Part 22

OK~ ini dia part 22, silahkan menikmati

Yodias terlebih dulu duduk tanpa suara, ia sudah menyelesaikan makannya hanya sup yang tertinggal. Setelah Aetrus dan Catrish duduk yang lain mengikuti langkah mereka, Yuen pergi berjalan ketempat duduknya dan mulai memakan. Karena lapar ia makan dengan lahap, tak lama setelah Yodias meninggalkan ruang makan Yuen juga selesai dan pergi menyusul Yodias.

"apa ia sedang terburu-buru?" tanya Catrish pada kakaknya

"entahlah, yang penting bukan urusan kita. Jangan sebarkan gosip yang tak benar lagi Catrish, nama baikku juga ada didalamnya" Aetrus menasihatinya.

"aku tau, dan kakak juga tau kan? Aku selalu menyelidikinya sebelum aku menyebarkan gosip, sudah ada banyak bukti yang kudapat"

"sudahlah, hanya tentang tuan putri saja kau harus berhati-hati"

"baiklah"

Dilain sisi Yuen menemukan Yodias sedang memeriksa perlengkapan senjata, Yuen menyadari dirinya sudah berada dimarkas para tentara-tentara. Yuen terpana ketika Yodias menggunakan suatu senjata kesukaan Yuen, yaitu pedang. Yodias tampak mahir menggunakannya, Yuen tak sadar dirinya dilihati beberapa orang yang lewat. Sampai pada detik berikutnya..

"sedang apa?" tanya Yodias yang telah berdiri dibelakangnya

Yuen yang terkejut berteriak kecil "a-aku? Se-sedang mencarimu" kata Yuen gugup

Yodias diam seketika dan melihat kesana kemari dan menarik Yuen pergi darisana

"apa yang kau lakukan?" tanya Yuen bingung

"mencari tempat aman untuk berbicara"

Setelah sampai disebuah taman kecil Yodias melepas genggamannya pada Yuen dan menatapnya dengan harapan ia tau maksud tatapan itu.

"oke, awalnya tujuanku adalah menanyakan mu soal... um.. soal" kata Yuen gugup, ia melihat Yodias yang masih saja menatapnya

Yodias bergerak kearah jamur besar, yang berukuran 3 meter. Yodias mendudukinya dan mengatur kenyamanan dudukannya, dengan santai ia berkata..

"bicaralah" ia menutup matanya

"kau yakin?"

Yodias mengangguk perlahan

"baiklah, aku ingin tau tentang dirimu. Keluargamu seperti apa? Yang aku rasa kau itu bukan orang yang super dingin sampai-sampai bersikap tidak berteman seperti itu"

"pertama, seperti yang kau dengar dari Riyula, keluaga ku hanya ada aku, ayah, dan ibu. Ayahku seorang dewan yang setara dengan ayahmu, dia pintar, dia digunakan untuk mengatur strategi peperangan"

"bagaimana dengan ibumu?"

"tidak ada yang spesial, hanya ibu biasa"

"lalu kenapa sikapmu dingin seperti itu? Aneh" Yuen menatap Yodias dengan mengangkat salah satu alisnya

"apa perduli mu?" tatapan Yodias seperti berkata 'bukan urusanmu'.

"nah, lihat! Sekarang kau tidak bersikap lebih baik lagi"

"terserah padamu"

Sebelum Yodias sempat meninggalkan taman itu angin topan melanda dengan tiba-tiba, karena mendadak angin seperti itu Yuen terbawa angin sampai membanting tubuhnya dengan keras kepohon. Sedangkan Yodias hanya diam ditempat sambil mencoba menahan angin yang menerpanya, ia terseret kesamping dan terduduk ditanah. Setelah angin mereda, Yuen tampak tidak sadarkan diri kemungkinan kepalanya terbentur. Yodias berlari kecil kearah Yuen, dan mencoba membuatnya bangun. Tanpa berpikir panjang Yodias membawa Yuen pergi ke istana dan menyerahkannya pada Riyula, setelah itu? Ia pergi kembali kemarkas tentara menyambung tugasnya.

Riyula yang kebingungan karena tidak diberitau kenapa Yuen bisa tidak sadarkan diri, ia langsung membawa Yuen kekamarnya . Saat Yuen mulai sadar, ia mengedarkan pandangannya dan menyangka akan ada angin lagi yang menerpanya lagi.

