Part 23
Hello berjumpa lagi dengan saya~
"sebenarnya! Apa yang mereka inginkan?"
"mereka? Berkuasa atas segalanya, melakukan apapun sesuka mereka. Dikerajaan ini semua bekerja sama namun disana rakyat mereka dijadikan budak dan tidak bisa keluar sekalipun dari sana"
"itu kejam"
"kau baru tau?"
"lalu kenapa tidak ada orang yang mencoba menyelamatkan mereka?"
"sudah berpuluh-puluh pahlawan dikirim dari sini untuk meruntuhkan kerajaan itu, tak satu pun yang bisa berhasil" Grecille menatap tajam Yuen "kau yakin bahwa kau bisa meruntuhkan mereka? Kau hanya 1"
"aku percaya" Yuen berkata dan menatapnya dengan bangga "kalau kalian tidak saling memercayai kapan kalian mendapatkan hal itu? Itu tujuan kalian bukan? Kebebasan! Dimana semua orang bisa bebas dari hal kejam dan keji itu" Yuen menatap bunga disekitar dan mengecupnya "kalau mau pasti bisa, kalau tidak percaya, tidak ada pengharapan"
"gadis pintar, kau berbeda. Kau hebat"
"terimakasih, simpan dua kata itu untuk Lyua"
Yuen mengikuti Grecille melangkah karena Grecille akan membawanya pulang kembali pada Yodias, dalam perjalanan Yuen bertanya suatu hal.
"Grecille, apa maksudmu dengan mawar beracun yang kau sebut tadi?"
"oh! Mawar beracun" katanya berbisik "dia adalah peri yang menjaga labirin ini, kalau ia merasa ada seseorang mendekat ia akan membuatmu berhalusinasi masuk kedalam permainannya. Permainan pikiran"
"wow!" katanya Yuen berbisik "peri itu seperti apa?"
"dia cantik, yang penting ciri khas darinya itu mawar"
"oh! Dan ada satu hal lagi" Yuen berbicara seperti biasa "bagaimana kau memberitau Yodias kalau aku disini? Seperti caramu mengatakan sesuatu padaku? Seperti telepati?"
"benar, seperti itulah. Aku anak dari dewan pengendali alam, aku bisa melakukannya"
"hebat, lalu.. apa kau tau apa yang bisa kulakukan? Aku anak dewan tertinggi. Aku belum tau kekuatan apa yang bisa kulakukan secara alami"
"kalau itu.." ia sedikit kebingungan bagaimana mengatakannya "apa.. diperbolehkan ya? Membicarakan masa kanak-kanak dewan tertinggi" gumam Grecille
"katakan saja! Lagipula aku anaknya" pinta Yuen.
"um.., sebenarnya masa kanak-kanaknya itu aku tidak tau karena aku lebih muda darinya dia lahir duluan. Aku hampir seumuran denganmu, aku hanya tau masa remajanya"
"bukan masalah, katakan apa yang kau tau"
Grecille berhenti berjalan "dia.. mengendalikan semuanya, kecuali kekuatan dari kerajaan sebelah. Tapi karena ia masih muda dan kekuatannya masih kacau, ia putus asa untuk mempelajari lebih banyak kekuatan. Ia menguasai beberapa kekuatan dari kerajaan ini"
"contohnya?"
"api, petir, air, tanah seperti batu dan tanah juga, dan angin. Itu yang ia kuasai tapi kau, sedikit berbeda" ia menatap Yuen heran.
"a-a-apa? Berbeda?"
"tidak ada salahnya dengan perbedaan Yuen.." katanya sambil menaruh tangannya dibahu Yuen "perbedaan bisa jadi kekuatanmu, aku lihat kau bisa mengendalikan petir dan api sebelumnya, benarkah?"
"hanya dua?" Yuen terkekeh "hei, aku baru menguasai 2 kekuatan dan umurku? Kira-kira 13"
"masih muda, jangan putus asa. Kau juga ahli berpedang, lalu apalagi?"
"entahlah, bagaimana cara menyebut kekuatan yang satu lagi. Seperti cahaya?" Yuen memandang kedua tangannya dan tangannya memancarkan sinar "mereka bisa melukai siapa pun jika aku mau"
Grecille terbelak, ia melangkah mundur dan sangat terkejut.
"jangan bilang itu sudah sejak awal kau miliki?"
"benar, memang sudah sejak awal. Ada yang salah?"
