Chapter 5

Bel pulang sekolah berbunyi. Dan hal yang paling kau takutkan terjadi. Menampilkan drama. Kau berkeringat dingin. Kalian sempat rapat sebelum pulang. Namun tetap saja, kau sangat gugup.

Drama pun dimulai.

* * *

"(Name), mau baca buku?" Sebuah suara lembut milik seorang pemuda menyapamu. Suara yang tak lain adalah suara kakakmu, Otori Eiji.

Kau melihat ke arahnya, lalu tersenyum tipis. "Mau!" jawabmu antusias.

Kau segera menuju ke bawah pohon, tempat favoritmu. "Ayo kak, mulai!" Kau berseru terlalu girang.

"Pada suatu hari, hiduplah seorang gadis yang ..."

Matamu perlahan menutup. Kau sangat suka mendengarkan dongeng yang dibacakan kakakmu.

Hening dan gelap.

Kau sedang menutup mata. Saat ini, suara Eiji sudah tak dengar. Kau dapat merasakan ada sesuatu yang menimpamu. Sontak, kau membuka mata.

"Ah apa ini?" kejutmu saat melihat seorang pria yang mengenakan kostum kelinci.

"Gawat. Aku telat." Pemuda bernama Sumeragi Kira itu mulai berlari. Sambil membawa sepatumu.

"Hei kembali!" Kau mengerjar Kira layaknya kucing dan tikus dalam kartun Tom dan Jeri.

Kau berlari lebih jauh dan masuk ke dalam hutan. Kau mematung di tempat. Konon, di tempat ini ada serigala.

Suara geraman serigala mulai terdengar, membuat nyalimu ciut. "Di manakah serigalanya? Mana?" tanyamu paranoid.

"Roar!" Seekor serigala berwarna jingga muncul tepat di hadapanmu.

"Jingga jangan mendekat, jingga jangan mendekat, jingga jangan mendekat," larangmu sambil menjulurkan tanganmu ke depan, mengikuti gaya D*ora saat menghentikan S*wiper.

"NAMAKU JINGUUJI REN!" Serigala itu berteriak marah.

Tunggu ... Sejak kapan serigala bisa berbicara? Dan sejak kapan serigala punya nama?

"Bodo amat! Kamu itu Jingga Oren!" Kau menendang Ren tepat di perutnya.

"Ah mataku!" Lah, ini serigala gak normal. Yang ditendang perut, yang sakit mata.

"Ugh, I*nsto ku ketinggalan lagi." Ren berlari ke arah lain, meninggalkanmu sendirian.

Akhirnya, kau memutuskan untuk kabur secepat-cepatnya. Langkahmu tertaih-tatih terima kasih kepada Kira yang tadi mencuri sepatumu.

Bruk!

Kau terjatuh di atas lumpur dengan sangat tidak elit. Tubuhmu kesakitan dan pastinya kotor.

"Oink oink!" Kau mendengar suara babi.

Kau sudah tak terkejut lagi. Suara itu pasti berasal dari babi peliharaan nenekmu, Natsuki, Syo, dan Otoya.

Ketiga babi ini tinggal di rumah yang berbeda. Rumah Natsuki berupa telur ayam yang disusun rapi. Rumah Syo terbuat dari topi fedora. Sedangkan rumah Otoya terbuat dari batu bata--biar gak terganggu saat nge jones, katanya.

Kau mengelus ketiga babi itu. "Aku harus membersihkan diri dulu. Hati-hati, ada serigala."

Suara raungan serigala mulai terdengar saat kau masuk ke dalam rumah. Spontan, Natsuki dan Syo langsung masuk ke rumahnya. Dan Otoya? Tenang saja, dia sudah masuk dari tadi untuk meratapi nasib.

Ren mulai melemparkan batu ke arah rumah Natsuki. Rumah Natsuki pun hancur.

"SYO-CHAN! TOLONG AKU!" Natsuki berlari ke rumah Syo.

Naasnya, rumah Syo ikutan hancur karena Natsuki membenturnya dengan sangat keras.

"Eh Natsuki, aku ini lagi main barbie loh," kesal Syo.

"Kita kabur dulu, ada serigala." Natsuki mulai mengetuk pintu rumah Otoya.

"Berhenti mengetuk. Aku lagi nge jones, jangan ganggu," tegas Otoya.

