UG 7 |Sooji

Apa yang terjadi kemarin lusa seperti mimpi bagiku, dimana Myungsoo mengungkapkan perasaannya dan menyampaikan keinginannya untuk menjalin sebuah hubungan bersamaku. Maksudku, pria sesempurna Kim Myungsoo? Apa yang dilihatnya dariku?

Aku hanya seorang yatim piatu yang memiliki pekerjaan tidak benar--begitulah tanggapan mereka terhadapku. Myungsoo mengatakan bahwa dia tidak peduli pada tanggapan orang lain tapi aku yang peduli. Mereka jelas akan menghardik pria itu karena berniat menjalin hubungan bersama wanita sepertiku.

"Memangnya kamu wanita seperti apa?" Aku masih teringat dengan jelas pertanyaannya saat mengemukakakan kerisauanku, dia bertanya aku wanita seperti apa dan sama sekali tidak ada jawaban yang bisa kutemukan saat itu.

Jadi aku wanita seperti apa?

Myungsoo tidak memaksaku, dia memberi kebebasan padaku untuk memutuskan. Meskipun aku telah mengaku memiliki ketertarikan yang sama terhadapnya--oh ayolah siapa wanita yang sanggup menolak pesona pria seperti Myungsoo--tapi dia tetap menghargai keputusanku.

Aku tidak menolak maupun menerimanya. Dan dia bisa mengerti, Myungsoo tau kecemasanku tentang pandangan orang-orang mengenai hubungan kami nantinya jadi dia memilih untuk menjalaninya secara perlahan. Toh kami memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama.

Aku juga masih sedikit ragu mengenai reaksi bibi Sooae tentang hubunganku dengan putranya, aku berharap dia bisa menerimaku dengan tangan terbuka namun meskipun begitu aku tetap akan mengerti jika bibi Sooae menentang hubungan ini. Dia berhak untuk menentukan wanita terbaik untuk putranya bukan?

"Sooji, berhenti melamun!"

Aku terkejut saat mendengar teriakan Sehun, saat ini dia sudah berada dalam mode 'bos galak' dan aku tidak memiliki keberanian untuk membuatnya semakin kesal.

"Maaf. Aku baru selesai ganti baju." Ucapku dengan cepat lalu berjalan mendekatinya.

"Seorang tamu ingin dilayani olehmu--dia sudah menunggu di meja bar." Sehun berucap cepat membuatku mengangguk mengerti. Mungkin Kun atau James yang datang, ah mereka memang selalu tau jadwal shiftku.

Dengan senyum terkembang akhirnya aku melangkah keluar dari loker dan berjalan menuju meja bar. Disana beberapa bartender telah standby ditempat masing-masing dan meracik minuman untuk para pelanggan. Aku langsung memenuhi spot yang kosong dan menatap heran pelanggan yang memperlihatkan punggungnya dihadapanku. Sepertinya dia bukan salah satu langgananku disini.

"Sir, anda ingin memesan apa?" Tegurku membuat pria itu langsung memutar kursinya dan menatapku dengan senyuman lebar.

Demi tuhan! Pria berambut tembaga ini...

"Hai," sapaannya membuatku sedikit tersentak, aku mengerjapkan mata dan kembali memusatkan perhatianku pada senyumannya. Oh astaga, dia pria dengan senyum manis itu. Salah satu dari empat sekawan yang berhasil mengerjaiku.

Tapi tunggu, apa yang dilakukannya disini? Aku langsung melirik sekilas dan tidak menemukan siapapun disekitarannya.

"Aku tidak sedang bersama teman-temanku, kalau mereka yang kamu cari." Ucapnya masih dengan megumbar senyum manis membuatku semakin terbengong.

"Oh ayolah cantik, jangan bengong saja. Tawari aku apapun--"

Aku mengerjapkan mataku dan tersadar dari tindakan bodohku barusan, "maaf, anda ingin memesan apa?" Tanyaku mengulangi, dia tersenyum lagi.

"Jus cranberry dengan sedikit campuran vodka."

Aku mengangguk dan segera mengambil bahan campuran cocktail yang akan kuracik. Aku jarang menemukan pelanggan yang hanya mencampur dua macam minuman dalam cocktail pesanannya dan itu membuatku sedikit penasaran, mengapa hanya jus cranberry? Akan lebih menyegarkan jika dia menambahkan perasan lemon atau beberapa mili jus pir.

"Jadi kamu kekasih Myungsoo?" Aku menghentikan gerakan tanganku yang sedang menuangkan vodka didalam wadah yang tersedia lalu meliriknya terkejut. "Jangan heran, akhir-akhir ini kami sering membicarakanmu."