"tidak, tidak ada yang salah. Kau bisa mengendalikannya bukan?" Grecille menjauh dan mengangkat kedua tangannya setinggi lehernya
"a-apa ada yang salah? Tenanglah! Aku bisa mengendalikannya, semua aman!"
"okey, kelihatannya memang begitu" Grecille mendekat kembali dan menggandenga tangan Yuen "ayo, sebaiknya kau segera pulang"
Yuen menghempaskan tangan Grecille "apa yang salah dengan cahaya itu?! Apa yang salah dengan kekuatan itu?!"
Grecille menunduk, dan Yuen menerjangnya membuat nya jatuh.
"hei, hei!" Yodias yang terkejut akan kondisi disana langsung melerai keduanya Yodias menatap Grecille dengan tajam meminta penjelasan
"maaf, ini salahku. Ia hanya ingin penjelasan dariku"
"tentang apa?"
"kekuatannya" ia menatap Yodias lekat-lekat "cahaya itu! Cahaya! Bukankah seperti yang dikatakan?"
"tidak" Yodias mendorong Grecille "walau itu ada, putri Yuen tak bersalah. Kau tau ia bisa mengendalikannya"
"seperti yang dikatakan siapa? Ada apa dengan cahaya?" tanya Yuen tak sabar.
"biar Aetrus yang menjelaskannya" Yodias berkata pada Yuen.
"Yodias" Grecille berkata dengan nada rendah "berhati-hatilah, kekuatan itu bisa membunuh siapa pun"
"aku tidak akan melakukannya!" Yuen membentak "berhentilah membuat orang lain ketularan karena ketakutanmu! Aku bisa mengendalikannya dan tidak akan membunuh orang, tapi ada pengecualian jika orang itu jahat"
"Yodias.., kau bahkan tak mengerti? Aku mencoba menyelamatkanmu"
"tidak, mau kau selamatkan dia dari apa?" Yuen kembali ingin menerjang Grecille.
"tenanglah" Yodias menenangkan keduanya, dan beberapa saat kemudian
"maaf, tadi aku emosian karena ketakutanku. Yah aku memang lemah menghadapi emosi yang satu itu, takut"
"kau sudah dewasa tapi masih kurang tegar, aku bahkan tidak takut apapun" kata Yuen bangga "ini makanlah" Yuen menyodorkan kue
"kelemahanku cuma disana, selebihnya tidak ada"
"hei, kalau itu kelemahanmu kau sebaiknya tidak usah berpikir untuk takut akan apapun itu"
"aku tak mengerti" Grecille menonjok lengan Yuen pelan "kau anak kecil tapi pikiranmu berbeda dengan umurmu"
"kau lupa? Sebelum aku jadi manusia aku sudah hidup, artinya aku lebih tua darimu"
Grecille terkejut dan merenung sejenak "sepertinya benar juga, tapi apa mungkin saat kau bayi kau sudah bisa melakukan banyak hal?"
"tidak, potong saja umurku saat aku masih bayi. Coba hitung, sekarang aku umur 13 tahun lalu sebelumnya 4.. atau 5? Saat insiden itu berapa umurku?"
"tepatnya 4 tahun, jadi sekarang umurmu 17? Masih muda. Umurku sudah 328 dan Yodias 332"
"hei! Katamu beratus-ratus tahun yang lalu aku menghilang? Itu artinya aku bukan menghilang aku diubah menjadi manusia, lalu beratus-ratus tahun yang lalu itu tepatnya berapa?" Yuen bertanya pada keduanya
Keduanya berhenti menatap Yuen dan merenung, sangat lama. Yuen sampai bosan duduk disana.
"sulitkah mengingatnya?"
"bukannya sulit, hanya saja. Kami bingung mencari angka yang tepat untuk menggambarkan kapan tepatnya kau menghilang, mungkin 210?" kata Grecille.
Yodias menggeleng, ia mencoba mengingat buku-buku kuno yang ada pada zaman remajanya.
"sekitar 213"
"kau ingat?!" tanya Yuen
Yodias mengangguk "kalau tidak salah"
"jadi.. 230 umurku yang asli?" Yuen bingung "kalau umurku sekarang 17 tahun maka selama 213 tahun itu aku dimana?"
"kami tidak tau, itulah yang kami pikirkan dari tadi" Grecille berdiri dan mengambil 3 gelas untuk diisi "tapi itu tidak penting, bisa saja kau tidak hidup selama 213 tahun lalu baru dilahirkan kembali ditahun 213 tahun. Mengerti?"
