Chapter 28

Di rumah sakit, dimana Chan dirawat. Han masih belum datang untuk membeli air minum, hanya tersisa Sinb bersama Seungmin. Mereka terdiam, tidak saling mengatakan sesuatu kecuali Sinb yang semenjak tadi mulutnya berkomat-kamit. Seungmin mengira, jika gadis di hadapannya ini sedang berdoa.

Lucu, ini pertama kalinya ada gadis yang tak terlalu banyak pola. Meskipun ia tahu Sinb terkadang menyebalkan dengan caranya yang terus ikut campur dalam urusan mereka. Seungmin pun juga mengetahui jika gadis ini tidak memiliki maksud lain. Kenyataannya Seungmin mulai menerima kehadiran Sinb.

"Apa kau mendoakan sesuatu yang buruk?" Seungmin mencoba menyapa dengan cara tragis. 

Sinb menoleh dan menatapnya tajam sembari mencibir. "Tutup mulutmu itu!" 

Seungmin pun tertawa, membuat Sinb semakin kesal saja. Bagaimana bisa bocah yang seumuran dengan Hyunjin ini berpola di hadapannya. "Berapa umurmu? Kenapa kau tidak sopan sekali." Omelnya yang tidak berhenti. Jika itu Dahyun, ia akan bersikap seolah dirinya adalah seorang peri kebaikan yang di belakang bertingkah licik. Sementara Sinb, sebelas dua belas dengan Yeji. Tiba-tiba saja Seungmin merindukan gadis itu.

"Haruskah aku memanggilmu noona?" tanyanya yang sedikit menggoda Sinb. Kenyataannya Seungmin sangat senang dengan segala ucapan Sinb.

"Tentu saja, kenapa kau menawar di saat kondisi seperti ini? Apa kau benar-benar ingin ku pukul?" ancamnya yang kesal dan Seungmin masih saja tertawa.

"Sudah, sampai kapan kau akan menggodanya?" Han datang membuat Seungmin membenarkan posisinya. Sepertinya ia sedikit takut dengan Han dan itu berhasil Sinb tangkap, hanya saja, ia sedang tidak ingin menjahili Seungmin. Ia harus berdoa untuk keselamatan Chan yang meskipun pria itu sering kali mengganggunya sampai membuatnya kesal.

Setelah itu sosok Hyunjin datang. "Noona!" panggilnya membuat Sinb menoleh dan melambaikan tangannya.

Seungmin terlihat tak suka dengan kehadiran Hyunjin dan Han pun diam. Nampaknya permusuhan di antara mereka masih membara. Sinb yang mengetahuinya hanya menghela napas.

"Apa yang terjadi?" Hyunjin bertanya dengan segala rasa penasarannya. Menatap Sinb dan kedua pria itu bergantian, tampaknya Hyunjin sudah tidak sekaku dulu dan Sinb menyukainya saat ia sekarang lebih fleksibel dari biasanya.

"Seseorang berusaha menusuk Chan dan aku tidak mengenalnya karena ia memakai tudung dan masker," terang Sinb.

Hyunjin pun duduk dan mencoba berpkir. "Apa kelompok Hongjoon?" tanyanya.

"Bukan, aku sudah menyelidikinya." Seungmin menyahut, membuat anggapan Sinb jika di geng Chan orang yang selalu bertugas mencari info tentang sesuatu adalah Seungmin.

"Lalu?" Hyunjin benar-benar ingin mengetahui yang sebenarnya. 

Seungmin menggeleng, dahinya mengkerut. Begitu pula dengan Han yang terlihat memikirkan hal ini dengan serius.

"Apa kalian memiliki musuh yang tak terlihat?" Pertanyaan Hyunjin sangat ambigu, membuat Sinb yang gemas pun segera menjitak kepalanya.

pletak

"Noona, apa yang kau lakukan?" keluhnya sembari menggosok kepalanya. Seungmin dan Han hanya menertawai Hyunjin. Kekasaran seorang Kang Sinb sudah tidak diragukan lagi, gadis ini tidak memiliki rasa malu atau takut pada siapa pun. Mungkin itu juga yang menjadi daya tariknya.

