Part 10 - Be his girlfriend? Ewww!!
Claire mengusap rambutnya sambil mengundurkan diri dengan sopan kepada tamu kehormatan yang dilayaninya hari ini. Duta besar Srilanka merayakan ulangtahunnya yang ke 65 tahun di Ritz dan dirinya otomatis memimpin dapur itu dengan tim chefnya yang sudah standby sejak dari jam tujuh pagi itu.
Semua staff dan para petinggi kedutaan besar negara itu datang dan membooking seluruh ruang serbaguna hotel itu secara privat. Claire pun sudah sibuk dengan berbagai persiapan, penyuluhan kepada para chef pembantu juga waiter yang bertugas di hari itu.
Setelah makan siang berhasil dikerjakan oleh timnya, giliran Claire yang muncul untuk memberikan selamat dan sapaan kepada tamunya. Itu adalah permintaan dari sang empunya acara itu sendiri dan Claire tidak bisa menolak karena sudah kode etik kepala juru masak untuk tampil di muka jika ada permintaan dari kliennya.
Bahkan dia meluangkan waktunya untuk sekedar foto bersama kepada para tamu undangan disitu dan berbincang sebentar sebagai tindakan basa basi. Setelah itu, dia perlahan mengundurkan diri dan langsung menyembunyikan diri ke ruang kerjanya.
Beberapa hari ini dia cukup sibuk dengan banyaknya tamu penting yang merayakan sebuah perayaan disitu. Popularitasnya sebagai celebrity chef sedikit banyak berpengaruh dengan meningkatnya para peminat untuk mencoba masakannya atau sekedar bertemu dengannya setelahnya.
Sambil bersandar di kursi besarnya, Claire mencoba memejamkan matanya untuk sekedar melepas lelahnya sejenak. Sampai bunyi pesan masuk dari ponselnya terdengar. Disitu Claire mencoba membukanya dan... ada sebuah email dari CH-Entertainment? Dia membukanya lalu membuka lampiran dalam versi pdf dan membacanya...
Lampiran itu terdiri dari dua halaman dengan format draft yang belum dilegalisir. Itu berisi berita mengenai... mata Claire langsung melebar begitu dia mulai membaca apa yang tertulis disitu :
=====
Mengenal lebih dekat sosok
Junolio Mananta, laki-laki beruntung yang mencium chef ternama
Clarissa Marie
Sejak tiga hari lalu, khayalak dikejutkan dengan berita dari celebrity chef, Clarissa Marie yang tertangkap kamera dari ponsel penggemarnya sedang berciuman panas dengan seorang laki-laki tampan.
Tidak ada yang tahu siapa dia, sampai akhirnya kami menemukan fakta kalau laki-laki beruntung yang berciuman dengan chef Clarissa adalah seorang pengacara muda yang sedang naik daun asuhan pengacara senior Gordon Wirawan yang bernama Junolio Mananta.
Juno -begitu panggilannya- adalah laki-laki yang masuk dalam daftar 20 besar the most richest young bachelor di Jakarta.
Umurnya yang baru menginjak 26 tahun itu membuatnya sudah menduduki puncak kesuksesannya dalam karirnya sebagai pengacara dengan bayaran termahal.
Dan tidak heran dengan apa yang ada pada dirinya, termasuk sosoknya yang tampan dan berwibawa sanggup membuat seorang chef seperti Clarissa Marie jatuh hati juga.....
=====
Claire sudah tidak bisa melanjutkan kata demi kata yang tertulis dari file itu. Dia sudah tahu siapa yang mengirimnya dan langsung mengetik pesan lewat Whatsapp kepada pengirim sialan itu. Siapa lagi kalau bukan Christian?!
Cowok itu benar-benar membuatnya gila dengan setiap bujuk rayunya untuk merekrut dirinya. Dan kali ini, jelas bukan bujuk rayu. Ini sudah pengrusakan nama baik dengan memberi kebohongan publik.
"Apa maksud draft berita barusan yang kamu kirim, Christian?!", tulis Claire disitu.
Balasan dari cowok sialan itu langsung masuk.
"Itu akan aku kasih ke tabloid ternama ibukota untuk headline minggu ini. Kebetulan teman aku yang punya".
Claire menggertakkan giginya sambil membalas dalam ketikan cepat.
"Kamu jangan memancing aku, Christian! Apa MAKSUD kamu dengan masukkin berita bohong itu?!".
Kembali Christian membalas.
"Itu bukan berita bohong, sayang. Aku kenal Juno dan nggak ada salahnya aku memberikan informasi mengenai sosok yang tukeran lidah sama kamu tempo hari mengingat itu menjadi pertanyaan semua orang".
Shit! Claire menggeram sambil mencengkeram ponselnya erat-erat. Cowok ini sudah gila!