"kenapa aku bisa disini?" gumamnya dan mengingat saat terakhir ia sadar "ah.., mungkin karena itu" ia mulai tau skema kejadiannya

Yuen beranjak dari kasurnya dan berjalan pergi, tanpa ia sadari waktu sudah menunjukan jarum ke 5. Sebentar lagi akan makan malam, ia membatalkan niatnya yang ingin menanyakan hal lebih pada Yodias. Ia tak punya niat untuk makan, Yuen sama sekali tidak punya selera untuk makan. Yuen menatap keluar jendela kamarnya, ternyata ada banyak gumpalan putih-putih yang berkilauan diluar sana.

"salju" gumam Yuen

Yuen merasa hatinya kedinginan, ia dengan segera membanting tubuhnya kekasur dan menutup rapat-rapat kepalanya berharap agar hatinya menghangat kembali. Ketika seorang pelayan mengetuk pintu dengan pelan, Yuen tak mendengarnya. Entah sudah berapa lama Yuen mengurung diri akhirnya ia mendengar suara yang ia kenal.

"aku masuk" kata orang itu dan membuka pintu perlahan

"kenapa?" tanya Yuen dingin

"hanya memastikan"

"kalau aku baik-baik saja? Aku baik-baik saja, sekarang pergilah. Aku ingin sendirian"

"kau tidak bisa mengaturku" menatap Yuen dengan tatapan 'seenakmu saja!'

"kali ini aku serius, aku hanya ingin sendirian"

Yodias terdiam beberapa saat dan akhirnya ia angkat bicara "ayo keluar"

Yuen menghempaskan selimutnya dan menampakkan wajahnya yang ceria, kalimat itu yang ingin ia dengar. Dengan segera ia menyiapkan dirinya dan keluar dari kamar, ia melompat girang. Yodias hanya diam dan terus berjalan, perjalanan yang jauh. Yuen yang sebelumnya girang mulai meredup karena kecapaian.

"kenapa jauh sekali..." Yuen merengek dibelakang Yodias

Yodias hanya terdiam tidak berniat menjawabnya, tak lama setelah perkataan Yuen Yodias membalikkan badannya untuk memastikan Yuen baik-baik saja. Rupanya memang benar dugaannya Yuen tak sanggup berjalanjauh.

"lemah sekali" gumam Yodias "sebentar lagi juga akan sampai" kata Yodias

Seketika Yuen bersemangat lagi, dalam perjalanan Yuen menikmati turunnya salju dan ia juga senang banyak gumpalan putih itu menempel di seluruh pakaiannya beserta kepalanya. Namun karena badai salju Yodias berhenti melanjutkan perjalanan, untungnya mereka menemukan gua kecil untuk ditinggali.

"huft..., kalau ada perjalanan bilang! Aku bahkan tidak menyiapkan apapun. Sekarang aku lelah, jangan ganggu aku tidur" Yuen memberi gaya 'peringatan'.

Karena lelahnya Yuen tertidur diatas gumpalan salju yang fungsinya sebagai bantal. Yodias mencoba untuk beristirahat didepan unggun api, menghangatkan dirinya dan tertidur sejenak. Tak lama ia mendengar suara jeritan yang membuatnya tersentak, Yuen terangkat dan menronta-ronta berusaha membuat pelaku menjatuhkannya.

"lepaskan aku!" Rambutnya yang ditarik oleh seseorang itu dipotong, dan pelakunya pergi dalam waktu detik.

Yuen termenung menatap helaian rambutnya yang terjatuh berserakan, ia menatap Yodias dengan ketakutan. Tak lama setelah itu Yuen mulai menangis, agar menenangkannya Yodias memeluknya, membiarkan gadis itu menangis.

"kenapa harus rambutku?!" kata Yuen terisak dan panik.

Yuen sudah merawat rambutnya dengan sangat baik, dan merasa sayang jika rambutnya yang sudah panjang sampai lutut dipotong sampai leher.

"bukan masalah besar sih, tapi kenapa mereka mengambil rambutku?" tanya Yuen yang sudah merasa lebih tenang.

Yodias mengangkat kedua bahunya, artinya ia juga tidak tau. Setelah merasa badai salju sudah tidak menyerang lagi, mereka melanjut perjalanan mereka. Tak lama kemudian akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan.

"tempat apa ini?" tanya Yuen sambil melihat sekeliling dengan mata berkaca-kaca.

