PART. 16 - RECOVERY

Ciyee, yang nungguin si Om.

Tbh, nulis ini tuh main di emosi 🤣
Satu pihak, paham dari sisi Om Liam.
Satu pihaknya lagi, maklum banget sama Chelsea tapi kesel. 😅

Happy Reading. 💜


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Seumur hidupnya, baru kali ini Liam tidak mau bangun dari tidurnya. Bagaimana tidak? Tidurnya kali ini terasa begitu nyenyak, suasana yang begitu tenang, juga Chelsea yang berada dalam pelukannya. Tidak menyangka jika wanita itu tetap berada di sisinya dan berbagi ranjang yang sama semalaman.

Tadinya, Liam benar-benar terlelap dan cukup lama dalam mendapatkan tidurnya. Namun saat dirinya terbangun oleh karena Chelsea yang bergerak dalam pelukannya, disitu Liam sepenuhnya terjaga. Tertegun sejenak, lalu menikmati apa yang dilihat dan dirasakannya saat ini. Hangatnya payudara Chelsea yang mendesak lembut di dada, kedua kaki yang saling bertautan, juga tangan Liam yang spontan bergerak mengusap naik turun di pinggang ramping Chelsea. Tubuh wanita itu terasa pas dalam pelukannya.

Memakai kamisole set berwarna hitam, dan tampak menggairahkan dengan satu tali kamisole yang turun dimana Liam mendapat akses untuk melihat belahan payudara Chelsea. Hal itu membuat darah Liam berdesir kencang dan napas yang menderu. Meski masih pulas, Chelsea menggeliat sambil bergumam pelan.

"No, Liam," terdengar gumaman Chelsea dengan mata yang masih terpejam.

Kening Liam berkerut sambil mengamati Chelsea, entah apa yang diimpikan oleh wanita itu sampai namanya disebut. Dan entah kenapa gumamannya terdengar seperti erangan lembut yang sukses membuat tubuh Liam menegang.

Mencoba menahan diri dengan menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata dan berhitung dalam hati, kemudian membukanya dan mendapati wajah tidur Chelsea yang terlihat... seperti menikmati sesuatu. Fuck those rules, batinnya geram.

Pertahanan dirinya runtuh dengan melakukan ciuman yang dalam, sentuhan yang menyenangkan, dan membuat jejak merah yang cukup lumayan. Setidaknya, dia tidak sampai benar-benar runtuh dengan menghentikan aktifitasnya dan berusaha setengah mati untuk menahan birahinya.

"LIAM! You son of a bitch!"

Chelsea berteriak sambil berlari keluar dari kamar mandi dan menyerangnya dengan membabi buta. Dia benar-benar berniat dalam memukul Liam sampai membawa shaver dari kamar mandi, tapi tentu saja Liam menahan tangan yang memegang shaver itu dan memasrahkan diri untuk menerima pukulan dari Chelsea dengan tangannya yang lain.

"Ini balasan kamu setelah aku bantuin kamu kesakitan semalam, huh? Kamu cari kesempatan buat kerjain aku yang lagi tidur! Dasar pembohong!" sembur Chelsea dengan wajah yang memerah dan terus memukulnya tanpa arah sambil menarik satu tangannya yang lain untuk lepas dari cengkeraman Liam.

"Aku nggak akan lakuin hal itu kalau kamu nggak mimpi sembarangan sambil sebut nama aku," ucap Liam sambil menangkap satu tangan Chelsea yang memukul, dan kini kedua tangan Chelsea sudah dalam cengkeramannya, tanda bahwa wanita itu sudah cukup memukulnya.

Chelsea semakin berang dan mulai mengumpat. "Dan kamu langsung berasumsi kalau aku mimpi sembarangan, lalu berhak melecehkan aku kayak gini?"

"Chels..." Liam tidak tahu harus membalas apa karena sepertinya dia sudah keterlaluan saat ini.

"Yes! Aku mimpiin kamu!" desis Chelsea geram. "Kamu mau tahu aku mimpi apa? Aku mimpi pengen bunuh kamu dan kesal karena belum sempet lakuin itu, aku udah keburu bangun!"

Melihat Chelsea yang semakin tidak terkendali, Liam segera mengambil alih shaver dari tangannya dengan gerakan cepat, lalu membuangnya ke lantai. Kemudian, mereka bergulat hebat dan Liam cukup kewalahan dalam meladeni Chelsea yang mulai menggila.

"Apa sih yang diributin sekarang? Kalau mau ngomong soal pelecehan, aku punya hak atas kamu, termasuk badan kamu!" decak Liam tajam. Emosinya merambat naik karena Chelsea masih saja memberontak dan tidak bisa diam.