"Apa sih mau kamu?!".
Claire mengetik kalimat itu setelah berpikir lama lalu mengirimnya dengan berat hati.
Berita yang beredar saja sudah membuatnya kelimpungan, apalagi harus ditambah pengenalan sosok Juno kepada khayalak. Dia tidak menginginkan adanya konferensi atau penjelasan apapun mengenai foto-foto yang beredar, Claire menginginkan berita itu tenggelam begitu saja seperti foto saat dia tertangkap kamera sedang bersama Edward waktu itu dimana berita itu menghilang dengan sendirinya.
Dan kalau Christian berniat untuk memperkeruh keadaan dengan berita ini, sudah pasti bebannya akan bertambah berat dengan banyaknya wartawan yang menguntit atau berusaha menghubunginya terus-terusan seperti yang terjadi beberapa hari ini.
"You know what I want, lady! But first thing first, let's have some movie date".
Kembali Christian membalas.
Claire mengerjap kaget membaca balasan itu. Apa dia sudah gila? Yeah, Christian memang orang gila yang bisa-bisanya mengajaknya dia nonton dalam urusan yang carut marut begini. Sial!
"Kamu gila!", begitu tulis Claire.
Christian tidak membutuhkan wakru lama untuk membalas chatnya barusan.
"It's okay. Kalau dalam waktu satu jam kamu nggak sampe ke the Premiere yang ada di Plaza Indonesia, jangan salahin aku kalau besok pagi draft berita yang aku kirim tadi bakalan ada di tabloid dan web link infotainment".
Shit! Claire kembali mengerang dengan putus asa. Cowok itu sudah jelas-jelas mempermainkannya sekarang. Dan dia sama sekali tidak ingin menjadi keras kepala dengan mempertahankan egonya lantaran tidak mengindahkan ancaman murahan barusan. Karena gara-gara itu juga, dia harus mengalami hal yang tidak menyenangkan seperti sekarang.
Sambil merutuk seorang diri, Claire melepas baju seragam chefnya dan berganti pakaian untuk segera menuju ke lokasi yang disebut Christian tadi. Dia tidak perlu harus sampai menonton, yang dia perlukan adalah cukup datang ketempat yang diinginkan Christian dan membuat perhitungan padanya.
Karena sejam kemudian begitu dia tiba disitu, hal pertama yang sangat ingin dilakukannya adalah menendang Christian dengan skiletto Christian Loboutin-nya kencang untuk melampiaskan kekesalannya yang sedaritadi ditahannya.
Dia bahkan tidak mempedulikan teman-temannya termasuk istrinya sendiri yang ada disitu, malahan dia bisa menangkap sorot mata kaget mereka saat dirinya melakukan hal itu. Sama sekali tidak merasa bersalah setelahnya.
"Ini akibatnya kalau kamu berani cari gara-gara! Maksud kamu apa hah?! Cara kamu yang childish itu semakin membuat aku ilfil dan positif nggak akan terima tawaran kamu dalam bentuk apapun!", desis Claire tanpa basa basi kearah Christian dengan tatapan yang menusuk tajam sekarang.
"Ulah apalagi yang kamu lakuin sampai Claire semarah ini, Christian?", tanya Miranda dengan alis terangkat.
"Aku nggak ngapa-ngapain, cuma bercanda aja. Dan dia anggapnya serius", elak Christian sambil meringis.
Claire mendengus kesal dan semakin berang. "Kayaknya kamu mesti ngerasain tendangan satu kali lagi supaya bisa ...".
"Okay fine! Aku salah! Nggak perlu tendang aku pake heels sialan kamu itu", sewot Christian sekarang.
"Emangnya lu ngapain, Tian? Pasti ada hal yang konyol yang udah lu lakukan", ujar Wayne dengan tatapan curiga.
"Gue melakukan hal itu supaya dia bisa dateng kesini untuk nonton bareng kita dan Juno ada pasangannya", ujar Christian menjelaskan dalam gaya santainya.
Apa katanya barusan? Spontan Claire menoleh kearah Juno yang kini sedang menatap Christian dengan alis berkerut tidak senang.
"Maksud lu?!", tanya Juno datar.
"Niat gue bercanda dengan kirimin email ke Claire. Yeah sebenarnya ada niat juga sih buat Claire terima tawaran gue untuk merekrut dia dan menjadikan email itu sebagai ancaman secara nggak langsung", jawab Christian sambil mengangkat bahu.
"Email seperti apa yang lu maksud?", tanya Juno dengan alis berkerut.
Tanpa berkata apa-apa, Claire mengeluarkan ponselnya, membuka folder emailnya dan menyodorkannya pada Juno.
