Chapter 5

🎶Playlist🎶

Stray Kids - MIA
.
.
.
.
Hi...Aku kembali 😂😂
Tau nggak sih, dari kemarin aku bm karena capek dengan beberapa kesibukan 😳😳😳
.
.
Ada Event yang perlu ku urus dan banyak hal lainnya
.
.
Jadi, aku baru bisa up sekarang 😢
.
.
Maaf ya
🙏🙏🙏
.
Moga aja masih ada yg minat sama ff ini huhu 😭😭😭
.
.
Vote x Komen
Jangan lupa ya
😁😁😁
.
.
Thanks
😙😙😙
.
.
.
HAPPY READING
📖📖📖
.
.

Malam semakin larut dan hujan pun turun cukup deras, membuat jalanan nampak lenggang, hanya beberapa kendaraan dengan lampu jalanan yang meredup, menemani Sinb yang terus meringis menahan sakit di bagian tubuh yang lecet karena pertarungannya tadi. Sepanjang jalan, ia hanya bisa mengumpat tak karuan. Sepertinya gadis ini tak bisa memaafkan kawanan bedebah yang telah membuatnya menjadi seperti korban kekerasan dalam rumah tangga.

"Aish, shit!" umpatnya.

Memar diwajahnya pun seperti mempromosikan merek blush on anti air, belum lagi rasa nyeri dari air hujan sialan ini yang berhasil masuk kedalam kulit memar, memperparah suasana menyedihkan ini.

"Aku bersumpah, akan mengirim cecunguk sialan itu ke neraka!" runtuknya seperti gadis gila ditengah hujan lebat.

Tak mempedulikan tatapan empati dari beberapa pejalan kaki. Ia lebih memilik untuk berpikir bagaimana caranya ia pulang dan selamat dari intrograsi dua pengacara menyedihkan itu, appa dan juga pamannya. Belum lagi si namja yang akhir-akhir ini menjadi anak gunung es yang terus tumbuh beberapa centimeter perminggunya, si dingin Hyunjin. Sungguh, ini sebuah petaka yang lebih menyebalkan dari tendangan bertubi-tubi saat turnamen kickboxing.

"Arrrgghhh...Kenapa semua orang menyebalkan!" keluhnya dan tiba-tiba saja ia mengingat nama Soyeon, sahabat barunya itu.

"Ah, Soyeon! Aku bisa menghubunginya." Diraihnya ponsel dalam tasnya, untung saja tasnya anti air dan Sinb pun segera mencari tempat untuk berteduh.

Tepat di depan sebuah toko musik, Sinb menelepon Soyeon.

"Soyeon..." lirihnya.

"Yak! Kau kemana saja? Hyunjin sampai menghubungiku, bahkan Changbin juga ikut mencarimu. Kau tidak sedang berulah dengan keluargamu kan?"

Soyeon, menghujani Sinb dengan berbagai pertanyaan.

"Tidak! Bisakah kau menjemputku sekarang? Nanti ku ceritakan semuanya, jangan bilang apapun kepada Hyunjin, Changbin sialan itu atau siapapun!" pinta Sinb

Terdengar helaan napas dari seberang.

"Baiklah, dimana kau sekarang?"

Sinb pun memberitahu kepada Soyeon, dimana ia berada saat ini.

Hanya menunggu 15 menit sampai sebuah mobil jenis SUV berhenti di depan toko musik yang dijadikan Sinb tempat berteduh.

Seseorang nampak keluar dari sana dan benar saja, ia adalah Soyeon yang masih Sinb kenali meskipun sosok itu tak melepaskan hoodienya dari kepalanya.

"Kau ini kenapa sebenarnya?" semprot Soyeon yang kali ini berdiri dihadapan Sinb dan melepaskan hoodienya.

"Kenapa dengan wajahmu? Kenapa bajumu kotor semua?" tanya Soyeon yang mencoba meneliti Sinb dari kepala sampai ujung kaki.