"Apa yang aku ributin sekarang?" balas Chelsea tidak kalah emosinya. "Kamu curang dan perlakuin aku kayak cewek nggak bener!"

Liam memutar bola mata dan menatap Chelsea tajam. "You're my wife and mind your words, Chelsea!"

Chelsea tiba-tiba meringis dan membuat Liam bingung karena merasa tidak melakukan apa-apa selain mencengkeram kedua tangannya, itupun tidak terlalu kencang supaya wanita itu tidak memberontak. Namun karena Chelsea terlihat begitu kesakitan, Liam spontan melepas cengkeramannya, dan... PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya dengan telak yang ternyata Chelsea telah menipunya untuk bisa melakukan hal itu. Hendak bersuara tapi bungkam karena Chelsea mulai terisak pelan dengan tatapan kecewa padanya. Ada rasa tidak suka saat Liam melihat Chelsea seperti itu.

"Kamu itu bukan manusia! Sama sekali nggak punya perasaan dan nggak ngerti caranya menghargai orang selain diri sendiri! Berpikir kalau aku adalah istri dan kamu merasa berhak ngelakuin apa aja, itu sangat egois! Pernikahan itu dibutuhkan dua orang yang bekerjasama untuk berjuang, dan seks pun dibutuhkan dua orang yang punya keinginan yang sama. Itulah kenapa aku perlu tarik garis batas jelas soal itu, terserah mau mikirnya aku itu kuno, cupu, aku nggak peduli! Karena aku paham nggak semua bisa menghargai diri sendiri dengan punya standart dan prinsip soal tubuhnya sendiri!" desis Chelsea tajam dengan ekspresi kemarahan yang kentara.

Setelah mengucapkan hal itu, Chelsea beranjak dan segera keluar dari kamar Liam, lalu menutup pintu itu dengan kencang.

Tertegun, Liam hanya bisa menatap pintu kamarnya dengan hampa dan tidak mampu melakukan apapun selama beberapa saat. Rasa nyeri di pipi perlahan menjalar sampai ke dada, membuatnya terasa sesak dan tidak berdaya.

Jika biasanya, Liam tidak peduli dengan isak tangis wanita yang dinilainya penuh drama, kali ini berbeda sebab rasa bersalah menghinggap diri karena sudah membuat Chelsea menangis dan marah seperti itu.

Menarik napas dalam, Liam merasa perlu menyelesaikan hal ini dengan segera membersihkan diri dan memakai pakaian kasual. Tidak ingin merasa terganggu dengan pekerjaan untuk hari ini, Liam segera memberi pesan singkat pada asisten pribadinya untuk membatalkan semua rencana kerjanya selama sehari penuh.

Dalam pikirannya adalah memperbaiki hubungan yang sudah membaik, tapi dirinya mengacaukannya dengan keinginan yang begitu egois tanpa memikirkan perasaan Chelsea. Dari apa yang terlihat dan ditunjukkan, sudah pasti itu adalah pengalaman pertama bagi Chelsea. Wanita yang belum terjamah, batinnya lirih, namun ada rasa senang yang menyusup dalam diri oleh karena hal itu.

Keluar dari kamarnya, Liam tidak mendapati Chelsea dimanapun. Juga, sarapan yang sudah tersaji di ruang makan pun masih begitu rapi dan belum disentuh, yang berarti Chelsea pergi tanpa menikmati sarapan begitu saja.

Tentu saja, Liam tidak ingin membuang waktu untuk membiarkan wanita itu berkeliaran tanpa dirinya. Dengan bantuan beberapa penjaga, juga mengitari area kota dengan berbagai kemungkinan tujuan yang akan dihampiri Chelsea, akhirnya Liam menemukan wanita itu sedang berada di sebuah kafe kecil yang berada di ujung jalan sempit.

Memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, Liam bisa melihat Chelsea sedang duduk dekat jendela sambil mengusap wajah berkali-kali lalu seperti memaki seorang diri di sana. Menghela napas karena merasa lelah menghadapi wanita muda yang labil dan keras kepala seperti Chelsea, Liam mulai merasa jika karma sudah menghampiri atas apa yang pernah dilakukannya di masa lalu. Ayahnya benar-benar sudah memberi balasan telak untuk dirinya kali ini.

Enggan dengan pikiran sentimental yang membuatnya tidak senang, Liam segera berjalan untuk memasuki kafe itu. Sapaan ramah menyambut kedatangannya dari kasir dan Liam menganggukkan kepala sebagai balasan, lalu segera menuju ke meja yang ditempati Chelsea.

"Sudah terlalu terlambat untuk merasa panik dan menyesal kalau itu yang buat kamu duduk sendirian di sini," celetuk Liam sambil menarik kursi yang ada di depan Chelsea dan duduk berhadapan dengannya.