Cowok itu melirik padanya singkat lalu menerima ponselnya dimana dia menunduk membaca email dengan Adrian, Nathan dan juga Wayne yang ikutan melongo membaca email itu lewat ponselnya.
Ada satu sosok wanita cantik yang berdiri disamping Adrian ikut-ikutan melihatnya, asumsi Claire adalah dia yang bernama Nadine sih tunangan Adrian yang sempat ditaksir Juno. Sementara Lea, Miranda dan Cassandra hanya terdiam saja sambil memperhatikan mereka.
"What the fuck!", desis Juno sambil kemudian mendongak menatap Christian dengan berang. "Lu berniat memuat berita murahan ini?!".
Christian hanya menghela nafas sambil mengangkat bahunya cuek. "Gue nggak berniat sampai sejauh itu. Cuma kepengen ngajak Claire nonton aja hari ini".
"Cara lu bener-bener kampungan, dude", gumam Wayne sambil menepuk bahu Christian lalu merangkul bahu Cassandra untuk menjauh dari situ. Sepertinya mereka lebih memilih mangkir ke meja kosong di sudut lounge untuk tidak mendengar perdebatan itu.
"Jadi ini yang lu anggap sebagai bercanda?", tanya Juno sambil mendongakkan dagunya dengan ekspresi dingin.
Christian mendesah malas. "Kenapa sih kalian harus seserius ini? Gue jadi merasa garing deh".
"Gue nggak mau ikutan", gumam Nathan sambil menarik Lea dan bergabung dengan Wayne di meja yang sama.
Miranda melengos sambil berkata kepada Juno. "He' s all yours, Juno. Do what you want to do. I don't even care".
Cewek itu menyingkir dan segera menuju ke counter pemesanan minuman dengan santai. Dia tidak menggubris panggilan Christian.
"Lu lupa siapa gue, Tian? Seperti yang lu tulis di draft email tadi kalau gue itu pengacara. Dengan email lu yang bisa gue jadikan sebagai bukti, gue bisa menuntut lu dengan pasal berlapis! Pencemaran nama baik, perlakuan tidak menyenangkan, penyebaran fitnah dan berita bohong, jangan lupa juga aturan baru dalam pasal ITE yang sedang marak terjadi. Sudah jelas gue nggak akan tinggal diam untuk setiap perkara yang gue kerjakan dan lu tahu jelas soal itu!", ujar Juno dengan penuh penekanan.
Adrian hanya mengulum senyum sementara cewek yang ada disampingnya melirik cemas kearah Juno.
"Lu nggak akan melakukan hal itu", balas Christian langsung.
"Why not?", sahut Juno nyolot.
"Karena sudah pasti lu bakalan kalah", ucap Christian mantap dan langsung menunjuk cewek yang ada disamping Adrian lalu berkata "Gue akan menunjuk Nadine sebagai kuasa hukum gue. Dia juga nggak kalah hebatnya dengan lu".
Juno tersenyum sinis sambil menatap Christian datar. "Perlu gue ingatkan kalau gue yang mentorin dia, otomatis dia nggak akan bisa mengalahkan gue".
"Kenapa sih kalian berdebat seperti anak kecil begini?", suara tegas yang keluar dari cewek bernama Nadine itu akhirnya terdengar. Claire kembali memperhatikan sosoknya yang persis seperti apa yang Juno pernah katakan padanya. Cantik, riang, terlihat hangat dan lembut.
"Nadine, sudahlah. Jangan ikut campur. Ayo kita beli minum", tukas Adrian sambil menarik dengan Nadine, tapi cewek itu menahan Adrian sebentar sambil menatap Juno dimana cowok itu menunduk membalas tatapannya.
"Easy, big man. Jangan terpengaruh dengan hal yang nggak ada gunanya dan fokus terhadap apa yang penting. Itulah yang kamu ajarkan selama ini. Ingat?", tanyanya dengan senyuman riangnya.
Entah kenapa Claire merasakan perasaan asing yang menjalar melihat pemandangan itu sampai dia membuang mukanya kearah lain secara spontan. Dari situ dia tahu alasan kenapa Juno bisa menyukainya.
"Gue minta maaf, okay?", kini Christian mengambil alih sambil menatap Claire dan Juno bergantian. "Gue hanya ingin mengajak kalian have fun bersama kami. Walaupun sebenarnya gue cukup putus asa dengan penolakan Claire".
Claire menoleh kearah Christian dan menatapnya jenuh. "Aku sama sekali nggak punya minat untuk jadi pengisi acara di media manapun, Christian! Masih banyak kandidat lain dan nggak mesti aku yang harus kamu rekrut. Dan ancaman kamu yang seperti ini justru semakin membuat aku benci sama kamu. Jadi untuk terakhir kalinya... Jangan. Ganggu. Aku!".