Sinb, terlihat santai dengan kehebohan Soyeon.
"Kang Sinb! Tak bisakah kau jelaskan kepada ku? Apa yang terjadi!" desak Soyeon setelah selesai melihat kondisi kacau temannya ini.

"Duduklah dan aku akan menceritakan semuanya," pintanya dan Soyeon dengan sedikit menggerutu pun duduk disampingnya.

Ditengah hujan yang masih lebat, mereka duduk di depan toko musik dan Sinb pun mulai bercerita.

"Aku mengikuti Hyunjin," ucapnya.

"APA KAU GILA? AKU SUDAH MENGATAKAN KEPADAMU UNTUK TIDAK MENGIKUTINYA!" sentak Soyeon dan Sinb cukup tau teman barunya ini marah. Tapi itu wajar, karena yang keras kepala disini adalah dirinya. Sinb pun tak menunjukkan reaksi perlawanan sama sekali, cukup menjadi pendiam seperti ini membuat Soyeon jadi khawatir.

"Lalu apa yang terjadi?" lanjut Soyeon yang terlihat sekali, mencoba menurunkan volume suaranya.

"Aku bertemu dengan anak-anak dari Gunsan dan aku disekap oleh namja yang bernama Han. Kemudian, aku di intrograsi oleh mereka," kata Sinb yang membuat Soyeon sangat terkejut sampai mulutnya menganga.

"Soyeon! Kau kenapa? Tenang saja, aku sudah disini dan baik-baik saja bukan? Kau jangan berekspresi berlebihan seperti itu!" protes Sinb yang kali sudah tidak tahan lagi dengan kehebohan temannya ini.

Soyeon pun seketika panik, ia berdiri dan menoleh ke kiri dan ke kanan, mencoba melihat keadaan disekitar.

"Sinb...Kita pergi dari sini. Tempat ini tidak aman, aku yakin mereka mengirimkan seseorang untuk mengintaimu. Biasanya mereka tak akan melepaskan tawanannya begitu saja, mungkin saja semua itu karena mereka belum tau siapa dirimu. Apapun itu, yang terpenting kita pergi dari sini!" kata Soyeon yang kini menarik Sinb pergi.

Mereka masuk kedalam mobil SUV dan Soyeon mulai menyetirnya dengan kecepatan penuh.

"Soyeon, apa kau ingin membuat kita mati bersama? Kenapa cepat sekali menyetirnya? Bedebah kau!" Protes dan juga makiannya kepada Soyeon.

"Kau itu memang bedebah bodoh! Tidak sadar jika dalam bahaya, kalau Hyunjin tau ini maka perang besar akan segera terjadi! Aish, kau benar-benar pembuat onar," omel Soyeon yang membuat Sinb memutar bola matanya.

"Lalu bagaimana aku harus menangani ini, hah? Bisakah kita merahasiakan ini? Aku juga tak mau appa atau pamanku juga mengetahuinya," cerca Sinb.

"Lalu apa mau mu?" Soyeon balik bertanya.

"Menginap dirumahmu untuk malam ini saja, jebal!" Sinb memohon.

"Aish, menyebalkan sekali. Kau bertindak spontan seperti idiot gila dan pada akhirnya kau tak bisa menghadapi skema terburuknya? Kau pikir, Hyunjin mudah di bodohi? Changbin? Mereka itu cerdik! Kau juga perlu tau jika Minho juga otak dari segala ke kecerdikan itu!" omel Soyeon tak mau berhenti.

"Aish, berhentilah mengoceh. Pikirkan cara agar aku tidak berurusan dengan mereka!" balas Sinb dan Soyeon menggeleng.

"Aku tidak tau, ku pastikan sebentar lagi Hyunjin akan meneleponku lagi." Dan benar saja dugaan Soyeon.

Handphonenya bergetar dan Soyeon segera mengangkatnya, sekaligus mengeraskannya.

"Bagaimana? Kau menemukannya?" Tanpa basa-basi Hyunjin langsung menodong Soyeon dengan pertanyaan. Soyeon menoleh dan bertanya kepada Sinb, dengan cepat Sinb menggeleng.