Chelsea tersentak dan menatapnya kaget. "Kenapa kamu bisa ke sini?"

Mengangkat bahu sebagai balasan, Liam mengangkat tangan pada pelayan untuk memesan secangkir latte. Kembali pada Chelsea, lalu menunduk ke meja yang sudah ada dua cangkir kosong di situ.

"Kamu nggak sarapan tapi udah minum kopi sebanyak itu?" tanya Liam kemudian.

"Aku perlu susun strategi buat ngadepin orang yang suka cari kesempatan kayak kamu!" jawab Chelsea sengit.

Satu alis Liam terangkat. "Jadi, aku yang salah sekarang?"

"Kalau kamu kesini cuma untuk cari gara-gara dengan bawa-bawa status, mendingan kamu pergi!" sahut Chelsea sambil mengangkat alis tinggi-tinggi. "Dan lagi, kamu belum jawab pertanyaan aku! Darimana kamu tahu aku ada di sini?"

Liam mengernyitkan kening sambil mengalihkan tatapan ke luar jendela. "Katakanlah ada yang ikutin kamu dan kasih laporan ke aku."

Chelsea menggeram pelan. "Ini yang kamu lakuin sama orang sekitar kamu? Sewa stalker buat ngikutin orang? Kamu itu apa sebenarnya? Sakit?"

Liam kembali menatap Chelsea dan mendapati wanita itu terlihat seperti menahan marah oleh karena wajahnya yang memerah. Meski begitu, Chelsea tampak mempesona dengan rambut panjang bergelombangnya yang digerai dan atasan turtleneck berwarna putih. Cantik, pikirnya.

"Aku nggak bisa biarin kamu pergi tanpa pengawasan, Chelsea. Tanpa sadar, ada orang disekeliling kamu yang mengawasi dan kamu nggak bisa ngenalin mereka. Aku nggak mau kamu ngelakuin sesuatu yang konyol juga," balas Liam tenang.

"Kamu pikir aku bakal ngelakuin apa? Bunuh diri?" desis Chelsea geram.

"Of course not. I do believe that you respect your life and too smart to do something stupid like that. Aku cuma mau pastiin kalau kamu baik-baik aja," sahut Liam.

"Bullshit!" sembur Chelsea geram.

Seorang pelayan datang membawakan pesanan Liam dan menaruhnya di meja, hal itu membuat Chelsea segera membuang muka ke luar jendela, dan masih terlihat begitu marah. Kembali menghela napas untuk kesekian kali, Liam mengingatkan diri untuk melakukan sesuatu yang benar, yaitu memperbaiki keadaan dan bukan memperkeruhnya.

"Aku lepas kendali, itu aja," ucap Liam setelah memutar otak untuk memilih kata yang tepat sebagai pembuka dan itu berhasil membuat Chelsea kembali menatapnya. "Dengan posisi tidur, lalu kamu yang memeluk, terus sebut nama aku sambil eratin pelukan, jujur aja, sebagai cowok normal, aku nggak bisa tahan diri."

"Dan sekarang, aku yang salah karena..."

'No! Aku yang salah dan aku minta maaf," sela Liam spontan, dan tersentak kaget dengan ucapan yang mengalir begitu saja di mulutnya barusan.

Baik Chelsea dan Liam, keduanya terdiam dan saling menatap satu sama lain selama beberapa saat. Liam menahan diri untuk tidak memutar bola mata saat melihat ekspresi Chelsea berubah menjadi lebih tenang. Masih belum mengerti kenapa kata maaf itu sangat penting baginya.

"Kita udah nikah dan hal yang kayak gitu umum terjadi," ucap Liam kemudian. "Jadi, tolong pahami kondisi yang ada pada kita saat ini. You're my wife, and I'm your husband."

"Apa ini nggak terlalu cepat buat kita?" tanya Chelsea dengan suara tercekat.

"Apanya?" tanya Liam dengan nada lelah.

"Soal tadi pagi," jawab Chelsea langsung.

Akhirnya, Liam memutar bola mata karena sudah tidak tahan dengan sikap kekanakan dari Chelsea. "How old are you, Lady? Seventeen? As I said to you before, we did something normal."

"We don't know each other, also, there's no love between us," balas Chelsea.

Tertegun, Liam memejamkan mata sambil mengusap kepalanya karena merasa frustrasi dengan wanita muda yang naif dan labil. Ayahnya sudah pasti senang jika melihatnya tertekan seperti ini.

"Can you tell me what do you want actually? Kita sama-sama tahu kalau kita punya kesepakatan di awal tentang pernikahan ini, rite?" tanya Liam lelah.

"Kita nggak saling cinta, itu masalahnya. Aku juga belum siap untuk skinship sama orang yang belum aku kenal banget. Lagian, kita juga baru nikah dua bulanan, dan..."