Astaga, apa saja yang mereka bicarakan tentangku? Aku perlu menanyakannya pada Myungsoo.

"Jadi?"

"Ya?" Pria itu tertawa sambil menatapku, aku hanya mengangkat bahuku bingung dengan tingkahnya.

"Kalian sepasang kekasih atau bukan?" Tanyanya menegaskan, aku mengernyit mencari jawaban yang pas. Sejujurnya aku juga tidak mengerti jenis hubungan apa yang sedang ku jalani bersama Myungsoo.

"Mungkin anda bisa mengatakannya seperti itu, Sir." Jawabku lugas, aku tidak ingin mengakuinya secara gamblang disaat permintaan Myungsoo untuk menjalin hubungan itu belum sepenuhnya kuterima.

"Oh poor my boy. Dia akan sangat sedih ketika tau kamu tidak mengakuinya cantik."

Aku mengernyit bingung, sebenarnya apa yang sedari tadi pria ini coba sampaikan padaku? Aku sama sekali tidak mengerti dengan setiap kalimat yang diucapkannya. Diluar senyumannya yang manis sepertinya dia pria aneh, yah mungkin seluruh teman-teman Myungsoo adalah perkumpulan orang-orang aneh.

"Minuman anda, Sir," aku menyodorkan segelas cocktail pesanannya lalu menyuarakan kebingunganku, "saya tidak mengerti maksud perkataan anda barusan."

Dia menatapku sekilas dengan pandangan terkejut lalu memutus kontak mata kami dengan menarik gelas minumannya, "beruntungnya Myungsoo mendapatkan wanita sepertimu." Gumamnya membuatku semakin bingung.

"Memangnya wanita seperti apa diriku?"

Entah aku sadar atau tidak tapi aku menanyakannya, pertanyaan yang dilontarkan oleh Myungsoo padaku kemarin lusa. Aku juga sangat penasaran ingin tau wanita seperti apa diriku dimata mereka? Maksudku dimata teman-teman Myungsoo.

"Kamu wanita yang paling mahal yang pernah kutemui," jawabannya tidak membuat pertanyaanku terjawab.

Wanita mahal?

"Maaf tapi saya tidak menjual diri." Kataku ketus, aku mengerti makna dari wanita mahal yang diucapkannya dan benar saja--saat ini dia sudah tertawa terbahak. Pria ini sangat kurang ajar.

"Aku tidak mengatakan kamu wanita yang seperti itu," ucapnya disela derai tawa yang membahana, dia memberiku pandangan jenakanya, "maksudku--kamu itu wanita yang sangat polos. Tolong jangan mengartikan negatif perkataanku barusan."

Aku menarik nafas ketika mendengar penjelasannya. Benarkah seperti itu? Aku seorang wanita polos? Apakah itu berarti baik atau tidak?

"Aku menyukaimu Sooji-ssi."

"Hah?" Aku melongo menatap pria yang tiba-tiba mengutarakan perasaannya padaku, dan sekali lagi dia mengumbar senyum manisnya. Oh kenapa bukan Myungsoo saja yang memiliki senyum manis itu?

Eh apa yang baru saja kupikirkan?

"Aku menyukaimu. Tapi Myungsoo lebih cepat bergerak dariku," jelasnya sembari berdecak.

"Maafkan saya," entah aku meminta maaf atas apa tapi perasaanku mengatakan untuk melakukan hal ini. Aku bahkan tidak mengetahui nama pria ini tapi tiba-tiba saja dia bilang menyukaiku. Dia berharap aku bereaksi seperti apa?

"Jangan meminta maaf. Aku tidak memiliki niat seperti Myungsoo untuk memilikimu," sahutnya mengibaskan tangan, aku mengernyit bingung, "aku benar-benar menyukaimu. Maksudku, aku hanya suka denganmu. Kita mungkin bisa menjadi teman yang baik bukan?"

Mengangguk mengerti, sedikitnya aku merasa sedikit lega karena tidak harus menghadapi permasalahan yang cukup pelik kedepannya karena pria ini mencoba mendekatiku.

Terlalu percaya diri nona?

Hei, aku bukannya kelewat percaya diri tapi dia sendiri yang mengatakan menyukaiku. Jadi wajar bukan jika aku sempat memikirkannya?

"Teman Myungsoo adalah teman saya juga. Jadi kenapa tidak?"

Pria berambut tembaga itu kembali tersenyum lebar lalu dia mengulurkan tangannya, aku sempat bingung namun melihatnya memberi kode padaku, langsung saja kusalami tangannya.

"Seo Kangjoon."