"Em...Aku tidak tau," ucap Soyeon terbata dan hening sesaat, sebelum akhirnya terdengar suara.

"Aku tau kau sedang bersamanya sekarang. Ia tidak akan pergi kemana pun, kecuali menemuimu karena ia tak memiliki teman disini,"

Skak mat! Seperti perkiraan Soyeon, Hyunjin cukup cerdik. Ia tidak akan mudah di kelabuhi oleh siapapun. Soyeon pun menoleh, membuat Sinb mendesah.

"Urusi saja urusanmu!" seru Sinb yang membuat Soyeon melotot, seolah mengeritik sahabatnya ini.

"Kalau kau tidak segera pulang, aku akan menyeretmu. Kenapa kau selalu menyusahkan semua orang!" omel Hyunjin.

"MATIKAN KU BILANG!" bentak Sinb yang membuat Soyeon mau tidak mau mematikan teleponnya. 

"Sialan kau! Kenapa aku harus bertemu dengan kalian, pada bedebah menyebalkan! Merepotkan sekali!" cibir Soyeon yang merasa pusing dengan kakak adik ini.

"Itu mungkin karmamu di kehidupan sebelumnya," kata Sinb seenaknya. 

Soyeon pun mendengus. "Idiot!" makinya dan Sinb hanya tertawa mendengarkannya.

Setelah itu, Soyeon fokus menyetir dan Sinb hanya melamun dengan pikiran kacaunya. Ia merasa kesal dengan dirinya sendiri, bukannya membereskan semuanya tapi ia malah membuat semuanya menjadi sekacau ini. Ayolah, ini memalukan untuknya, seharusnya ia menjadi pahlawan bagi adiknya itu tapi apa yang ia perbuat sekarang? Sungguh, Sinb begitu kesal dan ia benar-benar ingin menghajar Han habis-habisan.

"Si bajingan Han itu? Kau tau kan?" tanya Sinb dengan sedikit berguman.

Soyeon menoleh sesaat sebelum akhirnya menjawabnya. "Ia yang paling sadis diantara mereka setelah si bajingan Chan, dia yang membuatmu memar?" tebak Soyeon dan Sinb hanya menyeringai.

"Kupastikan dia tidak akan bisa tersenyum dengan gigi kelincinya itu lagi, setelah ku rontokkan giginya itu," runtuk Sinb yang tentu membuat Soyeon menggeleng.

"Jangan gegabah, mereka tak semudah yang kau pikirkan. Terutama ia dan Bang Chan, ia lebih busuk dari jenis bajingan di muka bumi ini." Soyeon memperingatkan Sinb, tapi siapa yang tidak memahami seorang Kang Sinb? Otaknya lebih keras dari batu dan tekatnya tak terbatas seperti langit. Jadi, ia jelas tidak akan menyerah begitu saja.

"Sinb kau mendengarkanku?" tanya Soyeon sambil menoleh dan melihat gadis itu malah memejamkan matanya, membuat Soyeon mendesah.

"Awas saja kau berulah lagi. Aku tidak akan membantumu!" ancamnya dan Sinb pun tak bereaksi, masih seperti posisi sebelumnya, memejamkan matanya.

---***---

Disebuah gang kecil, nampak seseorang berjalan santai meskipun begitu gelap nan sepi. Mencoba untuk mencapai sebuah tempat tak jauh dari sana yaitu sebuah markas terbesar mereka.

Beberapa pria berpakaian urakan sudah ada disana, dengan kebulan asap rokok dimana-mana.

"Bos..." sapa salah satu diantara diantara mereka yang langsung membungkuk.

"Mana Changbin?" tanyanya yang kini membuka tudungnya dan nampaklah sosok Minho dengan penampilan berbeda, sedikit urakan namun tak dapat menutupi paras rupawan itu.

"Ia pergi bersama Hyunjin," jawab salah satu diantara mereka, membuat Minho mengerutkan dahinya, sedikit berpikir keras mungkin.