Kegelian dengan adik kakak ini teralihkan saat pintu ruang operasi terbuka dan dokter keluar dengan Chan di atas trolli. Terlihat wajah pucatnya yang masih terbius. Han merasa cemas, seketika memegang tangan Sinb, meminta kekuatan pada gadis yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Sinb pun membalasnya, wanita ini tak kalah khawatirnya.

"Dia akan baik-baik saja kan dokter?" Sinb mencoba untuk bertanya dan dokter tersebut segera berhenti dan menatap mereka dengan seksama.

"Hampir tusuk di dada terlalu mengeluarkan banyak darah dan kalau terlambat di bawah kerumah sakit, itu akan menyebabkan paru-paru mengecil. Untung saja, kalian segera membawanya. Sekarang, ia harus istirahat total tanpa banyak bergerak agar lukanya cepat mengering," ucapnya yang membuat semuanya lega. Sinb pun memejamkan mata, merasa bersyukur Chan selamat.

"Aku akan menemani sampai beruang kutub datang, kalian pulang saja," kata Han dan Sinb diam, ia bingung apa harus pulang atau menunggui Chan? Ia masih belum merasa lega sepenuhnya jika belum melihat Chan sadar.

"Ibu akan mengirim ayah dan paman, jika kita tidak segera pulang," sela Hyunjin yang membuat Sinb mendesah. Selalu, ibunya itu berlebihan. Sepertinya ia akan mulai kesusahan dengan sikap over protektif dari ibunya.

"Baik, aku akan pulang. Tapi sebelum itu, aku ingin melihat keadaannya sebelum pergi," mohon Sinb dan Hyunjin pun mengangguk untuk mengabulkan permintaan kakak perempuannya ini.

Akhirnya mereka pergi bersama untuk melihat Chan di ruang rawat inap. Setelah perawat sudah merapikan tempat tidur dan pakaian Chan, mereka semuanya bisa masuk ke dalam.

"Aku harap dia cepat sembuh," ucap Sinb yang duduk di sebelah Chan. Seketika Seungmin dan Han berangan-angan, alangkah baiknya jika Sinblah wanita yang dicintai Chan. Mereka cukup serasi dan tentu Sinb tidak akan seperti Dahyun yang suka sekali memanfaatkan kebaikan Chan.

Tanpa mereka sadari berlahan mata Chan terbuka dan tangannya bergerak untuk meraih tangan Sinb. Membuat gadis ini terkejut. "Dia sadar!" pekiknya yang bingung dan semuanya segera mendekat.

"Kau baik-baik saja, 'hyung?" sapa Han dan Chan mengangguk, membuat semuanya lega. Termasuk juga Sinb dan gadis ini pun segera bangkit.

"Hyunjin, sepertinya kita harus pulang karena tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi," ucapnya.

"Siapa yang boleh menyuruhmu untuk pergi," lirih Chan, meskipun sakit ia masih ingin mencegah Sinb pergi.

Hyunjin pun kesal, ia tidak ingin kakaknya dipermainkan oleh Chan. Padahal Sinb sudah menolongnya. Saat Hyunjin hendak bersuara, Sinb menggeleng. Mencoba untuk menghentikan adiknya ini mengatakan apa pun.

"Hyung, noona sudah menunggumu semenjak tadi." Han mencoba membela Sinb.

"Sepertinya ia kelelahan juha." Bahkan kali ini Seungmin membantunya. Chan tak percaya melihat kedua anggotanya ini membela Sinb.

Sinb pun tersenyum dan berjalan mendekati Chan. "Aku tahu, kau mencoba untuk menarik perhatian Minho kan? Agar ia segera datang kemari dan meninggalkan Dahyun." Sinb menjeda mencoba untuk mengatur napasnya. Chan seketika tertawa dan ekspresi Sinb berubah. 

