🐻 - 𝕰𝖙𝖍𝖊𝖗𝖊𝖆𝖑

— Ethereal
(adj.) Extremely delicate and light in a way that seems too perfect for this world.

— ✨ —

Disclaimer before you start reading :
1. This is a DEAD DOVE, DO NOT EAT.
2. This fic contains ; Murder, blood, mutilation, unhealthy obsession and cannibalism
3. Slight smut, not a presented smut.
4. This fic is presented for Lord leybosan
5. The character here is aged up to 18 years old.
6. Beidou belongs to Mihoyo Corporation, and Ashley sona’s here belongs to the person themself.
7. A Beidou x Presented Character, not x readers.
8. Once again, this is a DEAD DOVE, DO NOT EAT. You have been warned.

— ✨ —

Arona mulai menyembunyikan dirinya di ufuk barat semesta. Pemandangan terbaik untuk menyaksikannya berada di pelabuhan Liyue — yang juga ramai akan para orang-orang serta kapal di setiap sisinya. Pemandangan sibuk namun begitu memikat dengan caranya sendiri. Sudah berkali-kali ia berlabuh dan menetap di tempat-tempat yang ramai akan bisnis dan juga manusia. Tetapi, Liyue adalah tempat kesukaannya. Dengan elok rupawan kota di setiap sisi, juga menjadi topeng akan kebusukan di belakangnya. Namun Liyue adalah Liyue, di tempat ini Beidou menemukan banyak hal, dan yang paling utama ; bisnis.

Di tempat ini juga, ia bertemu dengan seseorang. Ketika Semesta mulai mewarnai dirinya dengan lapisan warna jingga dan kuning, pada saat itu juga sosoknya akan tiba. Surai hitam-merah yang sedikit berantakan, berjalan santai ke arah tempat kapal berlabuh sambil menenteng satu-dua jajanan pinggir jalan. Sudah beberapa kali ini ia melihatnya, berjalan ke ujung dermaga hanya untuk menatap Arona yang perlahan menghilang seolah ditelan semesta, dan swastamitanya menyinari satu kota. Pandangan itu seperti mahakarya indah dalam ingatannya. Bagaimana angin laut meniup rambut kemerahan dalam semilirnya. Bagaimana cahaya keemasan menyorot sosok indahnya. Beidou melihatnya seperti sebuah Ethereal.

Sosok yang begitu indah, begitu memikat, mahakarya paling sempurna dari Tuhan. Jika ditanya, apa ia telah jatuh hati? Maka mungkin Beidou akan menjawab Iya dengan spontan. Saking sempurnanya, saking indahnya, kadang ia hanya bisa menatap dan menahan nafas, merasakan pipinya sedikit terasa terbakar, dan dentuman liar pada dadanya.

Beidou tak ingat betul, apakah ia, atau sang empunya iris nayanika yang terlebih dahulu menghampiri. Ketika lagi-lagi sang Arona mulai menenggelamkan dirinya di balik selimut lautan luas, ia merasakan tepukan ringan pada pundaknya dan sapaan _halo_ singkat dari sosok di hadapannya. Begitu dekat jarak mereka, hingga Beidou dapat merasakan panas tubuh dari sang pujaan hati di hadapannya.

Ia memperkenalkan diri sebagai ‘Ash’ pendatang baru yang datang ke Liyue untuk melepas penat akan keseharian gila di tempat asalnya. Ia datang seorang diri, berbekal uang yang tak seberapa serta pakaian dalam jumlah kecil. Katanya, ia hanya akan bersinggah sebelum kembali pergi mencari tempat baru di antah-berantah. Ia hanya memiliki waktu singkat untuk bersinggah, karena itu Ash selalu pergi dengan cepat dari satu tempat ke tempat lainnya. Ia mirip seperti dirinya, yang tinggal di Kapal bersama ombang-ambing lautan. Yang membedakan hanyalah, Ash berdiri di panggung kosong seorang diri, tanpa ada pemain lain, seorang diri, dan nampak sepi.