Christian menghela nafas lalu menggeleng pelan. Dia bertolak pinggang sambil menatap Claire dengan tatapan menilai. "Kalau gitu, ikut nonton aja hari ini. Tiket kamu udah dibeliin. Ini murni ajakan sebagai seorang teman, toh juga kamu udah kesini".
"Aku nggak minat untuk..."
"Ayo kita pulang, Claire", sela Juno sambil beranjak dari posisinya untuk berdiri disamping Claire dan membalas tatapan ketiga temannya yang masih berdiri disitu.
"Kok lu pulang, dude?", tanya Adrian dengan alis berkerut.
"Dari awal gue memang nggak niat buat nonton", jawab Juno seadanya lalu menoleh kearah Christian dengan tatapan menegur. "Gue anggap apa yang lu lakuin tadi nggak terjadi! Dan jangan pernah ganggu Claire lagi dengan ancaman murahan lu kayak gitu".
Mendengar pembelaan Juno untuk dirinya barusan, spontan membuat Claire memutar kepalanya untuk menatap Juno dengan tatapan heran. Dia yakin kalau dia nggak salah dengar.
"Well... ada yang mulai membela rupanya. Apakah...".
"Dia adalah tanggungjawab gue selama dia berada disini", sela Juno menghentikan perkataan Christian yang mulai berulah. "Dan kalau lu berani ngerjain dia lagi, itu artinya lu menantang gue".
Adrian dan Nadine memberikan senyuman penuh arti sambil berangkulan, mereka terlihat senang lalu melambaikan tangannya kearah Juno dan Claire untuk undur diri dan bergabung dengan temannya yang lain dimana mereka masih duduk di meja sana tapi menatap posisi mereka berdiri sekarang.
Claire bisa melihat Adrian seperti mengatakan sesuatu lalu semuanya kompak menatap dirinya dan Juno dengan mata berkilat penuh arti. Membuat Claire menjadi bingung dan bertanya-tanya apa yang disampaikan Adrian sampai membuat mereka terlihat... senang?
"Fine! I got the memo!", ucap Christian yang membuat tatapan Claire kini kembali padanya.
Claire merasakan Juno menoleh kearahnya dan dia spontan melakukan hal yang sama. Cowok itu menatapnya beberapa saat sampai akhirnya bersuara. "Ayo kita pulang".
Tanpa menunggu jawaban dari Claire, Juno sudah menarik tangannya untuk menyingkir dari lounge itu dan membimbingnya untuk berjalan menuju pelataran parkir.
Setiap pasang mata yang berlalu lalang memperhatikan mereka, bahkan tidak sedikit melihat mereka terang-terangan seolah ingin tahu. Claire merasakan rangkulan lembut dipinggangnya dan dia langsung mendongak menatap Juno yang fokus menatap arah depan dengan ekspresi datar.
Sudah tiga hari ini semenjak pertengkarannya waktu itu, Claire menghindarinya sebisa mungkin. Dia sudah lelah untuk berdebat atau beradu emosi dengan cowok itu meskipun dia masih menyempatkan diri untuk memenuhi janjinya dengan membuatkan beberapa menu masakan agar pola makan cowok itu teratur.
Dan kali ini, mereka yang bisa berjalan berdampingan tanpa adanya perkataan yang menyindir atau saling mengejek sudah jelas hal pertama kali yang terjadi.
Juno segera membuka pintu mobilnya lewat kunci yang diarahkan ke mobil SUV Porsche didepannya. Claire mengangkat alisnya melihat mobil itu, terlihat masih baru dengan interior yang mewah didalamnya.
Seingatnya, Juno memiliki dua buah mobil yang sering dipakainya dalam event tertentu. Yang satu adalah mobil sport Camaro kuning saat menjemputnya di bandara, dan satu lagi sedan HR-V saat Juno pulang bersama dengannya setelah aksi sialan itu.
"Ini mobil baru?", tanya Claire langsung begitu Juno sudah masuk dan duduk di bangku kemudi.
Juno mengangguk. "Baru datang kemarin siang".
"Mobil kamu yang lain dikemanain?".
"Keduanya ada di garasi vip apartemen. Sementara ini aku nggak kepengen pake mobil HRV dulu, karena plat nomor mobil aku terlihat jelas di foto itu", jawab Juno sambil menoleh kearahnya dengan tatapan tajam.
Claire mengerjap. Dia berpikir ada benarnya juga kalau Juno tidak mau memakai mobil itu mengingat nomor mobilnya terpampang jelas didalam foto itu. Dan Claire tahu kalau Juno tidak mau diincar para wartawan yang berusaha mencari tahu tentang dirinya lewat foto yang memperlihatkan mobilnya secara terang-terangan.
Juno masih belum menyalakan mesin mobilnya sampai Claire harus bertanya padanya. "Kenapa kamu nggak nyalain mesin? Mau tunggu apalagi? ".