"Chelsea!" sela Liam tegas dan menatapnya tajam. "Do you want the love? You can have it if you want!"

"Jangan bikin aku marah, Liam. Aku serius," ucap Chelsea dingin.

Berusaha mengingatkan diri untuk bersabar dalam menghadapi kelabilan anak muda, Liam berpindah untuk duduk di samping Chelsea dan mengabaikan sikap risih wanita itu saat dia mendekat.

"Aku memang bukan orang yang sesuai harapan untuk pernikahan impian kamu. Kita berbeda, dari segi apapun. Tapi yang pasti, aku merasa ada perubahan sejak menikah dan itu berarti progress pengenalan kita berjalan baik. Jadikan itu sebagai pembelajaran untuk kita sama-sama mengenal dan menerima satu sama lain, sebab kebersamaan itu nggak melulu soal cinta. Bisa juga karena nyaman, rasa aman, atau komitmen," ucap Liam dengan serius dan penuh penekanan.

Tanpa sadar, Liam menyentuh tangan Chelsea yang sedang menggenggam cangkir, posisi duduk yang mengarah padanya dengan satu tangan berada di punggung kursi yang didudukinya, dan kedekatan itu memberi kehangatan yang menyenangkan bagi Liam.

Chelsea terlihat melunak dan menatap Liam lirih seolah berusaha mencerna ucapannya barusan.

"Kita mungkin belum merasakan cinta yang kamu bilang tadi, tapi definisi cinta itu luas, nggak semena-mena harus tergila-gila atau hal yang umum terjadi, rite? Tapi bukan berarti nggak bisa, jadi mulai dari sekarang, aku akan buat kamu jatuh cinta," tambah Liam santai, lalu meraih cangkir latte-nya dan meneguknya.

Chelsea masih bergeming selama beberapa saat, lalu menggelengkan kepla. "Kamu ngomong kayak gitu udah kayak perintah. Nggak ada bagus-bagusnya."

Liam menaruh cangkir latte-nya, lalu menoleh pada Chelsea dengan satu alis terangkat.

"Mau yang lebih dramatis dengan kesan romantis?" tanya Liam skeptis.

Chelsea menggeleng tapi Liam menjawabnya dengan meraih satu tangan Chelsea dan menaruhnya di dadanya yang sedang berdegup kencang saat ini. Hal itu membuat Chelsea tersentak dan menahan napas sambil menatapnya tidak percaya.

"Yeah, I am that cheesy. Still can't believe that I can feel this way to explain my thought, and this is my first time," ujar Liam seolah bisa membaca pikiran Chelsea.

Mengerjap pelan, Chelsea mengembangkan senyuman dan mendekatkan diri untuk menatap Liam lebih dekat. Degup jantung Liam semakin bergemuruh cepat dengan aksi Chelsea diluar dugaan. Kedekatan seperti ini membuatnya pusing, juga keinginan untuk menciumnya tanpa ampun.

"It was special to me," ucap Chelsea dengan suara berbisik. "But please, don't ever do that again."

Liam mengangguk tanpa ragu. "I promise."

Chelsea tersenyum dan terlihat membaik. Hal itu membuat Liam mendapatkan sesuatu untuk hari ini, yaitu hubungan bisa diperbaiki jika salah satunya mengalah demi mendapatkan penjelasan untuk mengatasi kesalahpahaman. Maaf, itu adalah satu kata yang diperlukan dan dilakukan untuk awal perbaikan.

"Kalau gitu, ayo cari makan, aku lapar," cetus Chelsea dengan bibir menekuk cemberut dan menjauhkan diri untuk meraih tasnya.

Liam tertawa pelan sambil beranjak berdiri dan menawarkan uluran tangan yang langsung disambut Chelsea untuk meninggalkan meja yang ditempati. Setelah membayar pesanan, Liam dan Chelsea keluar dari kafe sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Di sini, ada steamboat yang enak dan kamu bisa makan sepuasnya," ucap Chelsea sambil menunjuk ke depan dan mulai memimpin jalan dengan antusias.

Tentu saja, Liam sudah lebih dulu meraih satu tangan Chelsea untuk digenggam agar wanita itu tidak pergi terlalu jauh. "Bisa nggak kalau jalan itu pelan-pelan aja? Nggak usah pake lari juga restonya nggak kabur."

Dan Chelsea membalasnya dengan tawa renyah.




🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Yang sabar ya, Om, anak muda emang gitu labilnya. 🤣

Masa2 indahnya udah kelar, kita lanjut ke konflik yang ringan2 aja.
Pokoknya kita hepi2 di sini.

Duh aku seneng banget karena Om Liam bakalan comeback untuk main film bareng Ahjussi Hyun Bin. 🙈

03.08.22 (21.25 PM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top