Chapter 24

Hi, sebelum baca chap yang ini, aku cuman mau bilang semoga kalian nggak baper

Wkwk

Itu aja sih

🤭🤭🤭

Happy Reading
😆😆

Lorong rumah sakit yang tak pernah lenggang ketika malam pun tiba. Pasien terus berdatangan tanpa bisa diduga. Bising yang membuat seseorang tak bisa tenang dalam kamarnya, ia terus mondar-mandir merasa cemas akan sesuatu. Kemudian seorang pria masuk dengan membawa beberapa makanan.

"Kenapa kau tidak tidur?" tanyanya dan gadis itu pun menoleh, segera menghampirinya.

"Mana Minho? Kenapa ia tidak kemari? Apa yang membuatnya tidak bisa datang!" tanya Dahyun sedikit meninggikan nada suaranya dan Chan hanya menanggapinya dengan seringaiannya.

"Apa kau sangat tertarik dengannya atau kau sangat cemburu saat ia lebih mempedulikan gadis itu dari pada dirimu?" Dahyun seketika menatapnya tajam dan menghela napas panjang, ia benar-benar kesal karena Chan lebih mengenalinya dari pada Minho.

Chan pun duduk di sebelah Dahyun dan membantu Dahyun menyisir rambutnya. "Seharusnya kau tahu, jika seburuk apa pun dirimu ... Aku akan selalu berada dipihakmu," lanjut Chan yang sepertinya tidak membuat Dahyun terkejut. Sepertinya gadis ini sering mendengarkan ucapan Chan yang satu ini.

"Aku tahu, kau tidak perlu terus mengulangnya lagi," gerutunya dan Chan tertawa. Bahkan hanya dengan seperti ini saja, Chan sangat bahagia. Tidak repot sebenarnya untuk membuat pria bingas ini menjadi tunduk. Hanya dengan berada di samping Dahyun, maka ia tidak akan membuat kekacauan lagi.

Namun, tentunya Dahyun tidak akan pernah puas hanya dengan memiliki Chan. Gadis ini, menginginkan semua perhatian hanya tertuju kepadanya dan tidak akan memberikan se sen pun kepada siapa pun, termasuk gadis baru seperti Sinb yang hanya beberapa kali keluar masuk dalam kehidupan kedua pria itu. Berbeda dengan dirinya yang sudah mengenal mereka lama dan cukup dalam. 

---***---

Bagaimana jika di dalam sana, di dalam lubuk hati yang terdalam selalu ada penguraian untuk kata sepi serta kesendirian? Bagaimana jika rasanya itu terlihat seperti kehampaan yang tak bisa disangkal meskipun mencoba untuk berhenti memikirkannya? Setiap detik, tiap menit yang Sinb lalui sama dengan kehampaan ini. Bahkan ia tidak percaya, remaja sepertinya harus merasakan banyak gejolak yang seharusnya tak perlu ia pikirkan terlalu dalam.

Melamun, menyendiri dan berpikir, terus berpikir. Semua perasaan itu melebur menjadi satu kesatuan yang menbuatnya tak nyaman untuk melakukan apa pun.

"Sampai kapan kau akan duduk dan termenung seperti ini? Apa kau tidak ingin ke kantin?" tanya Soyeon yang membuat Sinb menoleh dan tersenyum seadanya.

"Aku sedang ingin di sini dan bermalas-malasan dengan nyaman," jawab Sinb dengan wajah kekesalannya yang tak memiliki arah. Jika itu bukan Soyeon, mungkin ia akan kesal juga karena tanpa sebab Sinb kesal kepadanya. Namun, Soyeon tahu apa yang membuat sahabatnya ini tidak baik-baik saja.

"Jika kau seperti ini, aku jadi berpikir kau malah menyukai Minho," celetuk Soyeon yang membuat Sinb menoleh dan memandangnya tajam.

"Ya! Apa maksudmu! Aku menyukainya?" tanya Sinb kembali, seolah mempertanyakan apa yang seharusnya ia jawab sendiri. "Tidak mungkin!' Menyangkal dugaan yang seharusnya hanya dirinya saja yang tahu.

Soyeon pun tertawa tanpa suara. "Mana ku tahu, kau tanyakan saja pada dirimu sendiri," sahut Soyeon yang membuat Sinb mendengkus dan ia pun segera berdiri. Jelas-jelas Sinb tidak ingin dikatakan menyukai Minho. Sungguh, harga diri gadis ini begitu tinggi dan Soyeon yang mengetahui itu hanya bisa tertawa.