Juno menatapnya lama setelah itu, sampai akhirnya dia mengucapkan kalimat yang... terdengar klise dan aneh ditelinganya.
"Aku minta maaf untuk semua kekacauan yang aku timbulkan, Claire", ucap Juno dengan mimik wajah serius. "Aku nggak tahu dan nggak paham siapa orang yang ada dihadapan aku saat ini, terutama soal popularitas kamu".
Oke. Saat ini Claire hanya bisa menatap Juno dalam ekspresi yang sama sekali tidak terbaca. Apa yang didengarnya itu nyata dan dia sedang tidak bermimpi, itu sudah pasti. Lalu kenapa Juno bisa tiba-tiba berubah dengan meminta maaf dalam cara yang cukup normal untuk ukuran seorang yang selalu bersikap brengsek pada dirinya.
"Apa aku nggak salah denger?", tanya Claire kemudian dengan suara tercekat, masih cukup kaget dengan apa yang didengarnya.
"No. Kamu nggak salah denger", jawab Juno langsung.
Claire mengangkat alisnya tinggi-tinggi. "Kalau kamu ada niat jahat buat ngerjain aku, mending jauh-jauh dan nggak perlu ngomong maaf kayak gini! Jelas-jelas kemarin itu aku udah suruh kamu ngomong maaf dan kamu nggak merasa bersalah sama sekali! Malahan bilang bagus buat pamor aku segala!".
Juno langsung mendesah malas lalu menyalakan mesin kemudinya, ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi kesal sambil berujar. "Emang susah yah kalo sama cewek barbar, udah niat beneran minta maaf masih aja mikir yang jelek-jelek aja. Cih! Packaging sama isi emang bener-bener beda".
"A...apa kata kamu barusan? Packaging? Isi? Maksudnya?", sahut Claire spontan saat mendengar ada yang aneh dari ucapan Juno barusan.
Juno mendesis dan menoleh sinis kearahnya lalu menatapnya naik turun. "Look at you! Orang awam pasti mengira kalau kamu itu cewek cantik yang lembut, perhatian dan hangat lewat penampilan kamu, seperti hari ini! Tapi mereka nggak tahu isi didalamnya yang ternyata kamu itu orang yang pemarah, suka teriak-teriak, suka nuduh orang sembarangan!".
"Oh really? Kayak kamu nggak begitu aja! Don't you see? Kamu dipuji orang ganteng, pintar, pengacara hebat seperti yang terlihat saat ini dalam penampilan kamu! Tapi mereka juga nggak tahu isi didalamnya kamu yang suka menghina orang, mengatai orang, selalu bersikap brengsek!", sembur Claire kesal.
"Oh yeah? Kalau begitu kita cocok dong. Saling melengkapi satu sama lain. Sama-sama tahu isi masing-masing tanpa peduli packagingnya. Kalau begitu, kita jadian!", celetuk Juno dengan alis terangkat setengah berbarengan dengan nada sinis dalam perkataannya barusan.
"What?!", pekik Claire kaget.
Cowok ini sudah positif gila! Membayangkan kalau cowok yang ada dihadapannya ini sebagai pacar? Belum-belum Claire sudah merinding dan menatapnya jijik.
"Win win solution untuk keadaan saat ini! Dengan kita jadian, orang-orang nggak akan penasaran lagi dan ngejer-ngejer kamu! Aku juga nggak perlu dirongrong sama orangtua kita menuntut kejelasaan hubungan kita yang nggak normal. Dan lagipula, jangan kepedean dulu. Kamu pikir aku suka apa punya pacar kayak kamu? Ada banyak perempuan baik diluaran sana yang lebih pantas jadi pacar aku!", cetus Juno sambil menarik gigi dan melajukan kemudinya untuk keluar dari pelataran parkir.
"Seperti siapa? Seperti Nadine yang tadi? Yang kamu taksir tapi nggak kesampean itu? Apa nggak ada hal yang lebih ngenes lagi untuk bisa kamu sombongin?", ejek Claire kemudian.
"Terus? Yang mau kamu sombongin siapa? Edward? Sepupu tolol aku yang satu itu hanya belum sadar sama kebodohannya aja soal wanita. Dia selalu bertepuk sebelah tangan sama cewek yang ditaksirnya. Sebelum kamu, ada Lea yang juga udah menolak dia dengan lebih memilih Nathan. Jadi itu bukan hal yang aneh", balas Juno sambil terkekeh geli dan menginjak rem karena antrian pembayaran parkir didepan.
Claire menggeram kesal. Dia menatap Juno dengan tatapan menusuk. "Yang jelas dia lebih baik dari kamu!".
