Chapter 27

Han terlihat turun dari motor sport yang lebih sering ia pakai. Disusul dengan Seungmin yang membawa mobil.

"Noona!" Han mencoba memanggil Sinb yang terlihat sekali wajahnya begitu pucat. Traumanya saat ia tertusuk berusaha ia tahan agar ia bisa terus menjaga Chan seberapa pun dirinya benci pada pria ini. Tetap saja, ia tidak akan tega melihat Chan seperti ini.

"Cepat, bawa dia ke rumah sakit," lirih Sinb yang mencoba untuk berdiri dan membantu Han membawa Chan yang tak sadarkan diri ke dalam mobil mereka.

"Aku yang akan menyetir. Seungmin, ikuti kami dari belakang!" pinta Han dan Seungmin pun mengangguk, menyetujui ucapan Han.

Sementara Sinb ikut dengan mobil Han dengan mendampingi Chan. sepanjang perjalanan Sinb ketakutan. Ia tidak menyangka akan menjadi hal semacam ini dan Han yang melihatnya pun beberapa kali melihat kaca spion dalam.

"Nona, Chan hyung akan baik-baik saja. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya," kata Han dan Sinb menghela napas kesal.

"Aku tidak mengerti, maksudku ... kita masih berada di sekolah menengah, tapi kenapa kita harus terlibat dalam hal menakutkan seperti ini? Apa nyawa, benar-benar bukan apa-apa untuk kalian?" pekik Sinb yang mulai menangis. Ia kesal karena baik Chan dan teman-temannya atau pun Hyunjin dengan teman-temannya selalu berusaha untuk beradu, menyakiti diri mereka sendiri. Seolah perkelahian itu bukan apa-apa dan luka yang mereka dapat, tidak akan menyakitkan.

Han sedikit terkejut. Ia tidak menyangka Sinb yang begitu kuat menjadi histeris seperti ini. Namun, saat Han mencoba untuk memandang Chan, ia pun memaklumi jika Sinb sangat mengkhawatirkannya.

Mobil Han berhenti dan mereka telah sampai di rumah sakit. Seungmin dan Han mencoba untuk mengangkat tubuh Chan, beberapa detik trolli datang dan membawa Chan dengan cepat. Sinb masih gemetaran mengikuti Chan keruang operasi, bersama dengan Han dan Seungmin.

Mereka bertiga lemas dan duduk untuk menunggu operasi Chan. Han yang melihat wajah Sinb pucat pun menghampirinya. "Nona, baik-baik saja?" tanya Han dan Sinb mengangguk, sementara Seungmin memandangnya, tanpa bertanya apa pun. Dulu, ia memang tidak menyukai Sinb karena wanita ini membuat keadaan semakin rumit, sama seperti Dahyun. Namun, ketika melihat gadis ini tetap bertahan meskipun seluruh tubuhnya bergetar, Seungmin sedikit mulai berempati kepadanya. Ia tidak seburuk yang Seungmin kira dan pantas saja Han begitu menghormatinya.

"Aku akan membeli minuman, kau jaga noona," pinta Han dan Seungmin pun mengangguk.

---***---

Hyunjin telah sampai di rumah dan ia tidak menemukan Sinb. Hanya ada ibu, ayah dan pamannya yang berada di ruang tamu.

"Aku pulang!" ucap Hyunjin yang membuat Tiffany segera berdiri, untuk menyambut Hyunjin dengan memeluknya. Membuatnya kikuk.

"Dimana Sinb? Kenapa kau hanya sendirian?" tanyanya yang membuat Hyunjin terkejut.

"Bukannya ia pulang dulu? Belum sampai?" Hyunjin juga terlihat kebingungan. Ia tidak mengerti kenapa noonanya itu terlalu lama di luar?

Kangin pun mulai terlihat khawatir. "Cepat telpon dia," pintanya dan Dongho pun segera menyambar handphonenya untuk menghubungi Sinb.

Ketika sambungan terhubung. "Kau berada di mana?" tanya Dongho.

"Apa, rumah sakit? Apa yang terjadi?" Dongho terlihat mengirutkan keningnya. Tiffany dan yang lain mulai cemas.

"Chan? Seseorang menusuknya? Apa aku perlu menjemputmu sekarang?" tanya Dongho. 

"Baiklah, aku akan menyuruh Hyunjin untuk menjemputmu," kata Dongho yang kali ini menutup teleponnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Kangin.

"Temannya tertusuk seseorang dan saat itu ada Sinb di sana. Sekarang Sinb, sedang berada di rumah sakit untuk menunggunya operasi," terang Dongho dan setelah itu Hyunjin sudah dapat menebaknya sendiri.

Pria ini pun berbalik. "Kau mau kemana? Biarkan ayahmu saja yang menjemputnya." cegah Tiffany yang tidak ingin anaknya ini terlibat perkelahian lagi. Sudah cukup ia melihat Sinb tertusuk karena Tiffany yakin jika Sinb berusaha untuk melindungi Hyunjin.

"Aku tidak ingin kau terlibat lagi, biarkan ayah dan pamanmu yang menjemputnya. Itu akan lebih aman," mohon Tiffany dan Hyunjin yang merasa situasi ini tidak seharusnya orang tuanya itu ikut. Bukan karena ia merasa bisa mengatasi sendiri, hanya saja akan bertambah runyam jika mereka ikut campur dalam hal ini.