"Ayo kita pergi ke kantin," ajak Sinb pada akhirnya dan keduanya pun berjalan menuju kantin, melewati lorong sekolah dan di sana mereka bertemu denga Yebin dan bawahannya, termasuk Ryujin.

"Eh, Kang Sinb!" teriaknya yang membuat Sinb menoleh dan memandang Yebin tak suka. Membuat Yebin mencibirnya.

"Gadis tengil, apa kau harus menunjukkan ketidak sukaanmu terhadapku?" hardik Yebin dan Sinb hanya membalasnya dengan menghela napas dan menarik tangan Soyeon dengan segera.

"Kakak ...." Ryunjin mencoba untuk memanggil Sinb dan ditahan oleh Yebin. 

"Biarkan saja, aku suka dengan gayanya yang masa bodoh dengan urusan orang lain. Ia lebih baik dari pada tipe-tipe licik seperti Dahyun," kemontar Yebin yang masih dapat Sinb dan Soyeon dengar.

"Kau mendengarnya? Si jalang itu, ia tidak pernah menggunakan mulutnya untuk memuji orang tapi kau dapat pujian darinya. Sungguh, aku akan mentraktirmu kali ini," goda Soyeon yang seketika membuat dirinya mendapatkan tatapan tajam dari Sinb.

"Kau pikir ini lucu? Sudah ku bilang aku muak dengan mereka," akui Sinb dan senyum Soyeon lenyap, berganti dengan tatapan pemahaman yang dalam. Tentu saja ia memahami kelelahan yang Sinb rasakan. Sama seperti saat dirinya ingin lepas dari genggaman Minho saat itu.

"Kalau begitu, kita tidak perlu memperdulikan mereka," ucap Soyeon yang membuat Sinb mengangguk.

Mereka bergandengan tangan menuju kantin dan ketika mereka telah sampai di kantin, suasana hening dan mereka mengetahui apa yang membuat semua terdiam. Di pojok sebelah selatan telah terjadi drama pembullyan. Sinb melihat Minho yang wajahnya memerah dan seseorang dengan wajah berantakan dengan beberapa memar.

Sinb lelah hanya dengan membayangkan apa yang tengah terjadi, ia tidak ingin membuat dirinya terseret dan menjadi simpatik kepada Minho lagi. Masalah ia menjadi seperti itu, bukankah itu sudah menjadi tanggung jawabnya. Hanya saja satu hal yang menjadikan semuanya aneh. Sekilas melihat wajah marah Minho, Sinb langsung mengingatnya terus menerus dan ini membuatnya cukup kesal.

"Apa yang ingin kau pesan?" Soyeon bertanya, membuat Sinb menghentikan dirinya terus berpikir tentang Minho. Akan gawat jika Soyeon mengetahuinya dan tentu ia akan menjadi bulan-bulanan gadis licik itu.

"Apa pun, asal tidak terlalu manis," jawab Sinb seadanya. Gadis ini berusaha sekali mengalihkan perhatiannya dari sosok yang sepertinya semenjak tadi memperhatikannya. 

Kali ini pandangan Sinb jatuh pada Hyunjin yang duduk berdua dengan Felix. Gadis ini melihat jika ekspresi Hyunjin tak lepas seperti biasanya. Beberapa kali Hyunjin menatapnya tak nyaman dan Sinb merasa bersalah karena hal ini. 

"Haruskah aku mengalah?" gumamnya.

"Mengalah untuk?" Soyeon menyahut gumamannya yang masih terdengar.

"Membiarkan Hyunji tetap bermain-main dengan mereka," sahut Sinb dan Soyeon terdiam sesaat.

"Mungkin, kau tidak bisa berperan menjadi orang tuanya yang terus melarangnya untuk melakukan sesuatu yang ia mau. Semua ada masanya, sama seperti diriku. Dulu, aku tidak suka orang tuaku memerintahku untuk menuruti semua keinginan mereka, tapi sekarang aku menyadari tidaK semua keinginannya itu salah," akui Soyeon dan Sinb menghela napas panjang.

"Aku rasa, aku mulai mengerti kenapa semakin dewasa orang-orang semakin kurang ajar, kehilangan banyak hal dan terus menerus menunjukkan kekurangan," ucap Sinb dan Soyeon tertawa mendengarnya.