Aku tersenyum, jadi namanya Seo Kangjoon?

"Bae Sooji."

"Aku tau. Temanku sering mengigaukan namamu dalam tidurnya." Ucapnya lalu sedetik kemudian kami tertawa bersama.

*

Aku melirik Myungsoo yang menjemputku pagi ini, seperti biasanya. Meskipun bangun lebih cepat dari seharusnya, wajah pria itu terlihat cukup segar sehingga membuat kekhawatiranku padanya sedikit berkurang. Biasanya jika dia menjemputku dihari kerja, dia akan membawa setelan kantornya di mobil dan berganti pakaian dirumah ibunya. Seperti hari ini, dia terlihat santai dengan baju kaos dan celana pendek selututnya, namun aku bisa melihat setelan kemeja dan celana bahan disimpan rapi dibangku belakang.

"Tadi salah satu temanmu mengunjungi club." Ucapku memecahkan keheningan dalam mobil ini, Myungsoo terlihat terkejut saat mendengarnya namun mengembalikan ekspresinya seperti semula.

"Benarkah? Siapa?"

"Yang berambut tembaga."

Myungsoo kembali terkejut dan menoleh menatapku seakan tidak percaya dengan apa yang kukatakan, "Kangjoon?"

"Ya, terakhir kuingat dia mengatakan namanya. Kangjoon-ssi." Jawabku lagi.

"Apa yang dilakukannya disana?" Myungsoo bertanya penasaran, sebenarnya aku juga penasaran apa yang dilakukannya dimeja bar. Bukankah mereka pelanggan prioritas? Sudah tersedia ruangan untuknya tapi mengapa dia memilih untuk turun bergabung bersama pelanggan lain dan duduk di meja bar?

"Aku juga tidak tau. Dia hanya berbicara beberapa hal yang tidak kumengerti," ucapku mengingat ada beberapa kalimatnya yang terdengar ambigu, "oh dan dia mengatakan dia menyukaiku."

Aku memejamkan mata saat merasa mobil yang kutumpangi berhenti secara tiba-tiba. Untung sabuk pengaman yang kukenakan menahan tubuhku hingga tidak menabrak dashboard mobil. Dengan jantung berpacu cepat aku menoleh dan menatap ngeri pada Myungsoo.

"Myungsoo?"

"Maaf, aku--aku hanya sedikit terkejut." Ucapnya dengan wajah penuh penyesalan, "aku tidak berniat mengejutkanmu Sooji. Maafkan aku," dia menoleh menatapku cemas.

"Kamu terluka?" Aku menggelengkan kepalaku, dia bernafas lega lalu kembali mengemudikan mobilnya, "mereka benar-benar--"

"Ada apa Myungsoo?" Tanyaku hati-hati, wajahnya sedikit kesal saat ini dan jika kutebak itu karena ucapanku barusan? Atau karena hal lain?

"Sehun memberitau tentang hubungan kita pada mereka. Dan akhir-akhir ini mereka memaksaku untuk membawamu dan mengenalkan kalian." Jawab Myungsoo. Ah aku mengerti sekarang, jadi maksud Kangjoon yang mengatakan aku sering dibicarakan adalah ini?

"Lalu kenapa kamu tidak mengenalkanku pada mereka?" Tanyaku bingung, Myungsoo menoleh dengan wajah kaget padaku.

"Tidak. Mereka itu sangat aneh. Aku tidak ingin mereka berbuat macam-macam padamu."

"Tapi mereka temanmu."

"Aku tetap tidak ingin membawamu pada mereka. Apa kamu lupa kejadian di ruang VIP dulu? Mereka bisa mengerjaimu lebih parah dari itu dan aku tidak akan membiarkannya."

Aku jadi teringat pertemuan pertamaku bersama mereka malam itu, memang benar kejadian itu sangat membuatku kesal tapi sekarang bukankah mereka telah meminta maaf?

"Mengapa mereka ingin mengerjaiku? Apa aku memiliki kesalahan?"

Aku mendengar tawa Myungsoo sekilas lalu dia menggeleng, "bukan seperti itu. Mereka hanya gemar melakukan tindakan-tindakan konyol. Anggaplah sebagai salam perkenalan? Sejak dulu mereka selalu bertingkah aneh jika memiliki kenalan baru. Aku tidak ingin kamu kesulitan karena mereka." Jelas Myungsoo lagi, nah sepertinya dugaanku memang benar. Teman-teman Myungsoo adalah perkumpulan orang-orang aneh.

"Tapi aku ingin bertemu teman-temanmu. Aku ingin mengenal siapapun yang dekat denganmu. Apa kamu tetap tidak mengizinkan?" Aku menatapnya penuh permohonan dan dia melihat wajahku, aku berharap jika Myungsoo mau berubah pikiran.