"Biarkan aku pergi sendiri, nanti ... saat aku tidak bisa mengatasinya, aku akan segera menelepon kalian," ucap Hyunjin dengan serius, tidak biasanya ia seperti ini. 

"Tapi-" Tiffany akan bersikeras melarang Hyunji, tapi Kangin segera menghalanginya dengan segera menggeng kepada Tiffany.

"Aku akan menjamin kalau kita akan pulang dengan selamat," ucapnya yang membuat Tiffany harus menghela napas. Mereka memang masih sangat kikuk, tapi ia sekarang sedang berusaha untuk memperbaiki dirinya untuk menjadi ibu yang lebih baik untuk anak-anaknya.

"Baiklah, jika terjadi sesuatu segera hubungi paman," kata Dongho dan Hyunjin pun menganguk sebelum akhirnya ia pergi.

Saat memasuki mobil, Hyunjin mencoba untuk menghubungi Changbin. "Hyung, kau dimana? Sepertinya penyerangan misterius telah dimulai. Kali ini mereka mengincar Chan," ucap Hyunjin.

"Noona, tidak tahu wajahnya. Aku rasa jika mereka bagian dari Hongjoon, mereka tidak akan menutupi wajahnya dengan masker, ia pasti akan menunjukkan wajahnya," lanjut Hyunjin.

"Sekarang, aku akan menjemputnya dan mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya." Kali ini Hyunjin menutup sambungannya dengan Changbin dan segera menyetir mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

---***---

Changbin sedang berada dikedai dengan meminum soju dan Jajamyun bersama Yebin dan Felix. Saat beberapa detik yang lalu ia selesai menerima telepon dari Hyunjin.

"Apa yang terjadi?" tanya Yebin dan Changbin menghela napas. Membuat gadis ini semakin penasaran saja.

"Chan tertusuk oleh seseorang, tapi bukan perbuatan gengnya Hongjoon," ucap Changbin yang merasa masalah ini serius. Mereka memang bermusuhan dan sepengetahuan Changbin hanya gengnya dan Hongjoon saja yang memiliki kemungkinan untuk saling beradu dan Minho tidak pernah membenarkan mereka sampai membawa senjata, karena itu melanggar kesepakatan.

"Lalu siapa? Jangan-jangan mereka berusaha untuk mengadu domba kita? Maksudku, mereka sepertinya sengaja untuk membuat kita saling menaruh curiga," kata Yebin yang kesal dan Felix terdiam, seolah memikirkan sesuatu semenjak  tadi.

"Kenapa kalian terlihat begitu serius?" tanya seseorang yang tak lain adalah Minho. Pria ini datang setelah mengantarkan Dahyun, membuat Yebin berdecak kesal. Sebab mereka berjanji untuk datang tepat waktu untuk pertemuan seperti biasanya. 

"Apa kau tidak bisa lebih cepat sedikit? Maksudku, saat ini keadaan kacau dan kau malah lebih mementingkan wanita itu. Benar-benar menyebalkan!" cibir Yebin yang membuat Minho kini memandang wanita ini dengan serius. Membuat nyali Yebin tiba-tiba menciut.

"Apa yang terjadi?" tanyanya pada Changbin.

"Chan tertusuk dan saat itu ia sedang bersama Sinb," ucapnya yang membuat Minho benar-benar terkejut.

"Apa Sinb juga terluka?" tanya Minho yang lebih mengkhwatirkan gadis itu dimandingkan siapa pun.

"Aku tidak tahu hyung, sekarang Hyunjin mencoba menjempurnya," jawab Changbin.

"Aku akan menyusulnya, berikan alamatnya," kata Minho dan Yebin mendengus.

"Kau, kenapa kau selalu mengkhawatirkannya. Padahal kau sekarang bersama Dahyun. Sebenarnya, siapa yang kau pilih di antara ke duanya? Kalau pada akhirnya kau hanya akan menyukai Dahyun, tinggalkan Sinb ... ia lebih berhak mendapatkan pria lebih baik darimu!" Meskipun Yebin takut jika Minho marah kepadanya, Yebin juga tidak bisa mengabaikan sesuatu yang mengganggunya ini. Ia menyukai Minho semenjak lama, karena itu ia juga merasakan apa yang Sinb rasakan.

Mungkin, bisa dikatakan tak sebanding dengan Sinb karena yang ia tahu, Minho telah mengajaknya berkencan, memberikan harapan palsu. Itu lebih menyakitkan dari pada di tolak dari awal sepertinya.

Minho pun terlihat marah. "Itu urusanku, kau tidak harus mencamurinya," balasnya dan Yebin yang marah pun berdiri.

"Aku memberi saran sebagai teman, kau akan menyesal saat Sinb akan menyerah kepadamu. Lihat saja," kata Yebin yang meninggalkan kedai begitu saja/

Changbin pun menghela napas. "Maafkan Yebin hyung, ada beberapa masalah dikelompok gadis. Aku akan menasehatinya, kau pergi saja bersama Felix," kata Changbin dan Minho pun mengangguk.

"Baiklah, ayo Felix," ajaknya pada Felix.

Felix pun berdiri dan mengikuti langkah Minho yang semakin cepat. Minho masih mengingat saat ia meninggalkan Sinb tadi siang dan dengan datangnya Dahyun kepadanya, itu jelas membuat Chan marah dan akhirnya mengincar Sinb. Di situlah awal mula peristiwa itu terjadi dan Minho pun harus memikirkan cara untuk menjauhkan Sinb dari Chan, agar gadis itu tidak selalu dalam bahaya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top