"Sayang sekali, itu tidak akan berhasil. Aku bukan apa-apa baginya dan apa kau tidak pernah berpikir perasaan orang lain dengan perbuatanmu ini? Saat kau hanya menjadi egois dan memikirkan ambisimu sendiri? Aku lelah menghadapimu atau pun Minho. Jadi, mari kita jalani hidup masing-masing. Jangan pernah libatkan aku lagi dalam urusan kekanak-kanakan kalian." ucapnya yang segera berbalik dan segera menggandeng tangan Hyunjin, menyeretnya keluar.

Saat sampai diambang pintu, Minho sudah berdiri di sana, entah semenjak kapan. Sinb lebih memilih mengabaikannya dan menarik Hyunjin untuk keluar. Namun, bukan Minho jika pria ini tidak segera menariknya.

"Kau mau kemana? Aku datang  kemari untuk mencarimu!" katanya dengan lantang, seolah ingin semuanya tahu dan Sinb terlalu lelah untuk menanggapinya.

"Aku lelah dan aku akan pulang," pamitnya yang tidak ingin terlalu lama berada di sekitar Minho yang akan membuatnya semakin naik darah.

Hyunjin pun tidak bisa berbuat apa-apa saat tangan noonanya ditarik, membuat dirinya harus melepaskan tangan noonanya yang membuat Sinb berhasil mendarat dipelukan Minho. Chan terlihat sangat tidak menyukainya dan Sinb tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Meskipun ia pernah mengakui jika dirinya menyukai Minho dan akan mempertahankan rasa sukanya itu meskipun Minho masih bersama dahyun. Kenyataannya Sinb tak sanggup, ia berpikir dirinya pun berharga jadi kenapa ia harus mengorbankan kebahagiannya hanya untuk mendapatkan perhatian Minho.

"Jangan memulai pertengkaran apa pun, mari kita menjalani hidup masing-masing. Kau dengan Chan, seperti apa hidup kalian ... itu akan menjadi urusan kalian dan aku akan mengurusi hidupku sendiri," katanya yang kali ini mendorong kuat Minho. Pria ini yang sedikit terkejut dengan ucapan Sinb membuatnya dengan mudah terdorong begitu saja.

Sinb berjalan cepat. Hyunjin membungkuk ke arah Minho dan melambai pada Felix yang semenjak tadi menyaksikan drama ini, sebelum akhirnya Hyunjin menyusul.

Han dan Seungmin saling berpandangan, sedikit menghela napas melihat para pria bodoh itu mencoba menyia-nyiakan sosok yang begitu kuat seperti Sinb. Jika setelah mendengarkan ucapan Sinb barusan mereka tidak menunjukkan perubahan, berarti keduanya dungu. Padahal Han dan Seungmin sudah kagum setengah mati pada Sinb.

Sementara Sinb berjalan sambil menangis tersedu, ia tidak malu dilihat orang-orang di sepanjang koridor. "Kau berlagak seperti wanita perkasa baru saja dan sekarang kau seperti gadis cengeng," cibir Hyunjin yang tak percaya jika noonanya ini berubah.

"Kau tidak tahu bagaimana rasanya menyukai seseorang dan orang itu hanya mempermainkanmu, menjadikanmu bahan olokan, hik," kata Sinb dengan tidak karuan dan Hyunjin yang malu, memilih merangkul kakaknya dan menaruh topinya di kepala kakaknya ini agar orang lain tidak melihatnya.

"Aku memang belum mengalaminya, tapi pilihanmu tidak buruk juga. Rupanya, noona sudah mengerti tentang makna jalani hidup sesukamu, tanpa harus tertekan oleh orang lain," ucapnya yang membuat Sinb berhenti menangis, dipandangnya adiknya ini yang menunjukkan senyum tak biasa.

Sinb pun tersenyum. "Oh, jadi seperti ini hidup sesuka hati? Meskipun awal sakit, tapi ini melegakan saat aku bisa mengatakan keberatanku dengan mudah," katanya dan keduanya berpandangan sebelum akhirnya saling melempar senyum.

-Tbc-

Hai semua, Jan lupa buat berkunjung ke ceritaku yang lainnya ya.

Hanya ada di Good Novel, yuk ya g punya akun di sana 🤣

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top