Yah, aku tau maksud pria itu baik dengan menghindariku dari hal-hal yang bisa membuatku tidak nyaman atas tindakan teman-temannya. Namun mereka tetap teman Myungsoo, diluar pertemuan pertama kami yang cukup tidak mengesankan, aku tetap ingin mengenal mereka. Mengenal siapa-siapa yang selama ini berada disekitar Myungsoo.

"Tapi Sooji--"

"Apa kamu melarangku untuk memiliki teman? Aku hanya ingin berteman dengan mereka, selama ini aku selalu sendiri. Aku hanya--"

"Baiklah. Berhenti berkata seperti itu, aku akan mengenalkan kalian."

Aku tersenyum mendengar ucapan pasrah Myungsoo, aku tidak tau jika sangat gampang membujuk pria itu.

"Hmm, jadi kita akan kemana?" Tanyaku tiba-tiba membuatnya langsung menoleh dengan alis terangkat, aku tersenyum tipis.

"Tentu saja pulang. Memangnya kamu mau kemana?"

Aku mengangkat bahuku, entah mengapa hari ini aku sedang tidak ingin pulang ke rumah. Ah mungkin alasan tepatnya aku tidak ingin berpisah terlalu cepat dengan Myungsoo. Masih banyak waktu sebelum jam kerja pria itu, tapi apa dia tidak lelah? Bagaimana jika dia sakit karena aku memintanya menemaniku untuk beberapa jam kedepan?

"Sooji?"

"Oh," aku langsung meliriknya lalu memamerkan senyum terbaikku, "aku hanya ingin bersamamu lebih lama. Tapi aku takut itu akan membuatmu lelah, kamu masih perlu ke kantor hari ini." Terangku, semenjak malam dimana Myungsoo menyatakan perasaannya, aku menemukan diriku yang bersikap lebih terbuka padanya. Myungsoo mengatakan dia senang ketika aku bisa mengatakan langsung apa yang kupikirkan dan bersikap terbuka terhadapnya, dan sekarang aku sedang mencobanya.

"Jadi kamu mau kemana?"

Aku langsung menatapnya terkejut, apa dia setuju untuk menemaniku? Lalu bagaimana--

"Sehari dua hari telat masuk kantor tidak akan membuat gajiku dipotong. Jangan khawatir." Ucapnya menyela pemikiranku dengan senyum lebar. Aku mengangguk mengerti.

"Bagaimana dengan matahari terbit? Kita bisa bercerita sambil menunggu waktunya," tawarku, aku melihatnya berpikir sebentar lalu mengangguk menerima. Dan tanpa sadar aku berseru senang, untuk pertama kalinya aku bisa melihat matahari terbit dan itu bersama orang terpenting dalam hidupku saat ini. Myungsoo.

*

"Disini sepi sekali," gumamku sembari merapatkan mantelku, perasaan sejuk langsung menerpa saat kaki telanjangku menginjak pasir pantai. Aku sengaja melepaskan sepatuku dan menyimpannya di mobil Myungsoo, mengitari pantai dengan kaki telanjang akan lebih menyenangkan.

"Tentu saja sepi. Siapa yang akan datang kepantai jam lima subuh?" Aku tersenyum mendengar jawaban Myungsoo yang disertai oleh tawa merdunya. Aku menoleh menatapnya.

"Kita datang kesini Myungsoo, jam lima subuh," ucapku menjawab pertanyaan retorisnya tadi, dia memasang wajah pura-pura terkejut sesaat lalu tertawa dan membenarkan.

"Baiklah, kita adalah pengecualian."

Aku tersenyum lalu berjalan mendekati bibir pantai. Aku tidak tau ini dimana karena Myungsoo memilih merahasiakannya ketika dia mengatakan akan membawaku ke pantai yang sangat indah, jadi selama tigapuluh menit perjalanan tadi aku hanya diam sambil menanti-nanti seperti apa pantai yang dimaksudkannya.

Dan benar saja, pantai ini benar-benar indah. Meskipun langit masih dinaungi kegelapan malam dengan sinar bulan, itu tidak melunturkan keindahan pantai ini. Susunan batu tebing yang berada diujung pantai membuat pemandangan lautnya lebih hidup, didekat tebing juga terdapat beberapa rumah pondok peristirahatan yang mungkin akan disewakan pada para pengunjung pantai ini.

Sepanjang pantai aku tidak menemukan sedikitpun sampah yang biasanya ditemukan ditempat-tempat wisata umum seperti ini. Pantai ini sangat bersih dan aku bisa menebak jika airnya sangat jernih.