Ia dengan lihai mengajak makan malam bersama, di satu tempat makan sederhana yang tak ada banyak tamu seperti lainnya. Mereka berdua bercengkrama, berbicara banyak hal mengenai dunia — yang sebenarnya hanya berupa celetuk seorang pemabuk — kemudian keduanya berpisah di tengah jalan. Iris arunika menatap punggung sang nayanika perlahan menghilang di telan padatnya kota Liyue. Lampu temaram menyinari jalannya kembali ke Pelabuhan, namun sang iris arunika tak pernah bisa melupakan malam itu. Bagaimana ia tak pernah bisa memejamkan mata, meski kantuk merayapi tubuh. Ia seperti orang gila, hanya berpikir mengenai sang Asmara Loka di bilik dengan lampu temaramnya.

— ✨ —

Sudah beberapa hari ini, Beidou dan Ash berjanji untuk bertemu di pelabuhan. Ketika arona menyelimuti dirinya dengan hitam cakrawala, saat itulah mereka saling menautkan tangan, bercengkrama, lalu kembali berpisah. Sebuah rutinitas sampingan yang tak pernah disadari, namun ia nikmati. Selalu saja Beidou menunggu, ketika alam mulai memanjakan diri dengan swastamita sang arona, maka dia akan berjalan keluar dari tempatnya menuju pelabuhan, untuk bertemu dengan sang nayanika. Kadang mereka berdua berjalan-jalan di padatnya jalan malam Liyue kemudian berakhir dengan saling bertukar lecup di atas matras kain dengan beribu perasaan tak pasti, hanya saling memuaskan ego lalu kembali bertingkah seperti hanya sekedar teman baru.

Malam ini pun sama, ia kembali memanjakan sang nayanika di bawah tubuhnya. Suara inkoheren tak tentu keluar dari bibir, namun dibungkam dengan lecup panas nan liar dengan decak suara saliva menggema di antara mereka. Nayanika jelaga sang ethereal menyala di bawah temaram cahaya rembulan yang menyusup masuk dari sela-sela jendela. Keringat membasahi kening, namun bagi Beidou itu adalah pemandangan indah, lukisan elok buatan seniman terhebat. Ia kembali , malam itu mereka habiskan dengan bersenggama tanpa berujar kata-kata.

— ✨ —

“Aku akan pergi lusa nanti,” — adalah ucapan yang pertama kali keluar di pagi selesai mereka membersihkan diri. Bekas saling bercumbu tak lagi nampak, jangankan bekas bercumbu, sekarang pun jarak terbentang di antaranya dan sang nayanika. Awalnya ia tak mengerti, mengapa jarak tiba-tiba memecah di antara mereka berdua,  namun kini semuanya jelas. Ia kini tahu mengapa sang nayanika menolak untuk bersama dengannya semenjak tadi. Ash hanya diam menatap ke arah pelabuhan, tubuhnya dibalut dengan selimut bersih dari rak pakaian di ujung ruangan. Iris jelaga terlihat kosong, tak seperti tempo hari dimana matanya terasa begitu menyenangkan untuk ditatap.

Beidou mengetukkan jarinya pada meja kecil di belakangnya. Iris arunika menatap seluruh ruangan kecuali sang nayanika. Setelah beberapa saat, Beidou akhirnya membuka suara, “Tidak inginkah kau tinggal?” — yang lebih menyerupai lirihan pedih. Sebenarnya memang benar itu adalah lirihannya, pedih pada hati layaknya dendam tak henti. Memang benar, Ash berkata kalau ia hanya berkelana dari satu kota ke kota lainnya demi melepas penat di tempat asalnya. Tapi, Beidou tidak pernah mengira kalau sang nayanika akan berpamit secepat ini. Tak bisa dihitung dengan angka pada kalender, melainkan angka pada jari tangan. Bahkan tak sampai seminggu Ash berada di Liyue. Rasa-rasa Beidou tak ingin berpisah. Jika ia bisa, ia akan menyerkap sang nayanika dalam genggamannya. Atau mungkin, memisahkan satu per satu bagian, hingga hanya tersisa badan dan kepala, agar sang nayanika tak lagi bisa berkelana.

Pikiran tak baiknya terhenti ketika ia rasakan tangan menggenggam wajah. Arunika bertemu Jelaga, kemudian cumbuan kembali ia rasakan. Tak ada rasa menggebu dalam cumbuannya, hanya ada rasa lembut yang mendayu. Beidou melingkarkan tangannya pada pinggang sang nayanika, menikmati rasa yang tertinggal pada bibir ranum Ash. Tak ada rasa gairah, hanya perasaan lempung pada cumbuan kali ini.