"kurang"
"maksudku.." kesulitan mencari kata-kata untuk menjelaskan "um.., seperti hiatus selama 213 tahun lalu muncul dibumi setelah hiatusmu yang panjang itu"
"lumayan, tapi aku.." Yuen mengacak-acak rambutnya dan meniupi salah satu helaian rambut didepan matanya "sudahlah! Ini terlalu membingungkan. Umurku 17 tahun titik"
"tidak titik, kau masih terlihat seperti boneka. Tunggu sampai Hacky melihatmu" Grecille tertawa terbahak-bahak hingga ia mengikat perutnya dengan kedua tangannya.
Yuen menatap Yodias dengan alis terangkat sebelah, dan Yodias hanya menaikkan kedua bahunya.
"hei! Ini tidak adil, siapa Hacky? Kenapa memangnya jika dia melihatku?"
"dia laki-laki pecinta 'fashion' ia menyulap semua gadis yang menurutnya cantik dan imut menjadi sangat.." Grecille menggerakkan tangannya tak beraturan "aneh, tapi menurutnya itu sangat indah. Ia melihatmu? Boneka berjalan akan ada diatas panggung Emy segera"
"kurang mengerti, tapi yang artinya Hacky itu berbahaya?"
"untuk wanita, tapi tenang saja. Jika ada laki-laki disekitarmu dia tak akan berani mendekatimu"
"kenapa?"
"laki-laki selalu membantu perempuan bukan? Dan kurasa bukan selalu tapi harus, terkecuali untuk kejahatan itu harus. Lagipula Hacky adalah panggilanku pada Hackrilion, itu nama aslinya. Cukup keren dan aneh, tapi aslinya bukan seperti yang kau bayangkan"
"terserah padamu, aku sulit mendekati laki-laki. Sensitif, ya aku sensitif. Tapi jangan taruh kata itu dalam pertarungan atau peperangan, lebih dari sekedar sentuhan bahkan terjadi saat peperangan. Tapi jangan khawatir aku tak berniat dengan laki-laki mana pun"
"oh.., jangan tersinggung Yodias. Dia tidak membenci laki-laki, dia hanya sensitif"
Yodias terlihat sedang tertunduk, sepertinya ia sedang tertidur. Kedua gadis itu pun tertawa geli.
------
Setelah Yodias berangkat dari tempat yatim piatu itu dan menyadari ada yang aneh dengan Yuen, Yuen bersikap aneh selama perjalanan. Dan akhirnya Yodias menggunakan beberapa mantra dan mantra itu bereaksi, artinya Yuen yang sedang bersamanya bukan orang asli melainkan sebuah boneka.
"bagus.., aku bisa pergi sekarang" kata Yuen sambil melesat dengan cepat. "tujuan :kerajaan sebelah, untuk memata-matai. Setidaknya aku dapat beberapa informasi sebelum benar-benar menyerang mereka"
"gawat" Yodias berbalik dan menggunakan kekuatannya untuk terbang mencari Yuen.
Yuen sampai di bagian timur kerajaan yang artinya Yuen sedang mengendap-endap. Yuen merasa sedikit khawatir bahwa ia tak akan bisa keluar dari sini jika tertangkap. Yuen mengawasi kerajaan dalam dari luar, untungnya ia bisa memanfaatkan kekuatannya disini sebagai teropong.
"wah.., gadis cantik. Mirip aku" ia berpikir sejenak "itu Lyua?.. bersama pangeran..Altro"
Seseorang membekap mulutnya dan membawanya jauh.
"sudah ingat? Sekarang kita pergi"
"hei! Aku butuh informasi lagi, dan.. dan apa yg Lyua lakukan disana?"
"... kau akan tau"
Sesaat kemudian Yuen terasa sangat ngantuk dan akhirnya tertidur. Tak lama setelah meninggalkan kerajaan sebelah Yodias mendapat masalah lagi, badai salju melanda lagi. 3 jam menunggu akhirnya mereda juga, Yodias kembali berangkat dan kali ini Yuen tidak tertidur lagi.
"ah! Segarnya! Oh ya, perjalanan sudah berapa jauh?"
"2km dari kerajaan sebelah"
"jadi.. sisanya.. masih jauh" Yuen melemas
Yodias mendorong Yuen mundur hingga ia terjatuh, tampaknya Yodias sedang menggunakan kekuatannya untuk menghadang seseorang diluar sana. Yuen tampak sedikit bingung karena biasanya Yodias tidak akan menggunakan kekuatannya saat bertemu dengan musuh yang mudah.