"Ini pertama kalinya aku ke pantai," gumamku saat menyadari kehadiran Myungsoo disampingku, "ehmm sebenarnya ini pertama kalinya aku mengunjungi tempat seindah ini. Dulu kehidupanku hanya sekitar panti dan sekolah."

Aku tersenyum lagi, "dan beberapa tahun terakhir hanya berputar di rumah dan club. Aku tidak memiliki kesempatan untuk jalan-jalan dan melihat semua keindahan ini," mataku memanas tiba-tiba saat merasakan sebuah rangkulan hangat dipundaku, aku menoleh dan melihat Myungsoo memberikan senyuman menenangkan untukku.

"Mulai sekarang kamu bisa melakukan apapun yang kamu inginkan, pergi kemanapun yang kamu inginkan. Katakan apapun keinginanmu Sooji dan aku akan mengabulkannya."

Kalimat itu sangat sederhana dan jika di ucapkan oleh orang lain mungkin akan terdengar seperti bualan semata, namun entah mengapa aku merasakan jika Myungsoo benar-benar akan mengabulkan semua keinginanku, dalam suaranya aku seperti mendengar sebuah janji yang tidak akan mungkin diingkarinya. Dan aku senang mengetahuinya, bahwa Myungsoo akan melakukan sesuatu untukku.

"Terima kasih," lirihku pelan sebelum menunduk dan menyandarkan kepalaku didadanya. Aku merasakan tangannya yang bebas mengusap kepalaku, membuat airmataku langsung terjatuh.

"Myungsoo--"

"Hei, jangan menangis. Apa aku mengatakan hal yang salah?" Kudengar Myungsoo langsung bertanya panik, berusaha untuk melihat wajahku namun aku menggeleng didadanya. Memeluk tubuhnya dengan tangisan kecilku.

"Terima kasih, terima kasih untuk semuanya." Aku tau jika ucapan terima kasih saja tidak akan cukup untuk membalas semua kebaikannya selama ini terhadapku. Namun aku akan terus mengatakannya karena hanya itulah yang bisa kulakukan saat ini.

"Itu bukan apa-apa Sooji, aku senang jika bisa melakukan hal yang berguna untukmu," ucapnya dengan suara yang lebih tenang.

"Ak--aku tidak bisa membalas kebaikanmu dengan apapun selain rasa terima kasihku," ucapku lagi, kurasakan pelukan dipundakku semakin mengerat membuatku bisa menghirup aroma tubuh Myungsoo lebih dalam. Aroma yang menenangkan.

"Cukup berada disisiku dan mencintaiku Sooji. Hanya itu yang kuperlukan."

Aku mengangguk berkali-kali ketika dia mengatakan permintaannya, aku sanggup melakukannya. Berada disisinya dan mencintainya. Itu hal yang cukup mudah untuk kulakukan, mengingat dia seorang pria yang sangat mudah untuk dicintai.

***

Bisakah aku menarik perkataanku yang ingin berkenalan dengan teman-teman Myungsoo? Sepertinya aku telah salah mengambil keputusan dengan meminta Myungsoo mengenalkanku dengan mereka.

Pria itu telah menepati janjinya dengan membawaku ke salah satu rumah singgah tempat mereka sering berkumpul dan tepat saat ini aku hanya mampu menunduk dibawah tatapan-tatapan intens dari tiga pria dihadapanku. Bersyukur aku telah mengenal Sehun jadi aku tidak perlu mendapatkan tatapan menyelidik darinya juga.

"Are you okay?" Myungsoo berbisik ditelingaku dan aku mengangguk kaku. Semenjak memasuki rumah ini entah kemana segala kepercayaan diriku pergi. Tepat saat menatap mata-mata jail mereka aku langsung menunduk menyerah. Sepertinya perkataan Myungsoo benar dan aku menyesal karena tidak mendengar pria itu.

"Jadi?" Aku menggenggam kedua tanganku saat salah satu dari mereka berbicara dengan nada datar. Kurasakan Myungsoo mendekat padaku dan dia meletakkan telapak tangan besarnya diatas punggung tangannya yang saling bertautan.

"Kalian menakutinya, jangan menatapnya seperti kalian akan memakannya," aku bersyukur karena setidaknya Myungsoo sedikit mengerti kegelisahanku saat ini.

Hening beberapa saat hingga membuatku sedikit bisa bernafas lega, hingga aku menangkap pergerakan dari tiga pria itu dan tanpa sadar aku mencengkram tangan Myungsoo.

"Huh! Berhenti melakukan bertingkah bodoh. Atau aku benar-benar akan memukul kalian saat ini!"

