Chapter 1
🎶Playlist🎶
Stray kids - My Pace
.
.
.
Hi...Aku balik dengan ff baru ini 😂
.
.
Ada banyak yang penasaran sepertinya 😂
.
.
Jan lupa Vote x Komen
.
.
Follow dunk biar tambah ok 😉
.
.
Happy Reading
.
.
BRAK
Seorang pria hampir saja terjungkal saat seseorang tiba-tiba datang menggebrak mejanya. Saat tau siapa yang melakukan hal ini, pria itu langsung menghela nafas.
"Wae? Sekarang apa lagi yang kau keluhkan, Sinb-ah?" Tanyanya yang sepertinya sudah terbiasa dengan tingkah kasar gadis dihadapannya ini.
"Aku akan menetap di korea. Uruskan sekolah untukku dan itu harus disekolah Hyunjin. Aku ingin mengawasinya tapi setelah aku memeriksa sekolah itu ternyata yeoja dan namja di bedakan. Hyung, aku ingin mengawasinya jadi mungkin aku harus berubah menjadi namja agar aku bisa lebih dekat dengannya." Ucap Sinb yang jelas saja membuat pria dewasa ini gemas dan kesal dalam bersamaan.
Ia pun berdiri dari kursi kerjanya dan datang kehadapan Sinb. Posturnya cukup tinggi, dengan otot kekar dan wajah sangarnya. Kemudian tangannya tiba-tiba terangkat dan dengan cepat mendarat disana.
Pletak
"Yak! Kenapa kau menjitakku!" Protes Sinb dan pria itu tertawa.
"Agar kau lepas dari pikiran idiotmu itu. Bagaimana bisa kau berfikir untuk menyamar sebagai namja? Lagi pula selisih umur kalian satu tahun, apa kau mau mengulang kelas? Eommamu akan membunuh kita jika tau tentang ini dan ku pastikan sebentar lagi Hyung akan datang kemari." Omelnya yang sudah seperti ajumma-ajumma yang sedang kesal pada anak perempuannya.
Sinb mendengus sembari mengelus kepalanya. "Lalu aku harus bagaimana? Kemarin ia kembali dengan wajahnya yang babak belurnya. Aku rasa sekelompok siswa sok berani berusaha untuk membullynya. Aku akan menghajar siapapun yang berani melakukan sesuatu pada dongsaengku, bukankah seharusnya seperti menjadi seorang noona?" Kata Sinb dengan wajah seriusnya yang tentunya membuat pria dewasa itu geli sendiri.
"Lihatlah, untuk urusan sok berani seperti ini jelas kau sangat mirip dengan hyung tapi kalian memiliki kekurangan, sama-sama gegabah." Lagi-lagi pria dewasa ini mengomentari Sinb membuat gadis remaja ini mendengus.
"Yak! Mr. Kang, aku akan mengadukanmu kepada Appa. Agar kau diluarkan dari firma hukumnya dan menjadi gelandangan dengan segera!" Ancam Sinb yang jelas itu hanya sebuah lelucon.
"Dia tidak akan berani, aku adalah aset terbesar disini dan Appamu akan bangkrut kalau mengeluarkan ku dari sini." Katanya dengan bangga yang seketika membuat Sinb memutar bola matanya.
"Kenapa kalian berdua berisik sekali?" Suara itu seketika membuat pria dewasa itu membisu dan Sinb segera menoleh. Memberikan seutas senyum kekanakannya.
"Appa!" Pekiknya yang kini datang, merangkul tangan lengan Appanya membuat sosok pria paruh bayah ini mendesah.
"Kau tidak kembali ke Amerika tapi membuat kekacau disini? Apa kau pikir ini tempat bermainmu? Jangan mencoba untuk berulah disini dan aku akan segera menelepon eommamu untuk menjemputmu!" Ucapnya dengan suara tegasnya. Sinb mempoutkan bibirnya dan pria dewasa itu tertawa.
"Kalau begitu, Appa urus saja Hyunjin dengan baik. Agar ia tidak di bully lagi." Balas Sinb yang jelas membuat Appanya mengirutkan kening.