"siapa mereka?!" Yuen bertanya pada Yodias namun Yodias tidak menjawab "baiklah biar aku yang tangani, Yodias kau mundurlah" Yuen memerintah sambil memegang bahu Yodias.
"..." walau Yodias tidak mau ia dipaksa untuk mundur.
Dan 5 menit lewat.
"dari mana mereka datang? Siapa mereka?"
Yodias hanya mengangkat kedua bahunya 'tidak tau'. Yuen sedikit kesal karena mereka sepertinya anggota dari orang yang memotong rambutnya. Tanpa bicara lagi Yuen berangkat. Setelah akhirnya sampai, dengan badan lemas Yuen melempar dirinya disofa ruang tamu.
"a-a, tuan putri.. apa anda baik-baik saja?" tanya seorang pelayan yang kebetulan lewat "ahh bagaimana ini? Dia pucat.." bisiknya ke pelayan satu lagi
"tu-tuan putri.." pelayan kedua tampak sangat khawatir
Yodias yang menyusul dari gerbang depan masuk kedalam ruang tamu, ia berkata sambil lalu.
"bawa dia ketaman"
"ta-taman?!" keduanya terbingung-bingung "baiklah" keduanya pun setuju.
Sesampai kedua pelayan itu ditaman sambil menggotong putrinya, mereka berdua meletakkan Yuen dibangku dekat sebuah piano besar yang berada ditengah taman. Ketika Yuen menatap piano itu dengan lemas ia akhirnya mengingat sesuatu, namun tampaknya buram dan tak jelas.
"apa.. dulunya aku pernah kemari? Untuk piano itu?"
Kedua pelayan itu saling menatap satu sama lain
"bukan untuk piano itu, tapi untuk pangeran"
"pangeran? Tolong jelaskan dengan jelas"
"anda punya seorang kakak laki-laki dan dia adalah pangeran, dia selalu datang kemari bermain bersama dengan tuan putri. Putri Yuen dan Lyua sangat senang ketika mendengar alunan musik dari piano tersebut, pangeran memang pandai memainkannya" jelas pelayan kedua.
"tunggu dulu" Yuen menghentikan "aku dan Lyua punya kakak? Siapa dia?"
Keduanya kembali bertatapan
"namanya...-" pelayan itu terlihat ragu-ragu.
"Kalian pergilah sambung tugas kalian" potong seseorang dari balik pintu masuk taman.
"dia anak adopsi dari raja"
"jadi.. dewan tertinggi dipanggil raja sedangkan dewan tengah dan bawah, mereka dipanggil apa?"
"raja kecil? Mungkin"
"siapa kakak ku?, apa mungkin.. kamu?"
"bukan" jawab Yodias cepat "dia menghilang ketika berusaha menolong Lyua"
"semuanya jadi begini karena aku"
"kau baru datang kemari, bagaimana mungkin ini salahmu?"
"mungkin benar katamu, kalau begitu kita berangkat besok!"
Yodias hanya diam dan menunggu Yuen berkata lagi, namun Yuen hanya terdiam setelah berbicara tadi. Yodias pergi kearah piano, tepatnya berada di tengah taman. Yodias tampak berpikir, ia mengelus piano itu.
"kau bisa memainkannya?" tanya Yuen mendekat.
Yodias tersenyum hangat "berdirilah dibawah pohon itu"
"pohon sakura" gumam Yuen "baiklah" Yuen melangkah pergi.
Yodias mulai menekan batang putih kemudian hitam dan putih lagi. Melodinya sangat menyentuh, tak lama pohon-pohon sakuran yang berada disekeliling Yuen semuanya menjatuhkan daun bunganya. Angin bertiup sepoi-sepoi membawa daun sakura itu mengelilingi Yuen.
Yuen tampak terkejut dengan permainan Yodias, tak lama kemudian Yodias pun berhenti bermain.
"habis?" Yuen bertanya.
"ya"
"apa..apa piano itu bisa menggerakkan angin? Pohon sakura juga?"
Yodias mengangguk " piano ini spesial"
"siapa yang membuat piano ini?"
Yodias mengangkat kedua bahunya
Piano itu dilingkari banyak daun-daun dan bunga, tampak tua namun masih berkilauan. Akhirnya Yodias pun meninggalkan taman duluan, sedangkan Yuen masih duduk termenung dibawah pohon sakura.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top