[19] : The Rendezvous of Angels
P.S : Check out Clementine in media :)
1. Kiera
Abaikan, abaikan, abaikan.
Aku terus mengulang kata-kata itu di otakku, dan pura-pura makan roti isi standar yang kubeli di kantin dengan serius.
Tak ada yang istimewa dari rotinya, jelas. Cuma roti isi cokelat yang biasa, yang bagian cokelatnya kubuangi sampai titik terakhir. Aku tak tahu pasti, tapi hari ini tampaknya intensitas pandangan-pandangan di balik punggungku ini jadi berlipat-lipat ganda.
"Yo, Kiera!"
Suara ceria itu sudah tak memerlukan kepastian lagi untuk kutahu siapa. Clay menjatuhkan diri ke sebelahku, dengan sekantung plastik yang berderak saat jatuh menghantam meja. Dua orang lainnya datang dengan lebih tenang, dimana Zula dengan anggun melangkahi kursi, dan Sofia masih dengan apel yang tinggal setengah.
"Mau?" tawar gadis berambut madu itu sambil membuka kantungnya. "Yang ini aja, ini enak." katanya sambil menjejalkan satu batang makanan ringan, lagi-lagi tanpa menunggu jawabanku.
"Clay," Zula berdeham, seperti mengingatkan sesuatu.
"Oh, ya, benar." Clementine dengan kikuk membalas, dan sedikit menjauh dengan tenang. "Kalau lo nggak mau--"
"Makasih." potongku dengan sedikit senyum kecil.
"Zula, Sofi, Clay," aku refleks menjauh sedikit saat seseorang tiba-tiba datang ke mejaku dan dengan akrab bertukar salam dengan tiga orang itu. "Oh, dan...Kiera? Jadi bener desas-desus yang gue denger ini, Zul?"
Cowok itu menatap Zula yang hanya menatapnya datar untuk meminta konfirmasi. Mataku diam-diam memperhatikan orang ini. Siapa? Entah. Pokoknya cowok, jangkung, dan memiliki lesung pipi setiap kali ia tersenyum. Wajahnya manis dan cenderung...uh, imut?
"Savio." Clay tampak agak bertambah dingin saat berhadapan dengan cowok ini. "Ada angin apa lo sebagai leader TLB mengunjungi para Angels yang hina ini?" tanyanya nyinyir.
Oh, jadi ini pemimpin kelompok yang namanya TLB itu?
"Whoa, jaga cakarmu sendiri, Clay." ucapnya manis, dengan senyuman kecil yang terkembang. "Gue cuma mau memastikan desas-desus yang beredar."
"Dan desas-desus apa tepatnya yang lo maksud--"
Mata gelapnya mengerling ke arahku. Senyumnya masih disana, ditambah lagi dengan kedipan kecil saat pandangan kami sedikit bertumbukkan.
Tiba-tiba tangannya meraih telapak tanganku tanpa izin, dan dengan formal membungkuk sedikit.
"Kiera Perdana, perkenalkan, gue Savio Andrew, leader TLB dan teman para pembuat onar--OW! Sofia, jangan kasar begitu," pemuda itu meringis sedikit, dan menahan sikut gadis berambut merah itu.
"Coba aja lagi, dan bukan cuma sikutannya Sofia yang bakal nyasar ke diri lo." Clay ikut menimpali, masih dengan sikap dinginnya.
"Cukup, semua. Clay, Sof, duduk. Dan Sav, dengan sukacita gue harus mengatakan kalau ini bukan urusan lo." Zula menengahi dengan tenang.
"Oh, tentu saja bukan, Zula Sayang." jawabnya mulus. "Tapi gue harus memastikan kabar burung yang beredar. Apalagi sebagai leader, gue harus memastikan apa benar ratu-ratu kecil ini akan bertam--Sofia, gue tahu lo mau nyikut gue lagi." ucapnya dengan sebelah tangan menahan siku Sofia. Matanya berkelip sedikit, lalu menatap Zula sebentar, dan langsung menoleh seakan sudah mendapat konfirmasi. "Oh, kalian sama sekali--"
"Nggak, Sav." Zula menengahi dengan tenang. "Lo bakal gue kabarin kalau kami udah memutuskan."
"Okelah. Dan, Kiera," tiba-tiba dia menoleh padaku, dengan senyuman manis yang terpasang di wajah. "Senang kenalan dengan lo." ucapnya sopan, bahkan menunduk dan mengecup punggung tanganku segala.
Whoa. Tipikal cowok gentleman yang sebenarnya player.
Aku mengelap tanganku di rok saat dia baru saja melepaskannya. Literally.