"Bully? Itu salahnya, hanya orang lemah yang tertindas. Seharusnya ia bisa mengatasi hal ini sendiri." Ucap Appanya Sinb membuat Sinb mendengus.
"Appa selalu saja membandingkan kami dengan dirimu. Mungkin Appa bisa menangani khasus apapun yang merumitkan tapi perlu Appa tau, kami tidak seperti Appa dan itu juga satu hal yang membuat eomma meninggalkan Appa." Kesal Sinb yang kini meninggalkan mereka berdua.
"Kang Sinb! Kau mau kemana? Tidak sopan sekali!" Teriak Appa Sinb dan pria disampingnya ini mencegahnya.
"Kangin hyung, sudahlah biarkan saja. Biar kali ini aku yang mengurusnya. Kau fokus saja pada khasusmu." Ucapnya, mencoba menenangkan saudaranya ini.
"Dongho, mereka berdua membuatku pusing. Awasi mereka dan lakukan apapun agar mereka tak membuat masalah terlalu dalam. Aku sudah sangat lelah mengurusi para mafia menyebalkan itu. Gimje dan Gunsan, kapan kedua kota itu akan berhenti bertikai?" Guman Kangin yang membuat Dongho seketika menghela nafas.
"Kali ini apa yang mereka lakukan?" Tanya Dongho.
"Melakukan turnamen bela diri secara ilegal. Hanya untuk membuat mereka terlihat unggul, beberapa siswa bahkan harus cedera, ada satu yang meninggal karena insiden ini. Bukankah itu sudah sangat keterlaluan?" Ungkap Kangin/
"Hyung, bukankah Gimje adalah tempat dimana Hyunjin sekolah? Apakah ia akan terseret dengan masalah ini?" Dongho cukup khawatir jika keponakannya itu akan masuk dalam kekacauan ini.
"Entahlah, tugasmu untuk memastikan jika ia tidak ikut campur didalamnya." Ucapnya dengan santai. Terkadang Dongho ingin sekali, menjitak kepala hyungnya ini seperti saat ia berhasil menjitak anak perempuannya yang sama persis wataknya seperti dirinya.
"Kalau begitu ini saatnya Sinb untuk tetap tinggal disini, ia yang akan mengawasi Hyunjin. Bukankah ia sangat ngotot ingin menetap kemari?" Dongho pun terlihat tak mau terlalu repot mengurusi dua berandalan kecil ini. Jika mereka bisa berada dalam satu sekolah, itu akan mudah bagi Dongho untuk mengawasinya.
Kangin menghela nafas. "Aku terlalu malas berdebat dengan Tiffany, ia tidak akan berhenti menerorku dengan meneleponku setiap waktu. Kegigihannya itu terkadang membuatku tak tahan." Akuinya yang tentu saja membuat Dongho terbahak. Terkadang Dongho masih tidak percaya, jika seorang Tiffany Hwang yang berdarah Amerika-Korea itu mau menikahi kakaknya yang merupakan mantan gengster yang kini berprofesi sebagai seorang pengacara dan membuat firma hukum sendiri.
"Seharusnya kau sadar, kegigihannya itu juga bisa membuatnya bertahan denganmu sampai memiliki dua anak meskipun keluarganya menentangmu. Tapi kenapa kalian tiba-tiba berpisah, ini masih saja menggantung dalam fikiranku?" Ucap Dongho yang nampak berfikir, ia masih mengingat semua hal yang terjadi sebelum perceraian.
Memang hampir setiap hari pasangan ini bertengkar dan itu sudah menjadi kebiasaan saat Dongho tinggal bersama mereka dulu. Kepribadian keduanya yang aman berlawananlah sebagai pemicunya. Tiffany adalah wanita cerdas, anggun, berkelas dan seorang pemimpin sebuah perusahaan kosmetik ternama milik keluarganya. Sementara Kangin, semenjak remaja terkenal cukup bebal dan keras kepala, hampir di keluarkan dari sekolahannya beberapa kali karena terlibat pertikaian. Bahkan saat sekolah menengah, ia sudah berhasil menjadi siswa nomer satu dengan banyak pengikut, sering sekali memiliki jadwal tawuran antar pelajar sampai suatu kejadian membuatnya berhenti untuk menjadi sok jagoan. Sahabatnya semenjak kecil mati karena di kroyok oleh beberapa anak yang memiliki dendam dengannya.