"dulunya ini tempat dimana para permaisuri mendidik anak-anak mereka yang masih kecil, sejak ada kampus anak seperti kita sudah dipindahkan kesana"

"lagipula tempat ini terlalu jauh, kenapa tidak dihancurkan saja? Sudah tidak ada yang tinggal disini lagi bukan?"

"tentu saja ada" kata seseorang dari balik kain-kain yang berguna sebagai gorden.

"siapa dia?" bisik Yuen pada Yodias

"pemilik tempat ini" Yodias mendatangi orang itu dan berjabat tangan "sudah lama tidak bertemu anda, saya membawa tamu. Dia hanya akan melihat sekeliling"

Pemilik tempat ini bernama Nayo, umurnya sekitar 400 tahun sekitar umur manusia 40 tahunan. Nayo lah yang tinggal disini dan merawat anak yatim piatu supaya tempat ini tidak dihancurkan. Yuen berjalan tak searah dengan Yodias dan akhirnya ia 'terjebak' dalam taman labirin yang sangat indah, ia tak pernah menduga ada tempat seperti ini dekat lokasi istana.

"wah.." ia berjalan semakin kedalam sampai ia berada di persimpangan 3 arah.

"berjalanlah ketimur dan jauhi mawar beracun"

"apa maksudnya mawar beracun?" gumam Yuen sambil mengangkat sebelah alisnya.

Setelah berjalan ke timur, ia melihat sebuah taman kecil yang disertai beberapa bangku dan tanaman hias. Air mancur, burung-burung, rusa, rubah, singa kecil, dan.. seorang gadis.

"ja-jadi kau yang tadi berbicara?" ia menunjuk kearah gadis itu

Umurnya diatas Yuen beberapa tahun dan terlihat manis namun dewasa, ciri-cirinya berambut panjang dengan mahkota bunga dikepalanya, rambutnya berwarna abu-abu sama dengan warna matanya. Bajunya yang terpotong diatas pusar 3cm dengan jubah panjang sampai kaki terpasang dibahunya, lalu rok berwarna krim-putih transparan, dengan sepatu model boots. Ia juga selalu membawa tombak dengan permata diatasnya. Yuen merasa sedikit aneh dengan gadis ini, apa dia salah satu anak yatim disini?

"benar, itu aku. Aku Grecille, anak dewan pengendali alam"

"oh.." pantas saja "kenapa kau memanggilku kemari? Ada perlu?"

"tidak, aku hanya iseng saja" ia tersenyum hangat pada Yuen "aku tidak punya teman, dan aku merasakan kekuatanmu dari jauh. Aku pikir hanya perasaanku, tapi ternyata memang ada pemiliknya, jadi aku panggil"

"benarkah? Kekuatanku bisa dirasakan? Yang benar saja"

"memang benar, kekuatan dari anak dewan tertinggi mana bisa ditandingi. Aku bahkan curiga kalau yang datang malah para dewan"

"uh, itu tidak mungkin. Aku belum bisa mengeluarkan semua kekuatanku, aku masih lemah. Perlu belajar lagi"

"namamu.. Yuen kah?"

"benar, kau tau darimana?"

"tidak mungkin kan kalau yang datang itu Lyua, dia terperangkap jauh dari sini .Untung aku ingat nama kembarannya, Yuen belum pernah terlihat lagi setelah beratus-ratus tahun yang lalu. Dan akhirnya! Putri mahkota datang kemari"

"sebenarnya Yodias yang menuntunku kemari, sekarang aku tersesat disini"

"bukan masalah besar, aku masih ingin kau tinggal lebih lama lagi disini. Yodias akan baik-baik saja, aku sudah memberitaunya kalau kau bersama ku sekarang"

"ada.. yang ingin kau katakan padaku?" lagi?

"oh! Tentu saja kalau tidak aku akan mengusirmu, segera"

Yuen memutar matanya, kebingungan mencari kata untuk mendeskripsikan perempuan yang didepannya.

"mm.., kapan terakhir kalinya Lyua muncul" Yuen membuka pembicaraan

"dia?" berpikir sejenak dan menatapi angkasa dengan tatapan kosong "sudah lama, sangat lama. Aku bahkan sudah hampir melupakannya, tapi aku masih ingat wajahnya. Sangat lembut, aku bahkan tak yakin bisa menyentuhnya. Tapi , seperti yang kau tau sekarang dia sudah dibawa pergi kerajaan sebelah-"

Thank~You~ and babay~   -w-/ see you next part~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top