"Baiklah-baiklah!" Ketiga pria itu langsung melenguh bersamaan saat mendengar teguran Myungsoo.

"Nona, ayolah jangan takut. Bukankah kamu ingin berkenalan dengan kami?" Tanya salah satu dari mereka, Myungsoo mendekatiku dan berbisik bahwa tidak akan terjadi apa-apa sehingga aku berani mendongak dan menatap mereka secara bergantian. Aku sempat melirik dengan ekor mataku, Sehun yang sedang tertawa geli. Awas saja dia!

"Hmm, Sooji jangan takut begitu. Kami ini pria-pria yang baik," tiba-tiba Sehun beranjak dari sofanya dan mendekatiku, duduk disampingku hingga saat ini aku diapit oleh kedua pria itu.

"Nah, kenalkan yang itu--Choi Minho. Dia satu-satunya pewaris Choi Corporation, apa kamu tau? Perusahaan terbesar kelimat di Asia." Aku menatap pria yang ditunjuk oleh Sehun, Choi Minho. Dia pria yang mengerjaiku waktu itu, menanyakan berapa hargaku dan hampir menamparku. Kali ini aku tidak melihat wajah menyeramkannya, dia malah tersenyum lebar dengan mata bulat yang terlihat ekspresif.

"Hai--ehhm, sebenarnya ini sangat terlambat tapi aku tetap harus meminta maaf. Aku tau pertemuan pertama kita sangat buruk, tolong jangan dianggap serius. Oke?" Aku hanya tersenyum tipis dan mengangguk, Sehun dan Myungsoo telah menyampaikan maaf mereka padaku jadi aku sudah tidak memikirkan masalah itu lagi tapi aku senang karena pria itu mau meminta maaf secara langsung. Itu tandanya dia pria sejati bukan?

"Kalau yang ditengah itu Kim Jongin. Dia--hmm, apa sebenarnya pekerjaanmu bro?" Aku tertawa kecil saat pria bernama Jongin itu mendengus kesal karena pertanyaan Sehun, dia kemudian menatapku dan tersenyum tiba-tiba.

Hmm, senyumnya cukup menawan.

"Sooji kurasa kamu tidak perlu tau tentang pekerjaanku, tapi jika kamu penasaran aku akan mengatakannya," ucapnya pertama kali, aku sedikit merasa lucu namun menggelengkan kepalaku.

"Tidak perlu," jawabku pelan yang langsung mengundang tawa semua orang.

"Ah, baiklah." Jongin tersenyum kikuk lalu mengedarkan pandangannya kesegala arah membuatku tersenyum geli.

"Dan--"

"Dia sudah mengenalku Sehun, tidak perlu disebut lagi," Sehun terdengar mendesis saat kalimatnya disela oleh Kangjoon dengan penuh percaya diri, aku kembali tersenyum.

"Jadi Sooji, bagaimana menurutmu?" Tanya Kangjoon tiba-tiba membuatku mengerutkan kening binung. Aku menoleh menatap Myungsoo.

"Bagaimana menurutmu tentang mereka?" Myungsoo memberitauku dengan jelas, aku kembali menoleh menatap ketiganya satu-persatu lalu tersenyum lebar.

"Aneh?"

Dan sekali lagi tawa mereka terdengar membahana memenuhi ruang keluarga rumah ini. Suara Myungsoo paling terdengar keras dan disusul oleh Sehun, sementara ketiga pria itu menampilkan wajah cemberut mereka.

"Aku senang, bisa mengenal teman-teman Myungsoo."

"Hmm, sepertinya kamu sangat mencintai Myungsoo ya?" Tanya Jongin dengan nada menggoda, aku langsung menunduk dan bisa menebak jika wajahku saat ini sudah memerah.

"Jongin, jangan menggodanya." Aku mendegar desisan Myungsoo disertai tawa kecil mereka.

"Aku bertaruh kalian pasti akan terhibur jika melihat kemesraan mereka," kini giliran Sehun yang menggodaku, dia merangkulku membuatku semakin malu.

"Sehun--" aku hanya bisa menggenggam tangan Myungsoo diatas pangkuanku. Aku benar-benar malu.

Mereka kembali tertawa. Astaga! Benar kata Myungsoo jika mereka berniat mengerjaiku dan saat ini aku benar-benar telah dikerjai oleh mereka.

"Oh Sehun!"

