second
Dengan berlari lari kecil Endricko menuju kampus. Peluh membasahi seluruh badannya..tapi Dia merasa segar. Dia merasa senang jika ke kampus pagi hari. Udara sejuk dirasakannya. Dia berhenti sejenak. Menarik nafas panjang, menghirup udara banyak banyak untuk memenuhi rongga dadanya. Sebuah mobil mewah memasuki parkiran kampus dan berhenti tepat disebelahnya. Endricko memandangi mobil tersebut yang parkir seenaknya. Seorang gadis keluar dari mobil.
" Tidak usah turun...dan dengar jangan lagi menjemputku. Aku bisa pergi sendiri. Mengerti.!!!." Suara gadis itu penuh amarah. Wajahnya memerah. Dia membanting pintu dengan keras. Tak ada sahutan dari dalam mobil. Tak lama mobil beranjak pergi.
" Dasar orang gila.." Maki si gadis. Endricko masih berdiri disana menatap gadis di depannya. Cantik..dan berkelas..pujinya dalam hati. Gadis itu menatapnya, mukanya tak bersahabat. Sangat dingin. Kemudian gadis itu berlalu begitu saja. Amazing, desis Endricko. Bahkan gadis itu seolah tak peduli dengan kehadiran Endricko disana. Padahal biasanya gadis gadis akan beramah ramah padanya atau minimal tersenyum manis. Gadis ini tidak sama sekali. Bahkan menatapnya tanpa ekspresi. Menarik sekali, desis Endricko.
" Hi Rick.."
" Pagi Rick...apa kabar."
" Rick..selalu tampan.."
Sepanjang jalan menuju kelas itu yang diterima Endricko. Walaupun mereka tidak tahu siapa Endricko tapi mereka memuja ketampanannya. Endricko hanya membalasnya dengan senyum atau melambaikan tangan. Dia merasa bosan. Di koridor gedung menuju kelasnya Endricko bertemu gadis marah yang tadi ditemuinya di parkiran. Dia baru keluar dari ruang Ketua Yayasan.
" Hi...orang baru ya.." Anton si Play boy menyapanya. Sepertinya Anton memang sudah menunggunya. Dia cepat sekali kalau urusan gadis cantik. Gadis itu hanya menoleh sekilas dan pergi berlalu. Aku tertawa. Anton melotot kesal.
" Tertolak..." Ejek Endricko....Anton terkekeh.
" Gadis menarik. Bikin penasaran." Gerutu Anton. Kemudian mereka berdua tertawa. Anton Rodrigues, sahabat Endricko dari kecil. Mereka selalu kompak berdua. Hanya Anton yang selalu mengerti perasaannya.
" Temani aku nanti siang bertemu Marlyn." Suara Endricko terdengar marah. Anton tersenyum.
" Desainer cantik pilihan ibumu itu kan." Anton tersenyum lucu. Endricko meringis.
" Kau masih tidak bisa menyukainya Rick ?" Tanya Anton sambil menatapnya. Endricko hanya menggeleng.
" Bagaimana jika aku saja yang menjadi kekasihnya Rick?" Tanyanya lagi. Endricko menatap Anton.
" Good idea....Of course. Siang ini temui dia dan nyatakan perasaanmu."
Jawab Endricko dengan senyum.
" Lalu ibumu..bagaimana.."
" Aku yang akan bicara dengannya." Jawab Endricko tegas. Anton tersenyum puas. Selama ini Dia memang menyukai Marlyn tapi sedikit ragu karena ibu dari sahabatnya sudah menjodohkannya. Sekarang Dia bisa tersenyum lebar. Endricko memberikan jawaban tegas yang membuatnya senang.
" Permisi..ada yang kenal...hhmm..En..dric..ko.." tanya sebuah suara begitu lembut. Agak terbata mengeja nama yang tertera di kertas yang dipegangnya. Anton yang lebih dulu mendongak. Radarnya begitu cepat tanggap jika mendengar suara lembut seorang wanita. Endricko sendiri hanya tersenyum.
Dia melirik pemilik suara itu. Si Gadis marah..,batinnya.
" Ada apa cantik..sahabatku ini Endricko." Suara Anton menjawab dengan santai sambil merangkul pundak sahabatnya. Endricko melepaskan rangkulan sahabatnya itu.
" Yah..ada apa..?" Tanya Endricko datar.
" Sorry..aku hanya diminta dosen untuk meminta bantuanmu mencari buku di perpustakaan. Katanya kau yang kemarin memakai buku buku itu untuk membuat makalah." Suara itu begitu lembut, berbeda sekali dengan tadi pagi yang begitu marah. Endricko menatapnya tajam. Gadis didepannya balik menatapnya tanpa canggung. Dia seolah menantang tatapan Endricko.
" Ayo aku tunjukan tempatnya. " Endricko berjalan mendahului. Gadis itu mengikuti disejajari oleh Anton.
" Siapa namamu.?" Tanya Anton. Gadis itu hanya menatapnya tanpa menjawab. Endricko yang berjalan didepan tersenyum sendiri. Rasain, makinya dalam hati.
" Nona..namamu. " ulang Anton..yaah bukan Anton namanya jika menyerah begitu saja. Gadis itu berdecak kesal.
"Emerald..." Ucapnya pelan.
" Woow..sama dengan warna matamu." Suara Anton diiringi kekehan.
" Anton..segeralah bersiap..kau harus bertemu Marlyn, biar dia aku yang temani." Suara Endricko yang tegas membuat Anton mendesis kesel. Dia menatap Endricko yang sedang menatapnya tajam. Anton menggangkat kedua tangannya.
" Okay....aku harus bertemu kekasihku." Ucapnya sambil berbalik dan pergi menuju parkiran kampus.
" Sukses man.." teriak Endricko. Anton hanya melambai.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top