Cowok itu pasti melihatku melakukannya, tapi dia hanya tertawa, dan menoleh pada tiga orang lainnya.
"Dia sangat mirip kalian, Angels." senyumnya, yang benar-benar cerah, seperti Clay versi cowok. "Tatapannya datar mirip lo, Zul. Dan perilakunya--seenggaknya ke gue, mirip kayak lo Sofi."
Aku mengerut jengkel mendengar ke-sok-tahu-annya. "Ha. Kesimpulan yang--"
"Aha. Dan sarkastisnya mirip kayak lo, Clay." ujarnya memotongku, masih dengan senyuman mataharinya. "Gue nggak sabar ngeliat V.S yang baru."
Aku tak terlalu mendengarkan kata-katanya. Tapi kok rasanya aku pengen menabok senyum itu dari wajahnya, ya?
Aku sempat berpikir kalau senyuman cowok itu setipe dengan Clay. Tapi tidak juga. Aku tahu kalau senyuman Clay itu tulus, benar-benar tersenyum. Tapi kalau orang ini...entahlah. Rasanya ia seperti memaksakan senyum itu.
Sofia menatapnya dingin. "Menjijikkan. Lo udah punya pacar, tapi masih aja flirting dengan cewek lain."
"Oooh," cowok itu malah menggoda Sofia. Senyumnya tetal cerah, walau sekarang matanya tampak seperti sedikit geli. "Jadi si Kecil Sofia cemburu?"
"Ha, mimpi aja terus." balas gadis berambut merah itu ketus. "Udah sana pergi, ngapain lagi lo disini?"
"Okelah." orang itu--siapa tadi namanya? Oh ya, Savio, berdiri dan mengibaskan celana seragamnya. "Bye, Angels. Bye, Kiera." senyumnya manis. "Walau gue yakin, nggak lama lagi gue nggak perlu--OW!"
"Mending lo nggak usah banyak omong Sav, atau--"
"Oke. Oke." ujarnya sambil mengangkat kedua tangan. "Sampai ketemu nanti, Kiera."
Cowok itu melangkah dengan ringan di antara barisan meja-meja kantin. Langkahnya panjang-panjang dan amat percaya diri, sementara ia sibuk membalasi sapaan dan senyum dari seluruh penghuni sekolah.
"Apa dia selalu begitu?" tanyaku setelah Savio menjauh.
"Lo bakal terkejut kalau tahu, Kiera." jawab Zula netral, berbaremgan dengan Sofia.
Aku memperhatikan mereka bertukar pandang sejenak, seperti bicara dalam diam, sebelum Clay mencairkan suasana.
"Oke, kembali ke topik. Jadi tujuan kami ke sini adalah untuk mengundang lo secara khusus ke acara nanti sore." senyuman kecil Zula mengikuti kata-katanya.
"Acara ulang tahun V.S?" tanyaku tak percaya. Huh, aku belum RSVP karena tak tahu harus ke siapa. Menyenangkan sekali dapat undangan khusus.
"Ya. Dan, oh, oh!" Clay tiba-tiba kembali ke dirinya yang semangat. "Satu lagi, lo boleh ngajak Sera juga--"
"Clementine." tegur Zula dan Sofia bersamaan.
"Oh, oke, oke." gadis itu merajuk sedikit. "Gue cuma bercanda. Well, nggak juga sih."
Sofia memutar matanya, namun bibirnya melengkung membentuk senyuman. "Biar gue aja yang bilang," ucapnya sambil menatap dua orang lainnya.
"Silakan aja--" Zula mengangkat bahu.
"Nggak boleh!" larang Clay cepat. "Harus gue. Pokoknya gue!"
"Makanya fokus, Clay."
"Kan gue cuma iseng aja--"
"Ya, terserah kalian lah." sela Zula, sedikit masa bodo. "Bagi gue sama saja. Buruan, dua menit lagi bel masuk."
"Oke-oke!" Clay kembali menghadapku. "Jadi Kiera, selain pesta ulang tahun V.S, lo juga diundang ke acara khususnya."
"The Rendezvous of Angels." timpal Sofia. "Kita simpan penjelasannya nanti aja. Tapi selamat datang di V.S."
***
3. Jevon
Kabar burung menyebar secepat kilat di IHS.
Gosip yang sedang santer menyebar saat ini adalah, mengenai perekrutan anggota baru V.S.
Para biang onar itu, astaga. Dasar pencari perhatian.
Tadinya aku hendak tak peduli saja, namun seketika berubah pikiran saat tahu siapa yang akan direkrut.