Tiba-tiba suasana hening menyelimuti kami, aku mendongak melihat raut wajah semuanya terlihat terkejut dan aku mengikuti lirikan mata mereka, dipintu penghubung ruang keluarga dan ruang tamu berdiri seorang wanita berperwakan mungil dengan rambut lurus sebahu dan wajah cantiknya. Alisnya terlihat berkerut dan bibir kecilnya membentuk garis tipis saat melemparkan tatapan tajam pada kami, ah tidak--lebih tepatnya padaku dan Sehun.

"Jiwon?" Myungsoo yang pertama bersuara, namun wanita itu sepertinya mengabaikannya dan berjalan cepat untuk mendekat kearah kami.

"Siapa dia? Kenapa membawanya kemari? Dan kenapa merangkulnya? Dia selingkuhanmu?" Tanyanya beruntun membuatku bingung, saat aku melihat matanya menusuk kearah pundakku, kini aku sadar jika sedari tadi Sehun masih merangkulku. Dengan cepat aku melepaskan tangan pria itu.

"Ma--maaf, in--i tidak sep--seperti--"

"Diam!"

"Kim Jiwon!"

Aku terdiam mendengar bentakan wanita itu dan langsung dibalas oleh Myungsoo, pria itu bahkan telah berdiri dan menyembunyikanku dibalik tubuhnya.

"Kim Myungsoo, jangan membelanya! Dia telah merayu Sehun." Aku menggigit bibirku kalut, wanita itu salah paham. Aku tidak merayu Sehun.

Aku melirik Sehun yang terlihat masih terdiam kaku akibat shock, sementara tiga pria lainnya juga. Mungkin mereka tidak menyangka jika wanita ini akan datang secara tiba-tiba.

"Jiwon kamu salah paham. Dia bukan--"

"Berhenti! Aku tidak ingin mendengarmu membela mereka kak. Aku melihat dengan jelas jika Sehun merangkulnya!" Teriak wanita itu menyela kalimat Myungsoo, aku memegang ujung kemeja pria itu dan dia mengulurkan tangannya untuk menenangkanku.

"Jiwon, dengarkan dulu. Kamu--"

"Tidak kak. Kamu yang dengarkan, menyingkir dari sana agar aku bisa memberi pelajaran pada wanita penggoda itu."

Tubuhku menegang saat mendengar perkataannya, wanita penggoda?

"Jiwon jaga bicaramu!"

"Aku memang benar! Dia wanita penggoda!"

Aku meringis mendengar teriakan itu. Aku bukan wanita penggoda, aku tidak menggoda siapapun. Aku bukan wanita murahan.

"Jiwon!"

"Aku bukan wanita penggoda!" Teriakku tiba-tiba, kepalaku menunduk dan aku tidak berani untuk melihat reaksi siapapun. Aku bukan wanita penggoda.

"Kamu wanita penggoda! Kamu menggoda Sehun! Kamu--"

"Aku kekasih Myungsoo! Aku tidak menggoda Sehun!"

Tiba-tiba suasana hening, cengkramanku pada kemeja Myungsoo semakin mengerat dan tanpa sadar aku telah menahan nafasku setelah meneriakkan kalimat tadi.

"Kamu sudah dengar? Jadi minta maaf sekarang!" Tubuh Myungsoo bergeser dari hadapanku dia menyentuh bahuku membuatku sedikit lebih tenang, aku tidak mendengarkan apa-apa sebelum merasa sebuah tarikan yang cukup keras ditanganku.

"Jadi kamu Sooji? Bae Sooji?" Aku mengangkat wajahku menatap terkejut wanita yang tadinya terlihat sangat marah dan siap menghancurkanku sekarang berubah drastis, dia terlihat antusias dan menatapku berbinar-binar. Aku menoleh menatap Myungsoo yang menghela nafasnya panjang lalu kembali duduk disampingku.

"Kamu Soojikan? Ibu banyak bercerita tentangmu. Astaga! Akhirnya aku bisa bertemu dengan kekasih kakakku." Ucapnya lagi dengan cepat, tunggu tadi dia bilang apa? Kekasih kakaknya?

Jangan bilang--

"Jiwon--" wanita itu melirik Myungsoo disampingku lalu menghela nafas, Jiwon lalu menatapku penuh penyesalan.

"Maaf aku menuduhmu sembarangan. Aku hanya cemburu melihat Sehun yang sangat dekat denganmu, kamu maukan memaafkanku?"

Apakah semua orang yang berada disekitar Myungsoo adalah orang aneh? Termasuk wanita ini? Sangat cepat sekali perubahan mikik wajahnya membuatku sedikit heran.

"Tidak apa-apa. Itu hanya salah paham." Jawabku sambil tersenyum kecil, lalu kemudian aku mendengar helaan nafas lega serempak dari lima orang dalam ruangan ini.