Juno menoleh kearahnya dengan senyuman santainya yang mengerling. "Lebih baik dari aku? Salah! Of course aku lebih baik dari dia. Buktinya kamu menolak dia tapi kamu nggak menolak aku saat aku cium kamu waktu itu... juga seperti sekarang".
Tubuh Claire langsung kaku saat Juno mencondongkan tubuhnya untuk menangkup kedua pipinya lalu mencium bibirnya tanpa permisi. Ciuman itu hanya sekedar kecupan ringan di bibirnya tapi sanggup membuat nafas Claire tertahan karena serangan tiba-tiba Juno barusan.
Cowok itu tersenyum sambil menatap Claire dengan seringaian puasnya beberapa saat sampai akhirnya dia menegakkan tubuhnya untuk kembali melajukan kemudinya karena posisi mobilnya sudah tertinggal jauh didepan counter pembayaran parkir.
Claire masih terdiam sambil menghembuskan nafas dan menariknya untuk mengisi kembali oksigen kedalam paru-parunya.
"See? Kamu nggak menolak aku cium seperti barusan, of course aku lebih baik...Oouuucccchhhh!!!!! CLAIRE!!!! IT HURTS!!!".
Claire memukul kepala Juno keras-keras begitu kesadarannya kembali. Dia tidak mempedulikan bentakan Juno dan memukul Juno berkali-kali kearah kepalanya sampai dia merasa puas dan kembali duduk di kursinya. Sialan!
"Dasar cewek barbar!", maki Juno sambil mengusap kepalanya yang dipukul Claire barusan. Dia meringis kesakitan.
"Dasar cowok brengsek! Kamu udah tahu aku barbar tapi masih suka main cium orang seenaknya aja!", umpat Claire sambil mencari tisu dari tasnya lalu mengusap bibirnya kencang-kencang. Ahhh shit!! Kenapa sih Juno sialan itu mempunyai kebiasaan untuk menciumnya sekarang? Terhitung sampai hari ini, Juno sudah menciumnya sebanyak tiga kali! Haissshhh!!!
"Harusnya kamu beruntung kalau kamu dapat ciuman aku. Dan nggak semua cewek....okay fine! Stop doing that, crazy!!!", seru Juno sambil menahan Claire yang sudah bersiap mengambil skilettonya untuk menimpuknya.
Claire mendengus kesal dan memakai skilettonya kembali dengan kasar sambil menatap Juno dengan kekesalan yang sudah bertumpuk.
"Aku nggak nyangka kalau kamu benar-benar cewek barbar yang gila dan beringasan", ucap Juno sambil membayar parkirnya dan melajukan mobilnya dalam kecepatan tinggi keluar dari area mal itu.
"Bagus kalau kamu sadar, jangan pernah macam-macam sama orang gila karena sudah pasti kamu bakalan dapat hal yang lebih parah dari itu!", balas Claire ketus.
"Kapan sih kamu pernah santai? Kalem dikit gitu. Atau berperilaku layaknya seorang perempuan sesekali. Mungkin aku bakalan berubah pikiran tentang kamu", ujar Juno dengan nada santai.
"Khusus sama kamu, aku nggak perlu melakukan hal baik atau menjadi orang yang kamu sebut tadi. Nggak ada gunanya untuk orang seperti kamu", sahut Claire sambil menghela nafas lelah.
"Wow... aku termasuk orang yang spesial kalau begitu, karena cuma aku satu-satunya orang yang tahu tabiat jelek kamu. Hmmm... interesting", balas Juno sambil terkekeh.
Claire memutar bola matanya sambil menggeleng. Dia sudah cukup lelah untuk membalas perkataan Juno barusan. Jelas-jelas Claire menunjukkan kejengkelannya tapi cowok itu malah menanggapi hal lain. Cowok aneh, pikirnya.
Claire mengerutkan alisnya saat mobil melaju ke jalan yang berlawanan dari arah apartemen Juno. "Kita mau kemana, Juno?".
"Aku lapar. Aku mau cari makan", jawab Juno datar.
Claire menoleh kearah Juno dengan tatapan tidak setuju. "Kalau mau makan bisa di apartemen. Aku bisa masak dan kita nggak perlu makan diluar dengan posisi berduaan kayak begini. Nanti kalau ada yang ngeliat kita bagaimana? Aku udah capek dikejar-kejar mereka".
"Easy, baby. Nggak usah menguatirkan hal yang nggak perlu. Kita akan dinner di resto langganan aku. Kamu nggak usah masak karena dari muka kamu kayaknya lelah lahir batin dan aku nggak kepengen kamu masukkin racun ke makanan aku nantinya. Lagian, ini hari jadian kita. Nggak ada salahnya kan kalau aku ajak kamu dinner sebagai perayaan hari jadi kita", tukas Juno dengan nada riang yang dibuat-buat.