Menurutnya ini sangat aneh. Hyunjin, anak itu tidak akan datang kemari lagi di jam yang menunjukkan hampir tengah malam. Tapi kali ini, ia datang kemari dan membawa serta Changbin? Pasti sesuatu terjadi tapi apa? Minho pun nampak berpikir keras sampai sosok Felix datang dengan membawa satu buah kantong plastik besar berisi makanan ringan.

"Hyung!" panggilnya, berlarian seperti anak kecil mendekati Minho.

"Ini untuk kalian!" Felix melempar kantong plastik itu pada kerumunan pria yang sedang merokok.

"Thanks keparat!" ucap salah satu diantara mereka dan Felix hanya mengangguk sambil tertawa.

"Kau tau dimana Hyunjin dan Changbin?" Minho bertanya pada Felix.

"Yes, mereka sedang mencari saudarinya Hyunjin hyung yang tiba-tiba menghilang," terang Felix.

"MWO?" Minho cukup terkejut dengan ucapan Felix membuat semua memandangnya heran. Sebab, tak biasanya Minho menunjukkan keterkejutan seperti ini, biasanya namja ini cukup tenang dalam menghadapi apapun, bahkan untuk meledakkan emosinya saja, ia melakukannya dengan cara yang tak tergesa-gesa.

"Why, hyung?" tanya Felix yang tiba-tiba saja menjadi sedikit khawatir saat melihat ekspresi Minho.

"Ehmm..." Minho pun berdehem. Mencoba mengembalikan ketenangannya. "Telpon Changbin sekarang, aku ingin tau mereka dimana," pinta Minho dan Felix pun segera meraih handphonenya.

"Hyung, kau dimana?" tanya Felix yang terhubung dengan Changbin.

"Hoh, baiklah. Akan aku sampaikan kepada Minho hyung," ucapnya dan menutup telponnya.

Minho terlihat masih menunggu dan Felix pun mulai mengatakan sesuatu.

"Mereka pergi kerumah Soyeon, kebetulan hanya Changbin hyung yang tau dimana letak rumahnya," terang Felix yang membuat Minho mengangguk.

"Baiklah, aku akan pergi. Kalian tetaplah disini, aku akan kembali," katanya.

Minho pun pergi meninggalkan markas, sedikit berjalan cepat menuju mobil sport black miliknya.

Melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Jarak yang seharusnya ditempuh satu jam dengan kecepatan sedang, dapat Minho tempuh dengan waktu 25 menit. Sungguh, apa yang di pikirkan namja ini sebenarnya? Apa ia menjadikan jalanan seperti sirkuit balapan?

Minho pun memarkirkan mobil sport black depan gang rumah Soyeon. Minho pun melihat mobil Hyunjin yang sudah berada disana, lengkap dengan Changbin serta Hyunjin yang menunggunya dengan bersandar di mobil.

Minho pun keluar dari mobil dan menghampiri keduanya. "Kenapa masih disini?" tanya Minho yang tak mengerti dengan keduanya yang seharusnya bertindak lebih cepat.

"Kami melihat mereka masuk dan itu sudah cukup bagi Hyunjin," terang Changbin yang sebenarnya tak benar-benar paham dengan tindakan juniornya ini.

"Wae?" Minho pun mempertanyakan tindakan Hyunjin ini.

Namja berbibir terbal itu mendesah. "Dia aneh, tidak biasanya bertingkah seperti ini tapi aku juga tidak ingin menemuinya," ucap Hyunjin yang membuat Minho mengirutkan keningnya, nampak berpikir.

"Aneh?" Minho penasaran, Changbin terlihat keheranan memandang Minho.

"Aku yakin ia menyembunyikan sesuatu dan itu pasti sesuatu yang besar, kalau tidak, mana mungkin ia sampai berani tidak pulang? Bahkan ia mengabaikan telpon dari paman yang begitu mendukungnya untuk tetap disini," terang Hyunjin masih dengan wajah datarnya.