"Menurutmu kenapa?" tanya Soyeon yang masih penasaran dari mana gadis ini memperoleh pemahaman sejenis ini.

"Karena kita terus menjadi lemah saat menyadari kerja dunia itu menggelikan." Lagi-lagi Sinb menjawabnya dengan asal, tidak lupa kritisi pedasnya tidak pernah tertinggal.

Soyeon pun tertawa, membuat beberapa orang memperhatikannya termasuk Minho dan Changbin yang semenjak tadi masih melanjutkan aksinya. Terdengar sekali ucapan Minho. "Urus dia, aku akan pergi!" pintanya kepada Changbin dan Minho pun melangkah menjauh.

Minho tiba-tiba berhenti di meja yang Sinb tempati. "Berdiri!" bentaknya yang membuat Soyeon tegang seketika. Sinb jengah dengan kearoganan Minho yang tiada hentinya.

"Kang Sinb!" Kali ini suara Minho lebih lantang. dan Hyunjin terlihat gugup melihat Minho semarah itu kepada kakak perempuannya. Minho jarang marah sampai meledak-ledak seperti itu, kecuali ia berhadapan dengan Bang Chan yang menjadi musuh sepanjang masanya.

Sinb berdiri dan memandang tajam Minho. "Berhentilah! Apa kau tak tahu malu sampai harus membuat keonaran seperti ini, hah?!" Balasan Sinb tak kalah keras. 

Semua orang memandangnya seolah merasa Sinb telah sinting karena berani melawan Minho yang merupakan penguasa di sekolah ini. Soyeon berusaha terus memberikan kode agar Sinb berhenti menentang Minho, tapi bukan rahasia jika Sinb adalah gadis keras kepala nan sinting. Dia bisa menggila kapan pun dan tidak peduli siapa pun itu. Terkadang Soyeon merasa keduanya memiliki kemiripan, tapi ia tidak menyarankan keduanya untuk menjadi sepasang kekasih. Bisa-bisa sekolah ini hancur karena ulah keduanya.

sret

Minho tiba-tiba menarik Sinb dan menciumnya paksa di depan semua siswa. "Omg!" pekik Felix yang tanpa bisa ia kontrol karena sangking terkejutnya dengan tindakan pimpinannya itu. Hyunjin menganga dan Changbin menyeringai. Sementara Soyeon yang menjadi saksi mutlak masih membatu.

Sinb berusaha untuk memberontak dan Minho terus menunjukkan kekuatannya, membuat Sinb tidak bisa melakukan apa pun. Seperti menyaksikan sebuah drama percintaan anak sekolah, tentu sangat menarik dan membuat semua orang tak percaya jika Minho memiliki ketertarikan yang mendalam terhadap seorang gadis dan itu adalah Kang Sinb.

Minho pun melepaskan ciumannya sampai saat Sinb tak menunjukkan pergerakan apa pun. Wajah Sinb merah padam, memandang Minho seolah ingin memakannya. Seharusnya disaat seperti ini, orang akan takut tetapi Minho merasa cukup puas.

"Mulai hari ini, tidak ada yang boleh menyentuhnya!" Deklarasi kepemilikan pun bahkan dikumandnagkan. Sinb tidak tahu harus berbuat bagaimana kecuali kekesalan yang memuncak.

"Lee Minho dan Kang Sinb, ikut saya ke ruang BK sekarang!" kedatangan guru Moon membuyarkan drama percintaan ini.

Sinb bergegas mengikuti guru Moon dengan segala rasa malunya dan Minho hanya berjalan santai mengikutinya. Bahkan terkesan datar, Minho benar-benar tak tahan saat melihat Sinb mengabaikannya. Ia lebih suka gadis itu memakinya seperti tadi dan sekarang Minho tahu cara untuk membuat gadis itu mau berbicara dengannya. 

Tidak peduli dengan perasaan Sinb, ia hanya ingin gadis itu tetap memerhatikannya agar ia tidak menjadi gila dan tak terkontrol. Entah semenjak kapan? Kecanduan itu semakin parah. Kecanduan ingin terus menggoda Sinb dan membuatnya terus berbicara, mengkiritisi seperti sebelum-sebelumnya.

Minho tidak tahu sampai kapan akan terus bertahan dengan pola seperti ini, yang pasti ia sangat tak ingin melepaskan Sinb bagaimana pun caranya!

-Tbc-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top