Akhirnya Kangin berhenti terus bertarung, memilih untuk fokus melanjutkan kuliahnya dengan nilai pas-pasan. Ia diterima di universitas swasta dan mengambil hukum dan ia pun menjadi pengacara. Saat itu salah satu kliennya berusaha menuntut perusahaan Tiffany karena produknya telah membuat wajahnya rusak.
Dengan penuh tekat, Kangin berjanji pada dirinya sendiri akan membantu Kliennya memenangkan khasus ini. Tahap demi tahap penyelidikan Kangin lalui, hingga ia menemukan hal besar di balik semua ini, wanita itu nyatanya adalah hanya alat dari perusahaan kosmetik lain, yang selama ini bersaing dengan perusahaan Tiffany. Entah bagaimana kelanjutannya, akhirnya perusahaan Tiffany memenangkan gugatan ini dan saat itulah mereka menjadi dekat.
"Jangan mengingat hal yang sudah berlalu. Biarkan saja ia melakukan apapun yang ia mau. Aku hanya berharap Sinb dan Hyunjin tidak berakhir seperti kami." Tidak biasanya Kangin menjadi seperti seorang pria tua dengan kekhawatiran seperti ini jika itu bukan karena kedua anaknya.
Dongho pun menepuk pundaknya. "Serahkan mereka kepadaku dan aku akan mengurus semuanya hyung." Ucap Dongho penuh keyakinan, sepertinya ia berusaha untuk menjadi sosok paman yang baik.
---***---
Pagi di keluarga Kang. Saat semua orang duduk melingkari meja makan untuk sarapan pagi, minus Sinb yang sepertinya masih berada di dalam kamarnya.
"Ada apa dengan wajahmu Hyunjin?" Tanya Kangin dan Hyunjin memandangi Appanya itu sebentar, enggan menjawab malah ia memilih melanjutkan acara makannya.
Kangin akan menegurnya tapi suara Sinb mengalihkan semua perhatian.
"Pagi semua!" Pekiknya yang terlihat begitu gembira. Hyunjin mendongak sebentar dan matanya melebar saat melihat noonanya memakai seragam yang sama dengannya.
"Wae? Kau terkejut kan? Ah aku senang sekali bisa satu sekolah denganmu." Kata Sinb yang kelewat bahagia dan Hyunjin memutar bola matanya, merasa malas untuk hanya berkata-kata.
Dongho yang melihat ini, tertawa. Sungguh kedua keponakannya ini cukup lucu. "Ia akan menjadi pengawalmu. Jadi katakan saja kepadanya jika ada yang mengganggumu. Ia punya sertifikat juara nasional kickboxing, jadi setidaknya anak-anak berandalan itu akan tumbang hanya dengan beberapa tinjuannya." Lanjut Dongho tapi Hyunjin sepertinya tidak menyukai ini.
BRAK
Hyunjin pun menggebrak meja dan perhatian semua orang pun teralih kepadanya. "Jangan membuat kekacauan disekolah ku, jika kau ingin hidup tenang. Kau pikir, semua ini semudah yang kau fikirkan? Kembalilah ke Amerika, jangan membuat kekacauan disini!" Ucap Hyunjin, cukup panjang membuat ketiga orang ini terdiam.
Hyunjin pun pergi setelah mengatakannya dan barulah itu Sinb mendengus. "Appa lihat sendiri kan? Ia hanya memiliki badan yang besar tapi ia sangat bodoh hanya untuk menyelesaikan satu masalah. Aku akan mengurusnya, jadi kalian berdua tenang saja. Aku pergi!" Kata Sinb yang kini pergi, sepertinya ia mengejar Hyunjin.
Terlihat sekali Kangin menghela nafas. "Apa yang harus ku lakukan untuk mereka? Dongho, mengatasi mereka lebih menyusahkan dari pada menangani banyak khasus." Keluh Kangin yang lagi-lagi membuat Dongho tertawa.