What the...!!! Claire menggeram kesal sambil mengusap keningnya. Ya Tuhan... apa tidak ada cobaan yang lebih ringan dari ini? Rasanya apa yang dialaminya selama bersama Juno sudah melebihi dari kekuatannya sendiri. Claire tidak membalas atau merespon apapun selain pasrah.
Dia memang lelah. Terlebih dengan kesibukannya hari ini yang menguras tenaga dan otaknya, dan cowok brengsek yang sedang menyetir itu membuat kelelahannya menjadi lebih sempurna karena berhasil mengacaukaan kewarasannya sekarang.
Claire melihat mobil Juno memasuki sebuah perkomplekan ruko dimana banyaknya restoran berderet di sepanjang garis ruko sebelah kanan jalan. Dia tidak pernah ke daerah ini, dan Juno memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah restoran makanan Itali.
Mereka keluar bersamaan dimana seorang waiter langsung menyambut mereka dalam sapaan ramah dan membimbing mereka untuk masuk kedalam.
Claire memperhatikan restoran itu dengan dekorasi yang klasik nan elegan dalam tema mediterania yang unik. Tempat makannya pun identik dengan pahatan ukiran layaknya kursi kerajaan dengan lukisan-lukisan karya pelukis asal negara pasta tersebut.
Claire harus mengacungi jempol selera Juno yang cukup tinggi dalam soal makanan yang katanya ini adalah resto langganannya, karena para waiter seperti sudah mengenal Juno saat dirinya masuk dan langsung diarahkan ke meja yang sepertinya sudah menjadi favorite spot cowok itu.
"Clarissa?", terdengar suara orang yang memanggilnya dari balik bahu sampai dia dan Juno langsung menoleh kearah sumber suara.
Claire mengerjap bingung dan mencoba menjabat tangan sang empunya suara yang terulur kepadanya. Seorang pria paruh baya dengan wajah bule dan aksen Itali yang kental. "Pardon, do i know you?".
"You really are Clarissa Marie, one of the girls who own the AFC Channel with Yummy Treat Show! It's been my honor for having you as my guest in my restaurant", serunya dengan mata berbinar.
"Thanks", balas Claire gugup saat pria bule itu menghampirinya untuk memberikan ciuman di pipinya singkat. Well... ciri khas seorang pria bule yang memberikan sapaan kepada siapa saja yang dikenalinya.
"Hello, dude. It's been a while you're not coming", sapa pria bule itu kearah Juno sambil menepuk bahunya.
Juno tersenyum saja. "Been busy, Hugo".
"It looks like the issue were right that you two have a relationship", ujar pria bule yang bernama Hugo itu dengan senyuman penuh arti kearah Claire dan Juno.
Claire bergeming dan baru saja akan memprotes tapi Juno sudah mengambil alih dengan merangkul bahu Claire santai sambil berujar dalam nada santai. "As you can see, Hugo. Now if you'll excuse us".
"Sure. Have your dinner and choose whatever you like. Today is my treat", ujar Hugo senang lalu menoleh kearah Claire dan berkata. "We serve the best food with the best ingredients, please give me your advice if there's any suggestion".
"You don't have to do that, Hugo", sahut Juno dengan alis berkerut.
"No, young man! It's my honor to treat you both in my restaurant. And Clarissa is the best chef who created such a lovely food especially Italian Food. Please don't refuse my treat", ujar Hugo lagi.
"Okay, we'll take it!", putus Claire kemudian sambil menarik Juno untuk mengundurkan diri dari hadapan Hugo dan merutuk dalam suara pelan kearah Juno yang terkekeh geli melihat sikapnya.
"Kenapa sih kamu marah-marah melulu? Apa nggak capek emosian kayak gitu terus?", ucap Juno dengan senyum setengahnya dimana dia sudah mengambil duduk di kursi tepat di hadapan Claire saat ini.
"Apa sih maksud kamu sesumbaran begitu? Kamu baru aja memberikan berita bohong dimana setengah jam yang lalu kamu berniat menuntut Christian dengan hal yang sama!", desis Claire tajam.
Juno mengangkat bahunya santai. "Aku kan hanya membantu kamu untuk supaya nggak dikejar-kejar orang yang penasaran dengan hubungan kita. Sikap diam kamu sama sekali nggak menyelesaikan masalah, dan itu cukup menganggu pekerjaan aku dimana para klien aku menanyakan hal yang sama. Dengan kita mengiyakan anggapan orang toh mereka akan diam dengan sendirinya".
"Kamu...", Claire mendadak terhenti dan berpikir kalau apa yang dikatakan Juno ada benarnya juga. Diam nggak menyelesaikan masalah, tapi dengan memberi pernyataan palsu soal hubungan mereka jelas bukan penyelesaian meskipun itu bisa dikatakan mampu meredakan keadaan yang ada untuk sementara.