"Kalian pergi saja, biar aku yang mengurusnya," kata Minho yang jelas membuat keduanya tak memahaminya.

Meskipun dengan datarnya Hyunjin menolak untuk menemuinya, ia juga tak bisa pergi dengan seperti ini. Hyunjin tentu menginginkan info tentang keadaan Sinb, jadi ia akan menunggunya.

"Kau akan pergi?" Changbin mencoba memastikan, setelah Minho berjalan masuk ke dalam gang.

"Kau saja yang pergi hyung, aku akan menunggu Minho hyung," ucap Hyunjin yang tentunya membuat Changbin tertawa dan Hyunjin mengirutkan keningnya, seolah bertanya arti dari tawa Changbin.

"Jujur saja bedebah, kau mengkhawatirkannya kan? Si yeoja bermulut kasar itu?" ejek Changbin yang tentu membuat Hyunjin hanya diam.

"Aku tak bisa membiarkannya bertingkah aneh seperti ini," elaknya masih tak mau mengakuinya dan Changbin hanya mengangguk-angguk tak ingin melanjutkan perdebatan ini, ia tak ingin terlalu ngotot mengahadapi si gunung es yang kokoh ini.

Bagaimana bisa, ada manusia es elegan nan tampan seperti Hyunjin? Wajah polos, seperti anak normal pada umumnya, bahkan ia cukup stabil dengan nilai-nilainya yang tak pernah di bawah rata-rata meskipun saat di kelas ia hanya menunjukkan wajah datarnya. Itu kenapa? Para Songsaenim tidak pernah mempercayai aduan dari beberapa siswa tentang Hyunjin yang terkadang menghajar beberapa pembangkang yang tak mau tunduk pada mereka. Bisa dibilang, Hyunjin adalah face group, visual yang menipu adalah tameng andalan untuk menutup rapat kenakalannya. Terkadang, Changbin selalu bertanya tentang kenapa Hyunjin bisa bergabung dengan berandalan seperti mereka? Namun, namja ini hanya mengendikkan bahunya dan berlalu begitu saja.

Hanya Minho yang menyeletuk dengan alasan ambigunya. Seperti penolakan tentang sebutan Changbin jika mereka adalah grup berandal karena menurutnya, mereka adalah sebuah organisasi penguasa di sekolah menengah atas, Gimje. Kalau di pikir-pikir, Minho sangat mirip dengan Hyunjin, sok elegan. Kemudian si idiot Felix yang terlalu melawak dengan bahasa campurannya. Hanya Changbin yang lebih banyak terus terang dengan kenakalannya, bisa dibilang ia sang namja yang tak pernah gentar untuk menghadapi apapun.

Pada akhirnya Changbin memilih menemani Hyunjin dengan menghisap rokok dan Hyunjin memainkan game dengan muka datar nan elegan yang terkadang membuat Changbin ingin memukul muka nyebalkannya itu.

Ketenangan mereka sedikit terganggu dengan sebuah mobil yang semenjak tadi mondar-mandir.

"Kau menyadarinya?" tanya Changbin menoleh dan Hyunjin pun mengangguk.

"Ayo selidiki," ajak Changbin dan mereka pun melangkah mendekati mobil aneh yang berhenti itu.

Sementara, Minho telah sampai di depan rumah Soyeon, memencet bel beberapa kali.

Didalam rumah, Sinb sudah berganti pakaian, meminjam piama hitam bergambar tengkorak milik Soyeon dan berkaca dengan mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Seleramu memilih piama cukup buruk, ini seperti datang kesebuah pemakaman, bahkan tengkorak ini cukup mengerikan," cibir Sinb yang terkadang memang cukup mengesalkan.

"Pakai atau kau telanjang?" ancam Soyeon dengan suara lantangnya karena ia berada di pantry, membuat sebuah makanan untuk membungkam mulut si yeoja pencibir agar tak disebut sebagai tuan rumah yang buruk dalam urusan menyambut tamu.

Ting Tong...