"Aku yakin dengan cara inilah, mereka akan mengerti arti dari sebuah keluarga. Mengatasi segala hal bersama. Biarkan mereka tumbuh dengan banyak melewati rintangan. Mereka harus menjadi kuat dengan alami." Ucap Dongho dan Kangin tak lagi mengatakan apapun, sepertinya ia cukup setuju dengan pandangan dongsaengnya ini.
Beralih pada Sinb yang berusaha mengejar Hyunjin. "Eh pabo! Tunggu aku! Apa kau tidak dapat mendengarku?" Teriak Sinb yang tentunya menjadi perhatian beberapa orang yang berlalu lalang di trotoar.
Hyunjin terlihat begitu malu, ia menambah kecepatannya untuk berjalan membuat Sinb bertambah kesal saja. Gadis ini, dengan tidak tau malunya melepaskan sepatunya dan melemparkannya kearah Hyunjin.
PUK
"Akkk..." Keluh seseorang.
Hyunjin sudah menoleh, melotot kearah noonanya ini. Entah karena rencana Sinb yang ingin melemparinya sepatu atau karena gadis ini sungguh gaduh.
"Ah meleset!" Guman Sinb saat tau sepatu itu tak mengenai Hyunjin malah mengenai seorang namja yang sepertinya berpakain sama sepertinya.
Hyunjin segera menghampiri namja itu dan membungkuk kepadanya. Sinb yang melihatnya tentu keheranan. Entah apa yang mereka bicarakan? Namja itu memandang Sinb, seolah tak percaya. Sinb pun yang dipandangnya merasa penasaran, akhirnya ia pun mendekati dua pria itu.
"Wae? Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Sinb tak formal, yang seketika membuat namja itu memandanginya.
"Kau saudaranya Hyunjin?" Tanya namja itu dan Sinb pun mengangguk.
"Wae? Kalian saling mengenal?" Tanya Sinb yang selalu ingin tau tentang banyak hal.
"Bukankah seharusnya kau meminta maaf?" Serang namja itu dan Sinb yang mengingat tentang salahnya pun tersenyum, merasa bersalah.
Ia pun membungkuk. "Mianhae untuk kecerobohanku, sebenarnya kau ingin melemparkan sepatu kepadanya." Kata Sinb sambil menuding Hyunjin dan namja itu pun nampak tersenyum, terlihat geli melihat tingkah laku Sinb.
"Wae? Apa ia membuatmu kesal?" Tanyanya dan Sinb mengangguk dengan cepat. Hyunjin terlihat mengkirutkan keningnya dan juga cukup tegang.
"Iya, dia itu dongsaeng kurang ajar! Dihari pertamaku masuk sekolah, ia meninggalkan ku begitu saja. Bukankah ia menyebalkan!" Omel Sinb yang lagi-lagi membuat namja itu tertawa. Memandang Hyunjin dan menggeleng.
"Kau tidak pernah berbicara tentang saudaramu yang unik?" Tanyanya dan wajah Hyunjin memerah, terlihat malu mungkin.
"Oh ya, kau temannya? atau sunbaenya?" Kali ini Sinb melanjutkan pertanyaannya lagi. Namja itu memandangnya, sedikit memberikan senyum.
"Tanyakan saja pada dia." Katanya yang kini menepuk bahu Hyunjin dan berlalu begitu saja. Membuat Sinb tak mengerti dan Hyunjin nampak menghela nafas panjang.
"Wae? Kenapa kau menghela nafas panjang? Ada yang coba kau sembunyikan dariku, namja itu. Apa ia yang membullymu?" Sinb yang selalu berusaha menduga-duga dalam banyak hal.
"Diam! Kenapa kau terus berkomentar dan bersikap kekanakan seperti ini noona! Ini hari pertamamu dan kau sudah membuat kekacauan seperti ini." Kesal Hyunjin sambil melotot kepada noonanya.
Tapi bukan Sinb jika ia akan merasa bersalah dengan semua hal yang ia lakukan. "Lalu siapa dia? Kenapa kau begitu menghormatinya? Dan aku juga melihatmu ketakutan kepadanya?" Selalu, Sinb dengan kegigihannya.