"Well?", Juno mengangkat alisnya menunggu lanjutan Claire yang tidak kunjung terdengar.
"Nggak jadi", celetuk Claire kemudian. Dia mencoba memusatkan perhatiannya kepada menu yang terpampang diatas meja dan melihat apa yang tertera disitu beberapa lama. Menu yang ditawarkan cukup otentik dan terlihat lezat. Claire menyukai cita rasa yang disuguhkan negara itu hingga membuatnya mendalami resep masakan Itali sebagai tugas akhirnya dulu.
"Mau berapa lama kamu baca menu sih? Kebiasaan banget tiap kali kalau mau pesen makanan selalu lama milihnya", sewot Juno yang membuat Claire mendongak dan mendapati cowok itu sudah menatapnya dengan tatapan judes.
"Ini pertama kalinya aku kesini dan nggak tahu mana yang recommended. Aku agak pemilih soalnya", jawab Claire jujur. Karena makan diluar bukanlah kesukaannya.
"Kalau gitu cukup nanya sama aku, apa susahnya? Mbak, saya pesen seperti biasa untuk dua orang", gerutu Juno lalu mengucapkan pesanannya kepada waiter yang sedaritadi menunggu dimeja mereka untuk menulis pesanan. Setelah itu waiter berlalu.
"Kamu nggak usah kebanyakan lagak. Udah jelas-jelas ini makan malam gratisan dan nggak perlu merasa sombong karena udah bawa aku kesini", cetus Claire dengan nada penuh ejekan.
Alis Juno terangkat. "Jadi, kamu mau aku bawa ke tempat lain supaya aku bisa keluarin uang?".
Claire menggeleng. "Aku sama sekali nggak minat buat pergi berduaan sama kamu di lain kesempatan".
"Aku juga! Tapi karena kamu udah menghina aku barusan, mau nggak mau kamu harus ikut aku besok!", ujar Juno tegas. Tatapannya terlihat tajam dengan siluet wajah yang cukup dingin.
"Kenapa aku harus ikut? Aku nggak mau!", tolak Claire langsung.
Juno memberikan senyum tengilnya yang menyebalkan. "It's okay. Aku akan buat kamu mau. Pokoknya besok kamu harus standby jam tujuh pagi!".
"Besok aku kerja!".
"No! Kamu bohong. Besok itu hari Sabtu dan kamu nggak kerja! Lagian aku nggak bakalan ngajak kamu ke tempat aneh-aneh kok. Aku mau ajak kamu refreshing untuk sesekali melihat pemandangan alam, anggap aja sebagai ganti makan malam gratisan ini supaya aku keluar modal sebagai perayaan hari jadi kita", ujar Juno santai.
Claire merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari sebelumnya. Juno membingungkannya.
Sebentar dia membuatnya marah, sebentar dia mengesankan dirinya dengan perkataan yang menyenangkan. Apalagi kesan santai yang dia tunjukkan sekarang sama sekali tidak terlihat sedang mempermainkannya.
Cowok itu memakai kemeja hitam yang sudah digulung selengan dengan jeans warna senada yang membalut pas di kaki jenjangnya. Terlihat cukup... mempesona.
Wait a minute... Claire mengingatkan diri, barusan dia memuji Juno dan bisa menilai penampilannya dengan begitu detail? Oh dear... ada yang salah dalam otaknya saat ini. Nggak mungkin banget gue bisa memikirkan Juno sampai sebegitunya, batinnya pelan.
"Memangnya kita mau kemana?", tanya Claire dengan suara pelan. Mengabaikan degupan cepat yang masih berlangsung dalam jantungnya saat ini.
"Ada deh", jawab Juno dengan kerlingan jahilnya sambil mengambil Mojito yang sudah ditaruh waiter barusan diatas meja dan menyesapnya pelan.
Sikap Juno barusan spontan membuat degupan jantung Claire yang berdegup kencang menjadi normal. See? Nggak ada alasan apapun untuk membuat Claire merasa konyol dengan sempat-sempatnya terpesona dengan bualan cowok brengsek itu.
Wait? Terpesona? Heck. Bahkan satu kata yang sanggup muncul dalam pikiran Claire saat ini membuatnya bergidik sambil meraih lemon sodanya dan menyedotnya dalam-dalam.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
EEAAAAA... Ngajak jadiannya maksa tapi kok terkesan gemes yah?
Ini part terpanjang yang aku tulis.
Secara ga langsung sih Christian ngebantu mereka kan?
Dasar cowok sarap 😂
Jadi, ada yang semakin suka sama Juno?
Jangan yah. Nggak boleh loh.
Juno punya aku. Titik 😛
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top