"OTOYA TOLONG KAMI!! AAAAA!!!"

Mendengar jeritan kedua sahabatnya, Otoya pun membuka pintu rumahnya

"Hai Ikki~" sapa Ren sambil memperlihatkan taringnya yang tajam.

"Tolong!!!"

* * *
K

au masuk ke dalam rumah. "Nek, nonton apa?" tanyamu saat melihatnya--Tomochika--sibuk menonton.

"B*oku no Pico," jawab nenekmu santai.

"NEK ITU ANIME HARAM KENAPA DITONTON? DOSA NEK, DOSA!!" jeritmu panik.

"Besok nenek tobat. Sesekali nonton yang gini tidak apa-apa kok," sahut Tomochika.

"Terserahlah, asal nenek janji mau tobat." Kau masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan nenekmu yang masih asyik nonton

"Wah Pico sama Chico cocok bangeeet!" Suara Tomochika terdengar menggelegar.

Akhirnya, kau selesai membersihkan diri. Kau sedikit heran saat mendengar tak ada suara Tomochika lagi.

Usai berganti baju, kau menghampiri Tomochika. Rupanya, nenekmu tercintah sudah tidur.

"Padahal tadi masih nonton BnP," gumammu tanpa sadar.

Kau mendekat ke arah nenekmu, hendak membereskan doujin yang berserakan di dekatnya. Namun langkahmu terhenti. Sejak kapan nenekmu berbulu lebat?

"Jingga Oren," gumammu cukup kencang.

"Hai Little Lamb!" sapa Ren sambil menjilat tanganmu

"Aaa!!!!" Kau segera berlari, menghampiri tetanggamu, Hyuuga Yamato.

"Yamato-san, tolong aku!"

"Apa?" tanyanya.

"Ada serigala. Di rumahku ada serigala! Dia makan nenek!" serumu panik.

Kau mengambil tisu dan mulai mengelap tanganmu yang basah oleh air liur Ren

"TYDAC!!! ITU TISU JANGAN DIDEKATKAN KE AKU! (NAME)! AKU PHOBIA TISU!" teriak Yamato sambil menjauh darimu.

"Maaf." Aku membuang tisu itu.

"Jadi, nenekmu sudah dimakan serigala?" tanya Yamato memastikan.

Kau mengangguk. "Ya udah, aku akan bawa kau ke rumah kenalanku nanti, si Otori Eiichi." Yamato menatapmu serius.

"Bagaimana dengan nenek?" tanyamu

"Aku bukan tokoh hebat yang bisa mengeluarkan nenekmu dari dalam mulut serigala dalam keadaan sehat tanpa luka. Ini bukan dongeng. Ini kenyataannya. Nenekmu pasti sudah dicabik-cabik oleh serigala," ungkap Yamato.

"Hiks..."

"Sudah, ayo akan kuantar kau ke rumah Eiichi." Yamato menepuk bahumu.

"Baik," balasmu sedih.

* * *

Kau sampai di tempat Otori Eiichi, orang yang akan menjadi ayah tirimu mulai sekarang. Rumahnya begitu megah.

"Jadi, kau (full name)?" Seorang pria berkacamata menghampirimu.

"Iya. Kau siapa ya?"

"Aku Otori Eiichi, ayah tirimu mulai sekarang," ucapnya, "kau suka nonton sinetron atau drama India?"

"Enggak, aku tidak suka," jawabmu jujur.

"Baik, mulai sekarang, kau harus membersihkan kekacauan yang dibuat oleh Camus dan Ranmaru," jelas Eiichi.

"Siapa itu Camus dan Ranmaru?" tanyamu bingung.

"Mereka kakak tirimu," jawab Eiichi.

Kau akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Detik itu juga, kau menyesal. Rumah ini sangat berantakan. Ada banyak kulit pisang dan berbagai jenis gula di lantai.

"Nah bersihkan ya, aku mau nonton An*andhi dulu," ucap Eiichi enteng.

Dan itulah yang kau lakukan. Memungut satu per satu kulit pisang yang ada, kemudian membersihkan semua serpihan gula.

"Oh iya, ada satu lagi. Kau tak boleh pergi dari tempat ini! Kau harus tetap berada di rumah," tegas Eiichi.

"Apa?!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top