Luke tidak mau hal itu terjadi, maka dia berusaha semaksimal mungkin untuk menguyah dan menelan cokelat hati tersebut.
Glup.
[Name] menyadari Luke sudah menelan cokelatnya, jadi ia menegakkan kembali punggungnya untuk memandangi wajah Luke yang kelelahan.
"Hahaha! Lihat wajahmu! " [Name] menangkup Wajah Luke seiring tertawa, " Merah sekali seperti kepiting rebus, bahkan telingamu juga! Sebegitunya kah kau mencintaiku? Sampai kau menuruti permintaan anehku sekalipun?"
Luke terengah, dia masih tak mampu bersuara, namun tetap memberikan jawaban lewat anggukan pelan. Untung saja jawaban tersebut sepertinya tetap memuaskan [Name].
" Haah...Aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu, Luke-ku,"ย Kedua lengan wanita itu melingkar pada leher Luke serta mendekapnya erat seiring menghela napas. ".... Akuย tidak ingin kau direbut siapapun, kau itu milikku, Luke. Milikku! Jangan pernah pergi, apalagi karena mencintai wanita lain. "
Meski nada bicaranya terdengar melantur karena masih di bawah pengaruh Alkohol, Luke tetap yakin kalau [Name] mengutarakan isi hatinya dengan sugguh-sungguh.
Dan dari sini Luke paham, bahwa dia dan [Name] memiliki rasa takut yang sama, yaitu rasa takut akan kehilangan satu sama lain.
" Jangan khawatir, Aku tidak akan berpaling kemanapun karena aku memang milikmu, [Name]. Selamanya aku milikmu dan aku tidak akan pergi,ย " Ucap Luke lembut seraya membalas pelukan tersebut.
".... Apakah kau berjanji? "
" Ya, aku berjanji. "
[Name] melebarkan senyuman, wajahnya kini sudah lebih tenang, dia tidak menatap sinis lagi atau berujar dengan Nada dingin. " Terima kasih.. Karena selalu bersamaku. "
" Harusnya aku yang berterima kasih padamu, "
Karena kau adalah gadis yang mengenalkan padaku apa itu 'Cinta. '
Dan aku sudah sangat yakin bahwa perasaan yang terpendam selama 24 Tahun ini tidak akan pernah berubah.
Aku akan mencintaimu selamanya.
" Yah, sebenernya aku masih ingin melanjutkan ke babak kedua, tapi kamu sepertinya lelah jadi akan ku bebaskan. "
" Tidak apa-apa, kok! Aku masih bisa menahannya kalau kau masih mau main. Tetapi ayo gantian, aku juga ingin mengujimu."
" Hmm? Sekarang kau menantangku? Oke, siapa takut??"
Asalkan bersamamu, aku tidak akan ragu untuk melakukan apapun.
โ E N D โ
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top