Kiera Putri Perdana, si murid baru yang luar biasa dingin dan berwajah judes itu, tiba-tiba pagi ini ada di van yang sama dengan V.S. Mobil besar yang amat mencolok itu sudah jadi trademark-nya V.S. Dan lagipula, tak ada lagi orang yang memakai Volkswagen Combi berwarna oranye untuk pergi ke sekolah.
Perekrutan, pikirku muram sambil memijat-mijat pelipis dengan lelah.
Ini jadi mengingatkanku pada....
"Jev!" panggil gadis berambut cokelat itu. "Tebak coba." ujarnya dengan kikikan kecil.
"Tebak apa?" aku memutar tubuh ke arahnya, memberinya seluruh perhatianku tanpa terbelah.
"Ta-raa!" pekiknya sambil memamerkan pergelangan tangannya. Di tempat yang biasa hanya dililiti oleh jam tangan itu kali ini digelayuti benda lain. Sebuah gelang rajut, dengan satu inisial yang amat santer terdengar sejak hari pertama setelah MOS selesai. "V.S?"
Antusiasme Angie seketika mengempis saat mendengar nadaku yang negatif.
"Kenapa--"
"V.S? Si pembuat onar itu?" tanyaku tak percaya. "Sama sekali.bukan ide yang bagus Ang, buat bergaul sama mereka."
Aku yang ikut kelas akselerasi, tahun ini ikut dalam kegiatan MOS angkatan Angie. Dan ketiga orang yang menamai dirinya V.S itu, jelas bukan teman yang baik bagi Angie.
Coba. Tiga orang pertama yang masuk dalam kelompok tersangka*, padahal ketiganya masuk gerbang saja belum.
Pertama, si gadis pirang itu, siapa namanya? Oh ya, Clementine. Peraturan MOS tahun ini mengatakan tak boleh mengenakan sepatu dan segala macam aksesoris selain yang ditentukan. Tapi dengan santainya, gadis ini mengenakan sneakers-nya yang bermerek itu, dan ia langsung dapat poin penalti, terutama karena warna rambutnya yang bisa dikira dicat itu.
Lalu Lazuli Arnava. Kalau anak yang satu ini, ia sama sekali tak merasa perlu menujukkan sedikit respek pada kakak kelasnya. Sebaliknya, ia hanya menatap para PJ MOS dengan dingin, dan ini membuatku--a.k.a satu-satunya PJ yang tak terpengaruh dengan tatapan dinginnya itu, langsung mengirimnya ke kumpulan para terhukum.
Oh. Belum lagi saat kegiatan Jumat Bersih di hari terakhir MOS. Ini baru pertama kalinya di sepanjang sejarah, seorang murid benar-benar membawa si mbok-nya di rumah untuk bersih-bersih sekolah. Terdengar gila, tapi serius. Hanya si gadis Lazuli inilah yang benar-benar melakukannya.
Dan yang terakhir, si Sofia Adiwijaya ini. Rambutnya jelas-jelas dicat. Terutama karena rambutnya yang saat itu sebahu, memiliki ujung merah, padahal dari akar sampai ke batang rambutnya berwarna hitam.
Setelah hari pertama hukuman, ketiganya bukannya tobat, tapi malah menyatukan kekuatan. Bayangkan. Tiga individu pembuat onar saja sudah susah, kalau bersatu? Dalam waktu singkat, mereka berhasil mengumpulkan para pendukung, The Sisterhood, dan patner kriminal mereka, The Lost Boy.
Tahun itu jelas, jadi tahun MOS terburuk yang terjadi di IHS.
Dan apa-apaan perekrutan Angie ini?
Aku menggeleng sedikit, berusaha mengenyahkan pikiran yang entah kemana. Angie satu-satunya anggota rekrutan, dan gadis itu karena satu dan alasan lainnya, didepak dari V.S.
Ya, didepak.
Tak boleh ada kejadian yang sama, apalagi dengan Kiera yang tak tahu apa-apa.
Aku menghela napas pelahan-lahan, dan merogoh ponsel di dalam kantung. Aku mengirim beberapa pesan singkat, sebelum akhirnya bangkit dan menuju ke kelas.
Saatnya plan B.
***
(*) Kelompok tersangka adalah murid-murid dengan jumlah poin penalti paling banyak dari setiap kelas.
Hai-hai fellas! Duh, gue cuma pengen nyapa aja sih. OHIYA! Gue gambar Angie, dan dipost di Instagram loh :) ( https://www.instagram.com/p/_bcIL_LzhW/ )
Coba cek instagram gue, di bawah juga gua ada gambar Kiera :)
Regards,
-Ree
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top