"Bedebah, kau bilang tinggal sendiri? Kenapa saat hampir tengah malam ini ada yang memencet bel?" tanya Sinb dengan lantang dan Soyeon mengirutkan keningnya, sebelum akhirnya mematikan kompor.

"Kau tetap di dalam dan aku akan memeriksanya," pinta Soyeon yang kini beranjak ke depan pintu.

Seperti terserang rudal berkekuatan tinggi yang memporak porandakan akal Soyeon, gadis ini shock dan mulutnya pun menganga, saat tau siapa sosok di balik pintu, ketika ia melihatnya di layar.

"MIN-MIN-HO?" pekiknya dan suara itu cukup terdengar.

"Buka! Sebelum kesabaranku habis!" perintah Minho dari balik pintu dan Soyeon mau tidak mau membukanya. Ia berdiri kaku dan menunduk, terlihat ketakutan.

"Dimana ia?" tanya Minho yang membuat Soyeon mau tidak mau mendongak, ia dapat melihat tatapan seperti tombak tajam yang siap untuk di tancapkan oleh Minho, membuatnya sangat merinding.

"Kau mencariku?" Sinb datang disaat yang tepat--disaat Soyeon bimbang, mau menunjukkannya atau tidak?

Ekspresi Sinb menunjukkan keheranan sekaligus kesal. Ia sudah berani berulah denganbya dan sekarang dengan arogannya, Minho mencarinya? Sungguh, namja ini tak memiliki otak, pikir Sinb.

Minho pun berjalan mendekat, Sinb terlihat waspada.  Tangan Minho tiba-tiba menyentuh memar di bagian wajah Sinb.

"Kenapa kau mencariku?" tanya Sinb dengan heran, menepis tangan Minho, tak membiarkannya lagi menyentuh wajahnya.

"Apa ini alasanmu tak pulang?" tanya Minho masih penasaran. Dugaan Hyunjin itu memang benar, ia yakin jika Sinb menyembunyikan sesuatu.

"Itu bukan urusanmu! Ka, jangan ganggu aku, jangan urusi, apapun urusanku!" tegas Sinb dengan tatapan seriusnya, tapi ia lupa, siapa namja dihadapannya ini.

Lee Minho, penguasa Gimje yang tak akan pernah gentar dengan intimidasi model apapun!

Rahang Minho mengeras dan dengan gerakan cepat, tangannya meraih tubuh Sinb membuat mereka berdekatan.

"Yak! Lepaskan aku!" berontak Sinb dan Minho dengan kekuatannya, hanya diam terus memandang tajam Sinb.

Soyeon yang melihatnya kebingungan, khawatir da  ketakutan dalam bersamaan. Ingin rasanya ia memukul kepala Sinb dengan palu, agar gadis ini sadar jika kini ia berhadapan dengan rudal yang dengan mudah meledak kapan pun.

"Soyeon, katakan!" tekan Minho yang membuat Soyeon kelabakan.

"Anu..."

Sinb kesal dan marah saat Minho mencoba menggunajan ketakutan Soyeon. Ia pun mencoba menggerakkan kakinya, hendak menendang Minho tapi sepertinya Minho dapat membaca ekspresi gadis ini.

"Jika kau terus berontak, ku pastikan kau akan menyesal!" ancamnya yang tentu membuat Sinb tak gentar.

"Aku tidak peduli! Ini urusanku! Bukan dirimu!" Lawan Sinb dan Minho semakin geram saja.

"YAK!" Sinb memekik saat Minho menggendongnya seperti karungan. Memasuki kamar Soyeon dan menguncinya dari dalam.

"Minho, maafkan dia," seru Soyeon yang mencoba mengetuk pintunya, namun Minho tak menghiraukannya.

Tubuh Sinb terlempar di atas tempat tidur dan Minho pun segera berada diatasnya, memegangi tubuh Sinb agar tak bergerak.

"Apa maumu keparat!" rancau Sinb.

"Diam!" Minho semakin mempersempit pergerakan Sinb, kali ini gadis itu tak bisa bergerak. Hanya napasnya yang memburu dan tatapan marahnya yang terlihat.