Ash melepaskan ciumannya, menatap iris arunika yang begitu ia sukai. Beidou pun begitu, menatap jelaga nayanika yang begitu ia cinta. Kening ia satukan, dan dalam bisik, Beidou kembali bertanya, “Tak inginkah kau tinggal?”

Saat itu, Ash menelan ludahnya kasar. Perlahan Ash membuka mulutnya, “Aku memang ingin tinggal….” lanturnya patah-patah, “Tapi aku harus pergi…. Aku tidak bisa ada disini.” Lanjutnya.

Beidou menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Ash. Menghirup aroma tubuh yang begitu ia cinta, aroma yang ia pakai untuk melepas gairah di malam pada bilik kamar temaramnya. Beidou tak ingin melepas, pun membiarkan Ash meninggalkannya. Ia sudah terlalu jatuh hati kepada si iris jelaga nayanika. Membayangkan hari-hari tanpanya seperti terombang-ambing dalam  arus ganas. Beidou tak menginginkan itu, maka, sekali lagi ia bertanya dengan suara tetap, “Tak inginkah kau tinggal?”

Bukan ancaman, bukan paksaan, ia hanya bertanya. Namun Ash menatapnya tak suka, Beidou tak mengerti, kenapa Ash dengan kasar melepaskan genggamannya. Ia tak mengerti, kenapa sang nayanika bertingkah begitu aneh. Padahal yang ia lakukan tadi hanya bertanya. Ia hanya bertanya, namun kenapa kini Ash melangkah keluar dari kamar sewaannya? Kenapa ia kembali ditinggalkan? Beidou tak bermaksud jahat. Ia hanya menghentikan Ash yang hendak keluar, namun dibalas dengan tatapan nyalang. Semua seperti berhenti berputar, dan Beidou tak bisa berpikir. Ia hanya ingat, tangannya kembali meraih sang nayanika, menjebak Ash di bawah tubuhnya. Dan tangannya mencekik leher di bawahnya, hingga menghasilkan bunyi patah mengerikan.

— ✨ —

Bagi Beidou, Ash adalah ethereal miliknya. Begitu memikat, begitu lembut, dengan elok memancarkan sinarnya, layaknya arona dengan swastamita yang selalu ia lihat saat bekerja. Ash adalah nayanikanya, Ash adalah hidupnya. Ia mencintai sang jelaga nayanika sepenuh hatinya. Ia akan rela membelah dadanya, memberi jantungnya kepada sang nayanika tercinta.

“Aku mencintaimu,” — adalah perkataan yang selalu ia ulang setiap harinya. Setiap malam, tangan akan ia letakkan di dadanya. Perkataan cinta selalu ia deklarasikan ulang layaknya mantra pada sosok Ash yang terpajang di bilik kamarnya. Tak ada lagi tangan pun kaki pada badan, tak ada lagi hati yang berdetak pada dadanya. Namun, bagi Beidou, Ash masih terlihat begitu indah pada matanya. Karena selamanya, Ash akan menjadi sosok paling mempesona, ethereal kekal pada hatinya.

“Aku mencintaimu,” Ulang Beidou sekali lagi pada tubuh tak bergerak di hadapannya.
Tangan ia letakkan di dadanya. Beidou tersenyum lebar, mengingat bagaimana kini hati mereka telah menyatu, meski ia harus susah-payah menelan rasa metalik daging dan jantung dengan detak lemah pada waktu itu. Namun, jika itu untuk sang nayanika tercinta maka Beidou akan rela melakukannya. Agar mereka tetap bersama, agar mereka tak terpisahkan. Agar sang jelaga nayanika menjadi seutuhnya milik ia seorang.

Karena Ash adalah ethereal miliknya. Ash tak pantas berada di genggaman lain selain dirinya. Karena cahaya ethereal miliknya ini, terlalu sempurna untuk dunia. Jadi biarlah, hanya dia yang memilikinya. Di dalam tubuhnya, bersama dengannya. Selama-lamanya.

F i n n.

Maya’s note  ;
Have a happy valentine. Share your heart to your beloved one, will you?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top