"Jiwon," wanita itu langsung menoleh menatap Sehun yang sepertinya telah tersadar lalu dia tersenyum lebar, "jangan biasakan seperti ini. Kamu benar-benar menakutkan."

Jiwon tersenyum lalu melepaskan tanganku dan langsung duduk disamping Sehun, "aku juga merindukanmu," ujarnya dengan sedikit nada manja. Aku tersenyum geli, jadi dia kekasih Sehun? Pantas saja.

Aku kemudian menoleh untuk mengamati tiga pria yang sejak tadi ikut terdiam, ekspresi mereka sudah kembali rileks namun Jongin sepertinya terlihat lebih murung.

"Dia Kim Jiwon. Adikku," aku langsung menoleh saat mendengar bisikan Myungsoo, "dia jadi tidak terkendali ketika melihat ada perempuan yang dekat dengan Sehun. Dan mereka berempat memang selalu begitu saat melihat Jiwon marah." Jelasnya lagi.

"Aku bisa melihatnya," gumamku dengan senyum tipis, "mereka berpacaran?" Tanyaku memastikan namun Myungsoo menggelengkan kepalanya.

"Tidak? Mereka terlihat sangat dekat." Myungsoo tersenyum kecil lalu dia mengalihkan pandangannya untuk menatap ketiga sahabatnya yang lain, tatapannya berhenti pada Jongin yang sedang diajak bercanda oleh Minho dan Kangjoon namun wajahnya tetap murung.

"Jongin menyukai Jiwon tapi Jiwon menyukai Sehun, kisah cints yang cukup rumit." Ucap Myungsoo, aku menatapnya kaget lalu kembali melihat Jongin yang sesekali mencuri pandang pada pasangan disampingku.

"Apa karena perasaan Jongin, makanya Sehun dan Jiwon tidak bisa bersama?" Myungsoo menganggukan kepalanya.

"Mereka menghargai perasaan Jongin. Mereka tidak ingin melukainya."

"Kenapa Jongin tidak berusaha untuk memenangkan hati Jiwon?" Tanyaku penasaran, Myungsoo tersenyum kecut.

"Itu sudah dilakukannya sejak bertahun-tahun lalu tapi adikku terlalu fokus pada Sehun. Dan sialnya Sehun juga mencintai adikku."

Aku tiba-tiba merasa sedih saat mendengar kisah mereka, ketiganya telah melewati waktu yang berat. Jongin pasti sedih karena harus melihat wanita yang dicintainya mencintai pria yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri, sementara Sehun dan Jiwon pasti tersiksa karena cinta mereka tidak dapat bersatu karena rasa bersalah atas perasaan Jogin.

"Cinta segitiga yang cukup rumit." Gumamku, Myungsoo tiba-tiba langsung meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Aku menoleh menatapnya heran.

"Apa Kangjoon benar-benar menyukaimu? Dia terus melirik kearahmu." Ucap Myungsoo menatapku penuh tanya, aku menggeleng pelan tanda tidak tau. Myungsoo mendesah panjang.

Aku melirik Kangjoon yang juga sedang melirikku, dia tersenyum dan aku membalasnya. Kangjoon memang mengakui jika dia menyukaiku, tapi bukankah perasaan sukanya hanya sebatas teman? Dia mengatakan tidak memiliki perasaan yang sama seperti Myungsoo.

Kangjoon mengatakan yang sebenarnya kan?

Atau dia berbohong padaku?

Tbc.

Hai hai~ setelah hampir dua minggu menelantarkan cerita ini akhirnya aku lanjut lagi 😂😂😂

Maaf ya, lagi banjir ide cerita sebelah jadi gitu deh 😅 maklum lah kan kalau proses dua cerita sekaligus pasti bakal ada yang sedikit dianaktirikan, gak bisa selalu adil 😆 namanya manusia selalu khilaf~ ✌✌✌

Hayoo kemarin yg udah lega karena Sehun gak jadi org ketiga, habis baca yg diatas sekarang perasaannya gimana??? 😈😈😈😈

Ini cerita aku ngetik hanya sekedar untuk menantang diriku sendiri dengan gaya penulisan dan sudut pandang berbeda, jadi gak bakal seserius cerita lainnya seperti FM, MLMG atau VGNCS 😁😁😁 dibawa santai aja~ beberapa part udah mau tamat kok.

Oh ya, ada yang bisa tebak gak disini karakter Myungsoo itu pria seperti apa? Aku coba buat karakternya beda dari cerita" lain, entah kalian menangkap maksudnya atau tidak 😃😃😃😃

Thank.xoxo
elship_L
.
.
-02/02/17-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top