"Bukan urusanmu dan berhentilah mengikutiku!" Ucap Hyunjin dingin, ia meninggalkan Sinb begitu saja dan gadis itu pun merasa cukup dongkol dengan dongsaengnya yang satu ini.
Sinb yang keras kepala pun berusaha mengikuti Hyunjin tapi ia tak menemukan saudaranya itu. Akhirnya Sinb pun naik bus tanpa menemukan Hyunjin. "Ah, menyebalkan sekali. Kemana perginya cecunguk itu sebenarnya!" Omelnya saat menaiki bus dan duduk di sebuah bangku kosong.
"Bisakah kau menyingkir dari sini?" Suara seseorang dengan aura mengintimidasi, membuat Sinb mendongak dan menemukan seorang namja berpakaian sama dengannya dengan dua pengikut. Pasti mereka salah satu kumpulan anak sok jago di sekolah barunya ini.
"Ani, aku yang datang lebih dulu. Kau saja, disana ada banyak. Apa kau tak punya mata?" Balas Sinb yang tentu saja tak kalah kasar. Namja itu berdesis dan kedua pengikutnya itu terlihat sekali melototinya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan duduk disebelahmu. Bisakah kau bergeser?" Kali ini namja ini sedikit sopan tapi Sinb tak bisa mempercayai perubahan ini begitu cepat.
"Kau saja yang kesana." Balas Sinb.
"Yak! Apa kau ingin kami hajar?" Ucap salah satu pengikutnya.
Sinb tersenyum sinis. "Jangan sok menjadi bedebah disini! Kalian pikir, kalian sudah sangat hebat?" Dan Sinb tidak akan mau menjadi kalah oleh sekumpulan namja pecundang seperti mereka.
"Sudah, aku akan duduk. Kalian duduk disana saja." Ucap namja itu yang kini memilih untuk duduk disebelah Sinb dan kedua pengikutnya duduk di kursi lain yang kosong.
Namja ini terus memperhatikan Sinb yang sedang memainkan game dalam ponselnya. Melihat nama tagnya dan berguman setelah tau nama gadis ini.
"Kang Sinb, aku tidak pernah mendengar nama itu. Apa kau baru di Gimje?" Tanyanya dan Sinb pun menoleh dengan malas.
"Ya, wae?" Tanyanya dan namja itu pun tersenyum.
"Dikelas berapa kau?" Tanyanya balik, yang entah mengapa merasa penasaran dengan gadis yang tak memiliki rasa takut ini.
"Kau tidak perlu tau!" Balasnya yang seketika membuat namja itu kesal sekaligus geli.
"Hei nona Kang, aku hanya bertanya. Kenapa kau begitu sinis kepadaku?" Tanyanya dan Sinb mendengus.
"Lihatlah, karena pertanyaan tidak pentingmu itu aku jadi kalah!" Sinb menunjukkan ponselnya kepada namja itu. "Dan berhenti memanggilku dengan nama depanku, kita tidak mengenal dan aku jelas tidak ingin mengenalmu!" Ketusnya dan bus pun berhenti. Sinb segera turun, terlalu malas dengan namja itu.
"Apa kami perlu memberikannya pelajaran Hyung-nim?" Tanya salah satu namja pengikutnya. Mereka berdiri, turun dari bus juga.
"Ani, dia hanya seorang yeoja yang tak tau dengan siapa ia berhadapan. Aku akan mengingat nama itu, Kang Sinb." Gumannya yang kini berjalan dan beberapa siswa yang melihatnya langsung membungkuk dengan hormat.
-Tbc-
Nama : Kangin Kang
Sinb and Hyunjin Father
Pengacara sekaligus pemilik firma hukum Kang2
Nama : Kang Dongho
Adik dari Kangin
Pamannya Sinb dan Hyunjin
Pengacara, wakil di firma hukum Kang2
Nama : Tiffany Hwang
Sinb and Hyunjin mom
Ceo Hwangs Cosmetic
T H A N K S
UNTUK PARA READERS SEMUANYA
🙏🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top