"Aku tidak tau apa tujuanmu? Yang pasti cukup mengusik kami, terutama Hyunjin. Apa kau pikir dia akan kembali normal seperti dulu? Kau salah, kau dan eommamu lah penyebabnya," ucap Minho sinis.

"Kau..." rancauan Sinb terhenti saat tiba-tiba Minho membungkamnya dengan ciuman.

Sinb meronta, mencoba melepaskan diri tapi Minho cukup kuat, bahkan sertifikat level tingginya di kickboxing tak membantu sama sekali.

Ciuman itu cukup kuat dan membuat Sinb kewalahan sampai ia mendengar kegaduhan di luar.

"Hyung, Gunsan mencoba menguntit noona," seru Hyunjin dari balik pintu yang membuat Minho menghentikan aksinya.

"Bajingan sialan!" Sinb mendorong tubub Minho kuat, membuatnya terdorong jauh. Tepat saat itu pula pintu terbuka, terlihat Hyunjin, Changbin menatap mereka aneh. Sementara Soyeon segera masuk dan menghampiri Sinb.

Perhatian Hyunjin teralih pada memar di wajah noonanya. "Kenapa kau berurusan dengannya?" bentak Hyunjin dan Sinb pun mendesah, mencoba menahan ledakan amarahnya.

"Kurasa mereka yang membuatnya seperti ini," Minho berdiri, membantu Sinb menjawabnya.

"PERGI KALIAN KEPARAT!" Sinb memekik.

"KAU!" Changbin kesal disebut keparat, ia hendak menyerang Sinb tapi Minho memberinya kode untuk berhenti.

"Kalian tinggalkan kami berdua, aku akan membuatnya bicara," pinta Minho dan Sinb mulai panik.

"Andwae!" tolaknya tapi semuanya tidak bisa menghentikan keinginan Minho.

Kini, lagi-lagi mereka hanya berdua. Dengan suara setegang ini, kali ini Sinb sangat takut jika Minho menyerangnya kembali dan pemandangan ini cukup memuaskan Minho.

Namja ini sadar jika dirinya menang, berhasil menakhlukan gadis liar dihadapannya ini.

"Kau hanya perlu memilih, menceritakanya atau aku menciummu?" tawar Minho yang jelas membuat Sinb sangat ingin membunuh namja dihadapannya ini, sekarang!

Napas Sinb memburu dan ia beberapa kali menghela napas sebelum akhirnya mengatakan sesuatu. "Aku mengikuti kalian dan ketahuan oleh Han," akui Sinb.

"Mwo? Kenapa kau mengikuti kami? Apa Han yang memukulmu?" tanya Minho dan Sinb mengangguk.

"Jebal, jangan katakan ini ke Hyunjin!" Sinb tiba-tiba saja memohon dan Minho masih tetap diam.

"Katakan! Kenapa kau mengikuti kami?" Minho mendesaknya lagi.

"Aku hanya ingin tau, apa yang ia lakukan," jujur Sinb dan kali ini Minho menghela napas.

"Ayo pulang, aku akan mengantarmu," ajaknya dan Sinb langsung menggeleng. Tidak biasanya Minho mau direpotkan seperti ini, kecuali oleh Sinb. Gadis dengan segudang kejutan yang membuat Minho terheran-heran dengan tindakan cerobohnya.

"Aku akan pikirkan cara untuk menghindari intrograsi dari keluargamu. Jadi hanya perlu mengikutinya saja," ucapnya lagi dan Sinb masih menggeleng dan hebatnya lagi, Minho mencoba membujuknya, sungguh seperti bukan dirinya.

"Atau ku katakan pada Hyunjin berasal dari mana memarmu itu?" Bahkan dengan ancaman elegan.

"Andwae!" Responnya dengan cepat. Minho tersenyum.

"Kalau begitu, kau harus menuruti apa kataku!" tekannya dan Sinb diam dalam kekalahannya.

-Tbc-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top