A Thing When They Sit Together

Januari 2018

Dua minggu kemudian

"Asyik, satu proyek sama Elna," sambut Prama begitu Elna memasuki salah satu ruang rapat di lantai 4 gedung Fraweb Indonesia. Elna tos dengan Prama karena jelas tak enak bila membiarkan tangan lelaki itu menggantung di udara. Lagipula, dia tak ada masalah dengannya. Malah, bisa dibilang, Prama adalah salah satu teman dekatnya di kantor kini.

Elna berusaha tenang ketika duduk di sebelah Prama dan pandangannya bertemu dengan orang di seberang. Poni biru itu tak mungkin salah. Perkenalkan, Oscar, akan bekerja di proyek yang sama, akan jadi tantangan tersendiri bagi Elna.

Tak lama berselang, manager account executive masuk dan memimpin pertemuan. "Proyek kali ini pembuatan website untuk brand sepatu Sukualas. Sukualas baru melebarkan jangkauan. Sebelumnya, mereka hanya berbasis toko offline di Cibaduyut." Beberapa lembar kertas berada di depan masing-masing tim pekerja proyek ini. Mbak Tasha memberi gestur untuk membukanya. "Rincian website Sukualas bisa dilihat di sana. Sila pelajari sebentar."

Dokumen tersebut dimulai dengan daftar anggota tim Fraweb untuk proyek ini.

Account Executive: Glenna Darmadi

Graphic Designer: Intan Purnama

User Interface Designer: Oscar Octavianus

Front-End Developer: Prama Abu Surya

Back-End Developer: Mahathir dan Ari Wibowo

Setelahnya, terdapat mock up tampilan website serta rancangan detailnya. Rancangan ini memerhatikan kebutuhan fungsional dan nonfungsional yang perlu dimiliki website Sukualas. Kebutuhan tersebut telah ditentukan oleh divisi System Analyst. Kemudian, rancangannya ditentukan bersama olehSystem Analyst, jugaUser Interface dan User Experience Designer. Oscar pasti telah ikut rapat tim praproyek. Kini, dia juga bergabung untuk mengimplementasikannya.

Prama mengangkat tangan sedikit. "Ya?" sahut Tasha.

"Prama, Front-End," ujar lelaki itu. "Boleh beri pendapat?"

"Tentang?"

"Tampilan website-nya."

Di seberang, Oscar berdeham terang-terangan. Tasha melihat Oscar, lalu merapikan kertas di hadapannya, kemudian memandang Prama lagi. "Tidak bisa. Tim praproyek sudah melakukan tugasnya." Kini, Oscar bersiul.

Prama menyipit ke arah lelaki yang duduk di seberang Elna itu. Terlihat oleh Elna, seperti Prama yang memulai masalah kali ini. Tentu dia tahu bukan tempatnya untuk berpendapat soal tampilan website. Tim lain, termasuk Oscar, sudah mendiskusikannya. Dan bila tak ada sebab besar, rincian tersebut tak akan berubah.

"Elna," kata Tasha, "ini proyek pertamamu sebagai account executive tunggal. Pastikan seluruh anggota tim bekerja sesuai tenggat dan selalu memberi hasil baik pada tiap titik milestone."

Elna mengangguk. "Oke."

"Dan," sambung Tasha, "tentu nggak perlu ada keributan." Kemudian, perempuan berambut kucir kuda itu memandang Oscar dan Prama secara khusus.

Apakah hubungan jelek mereka berdua sudah dikenal?

Mata tajam Oscar, di bawah poni miring warna biru, menatap lurus pada mata Elna. Mungkin dia kesal Elna terus menghindarinya. Elna menolak membicarakan hal yang ingin dia bicarakan. Sementara itu, Elna mengobrol santai dengan orang yang kerap berselisih dengan Oscar soal pekerjaan.

Di seberang sana, Oscar akhirnya mengalihkan pandangan ke Prama. Elna menilai, pandangan itu cukup tenang. Hanya tepercik sedikit kekesalan. Barangkali Oscar pintar menutupi. Elna melirik Prama dan terkejut sendiri. Anggota lain sedang diskusi satu sama lain, jadi Prama tahu tak ada yang memerhatikan. Dan, dia balik memandang Oscar dengan amarah.

Prama benci Oscar? Seberapa besar? Seberapa berbahaya? []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top