PART. 15. 2 - DELIRIOUS.
Written by. CH-Zone
Enjoy. 🤣
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Chelsea terbangun saat mendengar suara berisik di luar kamar dan langsung meraih ponsel untuk melihat jam yang baru menunjukkan pukul dua dini hari. Matanya masih terasa begitu berat karena baru saja bisa pulas sedari jam 12, tapi tidak bisa melanjutkan tidurnya begitu saja tanpa tahu apa yang terjadi di luar sana.
Dengan malas, Chelsea beranjak dari ranjang dan segera berjalan menuju pintu kamar, lalu membukanya. Mengangkat satu tangan untuk menutupi kedua mata karena kesilauan, setiap lampu ruangan dinyalakan di luar sana. Terdiam selama beberapa saat sambil tetap memegang kenop pintu, samar-samar Chelsea mendengar suara seperti orang sedang mengeluarkan isi perut dari kejauhan.
Matanya mulai mengerjap sambil menautkan rambut ke belakang telinga untuk memperjelas pendengaran, dan kali ini terdengar suara flush kloset. Chelsea memutuskan untuk keluar dari kamar dan menutup pintu, bersamaan dengan kedatangan Liam yang baru saja keluar dari kamarnya yang ada di sebrang.
Tersentak, Chelsea menatap Liam dengan ekspresi kaget ketika mendapati wajah Liam yang terlihat sangat pucat.
"Kamu kenapa?" tanya Chelsea spontan sambil berjalan menghampiri Liam.
Liam menoleh dan kembali melanjutkan langkah untuk mengambil duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tengah, lalu bersandar sambil memejamkan mata dan menaruh satu tangan di kening.
Chelsea segera duduk di samping Liam untuk menaruh satu tangan di sisi kening Liam, lalu ke pipi, dan tidak merasakan apa-apa. Suhu tubuhnya normal, hanya saja Liam terlihat pucat dan lemas.
"Kamu kenapa?" tanyanya lagi.
Liam membuka mata sambil menurunkan tangannya dan menatap Chelsea nanar. "Kayaknya kebanyakan makan, perut jadi nggak enak."
Kening Chelsea berkerut, berusaha mengingat jumlah porsi makan Liam yang memang sangat banyak. Entah perutnya bermasalah karena makanan atau terlambat makan.
"Udah muntah?" tanya Chelsea dan Liam langsung mengangguk. "Terus, udah mendingan?"
"Perut masih nggak enak, pengen tidur tapi nggak bisa," jawab Liam.
"Itu nyeri lambung atau maag, tunggu sebentar, aku ambilin obat," ucap Chelsea sambil beranjak untuk kembali ke kamarnya.
Memang memiliki penyakit lambung yang akut, membuat Chelsea mengharuskan diri untuk membawa obat lambung di dalam tas, sebab maag bukanlah hal yang menyenangkan. Sangat mengganggu dan mempengaruhi aktifitasnya.
Setelah mendapatkan obatnya, Chelsea segera keluar dan menyiapkan segelas air putih, lalu kembali pada Liam untuk membantunya meminum obat itu.
"Thanks," ucap Liam pelan.
"Apa kamu mau makan sesuatu?" tanya Chelsea kemudian.
Liam menggeleng. "Aku cuma mau tidur."
"Oke, aku antar kamu ke kamar," ucap Chelsea sambil beranjak dan meraih lengan Liam untuk membimbingnya masuk ke dalam kamar.
Kamar Liam begitu luas dengan adanya jendela raksasa yang memberi pemandangan kota. Meski begitu, terlihat berantakan sekali dengan posisi bantal dan selimut yang tidak pada tempatnya. Chelsea menyempatkan diri untuk merapikan kamar dan membimbing Liam untuk merebahkan tubuh di dua bantal yang disusun, lalu menyelimutinya.
"Aku taruh obat dan minum di nakas, kamu bisa minum lagi kalau perut masih nyeri," ujar Chelsea setelah menutup gordyn, mengambil sebotol air, dan menaruh obat di nakas yang berada tepat di samping ranjang Liam.
Memperhatikan sejenak, Chelsea mengusap kepala Liam dengan lembut dan memastikan jika pria itu dalam keadaan baik-baik saja. "Get well soon."
Liam meraih tangan Chelsea yang ada di kepala, lalu menggenggamnya erat. "Thanks, maaf repotin kamu."
"Nggak apa-apa, kamu bilang aja kalau butuh bantuan," ujar Chelsea sambil membetulkan selimut Liam.
"Iya, aku memang butuh bantuan kamu," balas Liam.
"Apa?" tanya Chelsea spontan.
Sambil memejamkan matanya yang berat, Liam bersuara dalam nada pelan. "Temenin aku di sini, please."
Chelsea terdiam, lalu tersentak sambil melotot galak pada Liam. "Jangan cari gara-gara, Liam. Aku nggak punya energi ekstra buat ladenin kamu, ini masih tengah malam."
Liam membalas ucapan Chelsea dengan mengeratkan genggamannya. "I won't do anything, I just want to be with you."
"Jangan kamu pikir lagi sakit begini, bisa seenaknya minta macam-macam," sewot Chelsea.
Mata Liam terbuka dan menatapnya selama beberapa saat, lalu tanpa aba-aba, Liam menarik Chelsea hingga terjatuh tepat di atas tubuh besarnya bersamaan dengan pekikan kaget dari Chelsea, lalu berguling ke samping seolah tubuh Chelsea adalah gulingnya.
"Liam!" bentak Chelsea geram, lalu mendongak untuk menatap Liam yang sudah memejamkan mata seolah enggan untuk mendengarnya.
"Just stay with me tonight. I need you," ucap Liam pelan.
Chelsea merasakan Liam melonggarkan pelukannya, disusul kemudian suara dengkuran halus dari pria itu, pertanda jika dirinya terlelap. Oh dear.
Masih belum melakukan pergerakan, Chelsea menatap Liam dalam diam, merasakan kehangatan lewat dari kedekatan yang terjadi saat ini, juga menatap Liam dengan seksama. Harus diakui jika Liam memiliki sepasang alis yang tebal, hidung yang tinggi, bibir yang menekuk tapi jika tersenyum membuatnya terlihat mempesona. Perasaan Chelsea menghangat saat melihat wajah Liam yang tertidur dan penuh damai itu.
Membetulkan posisi, Chelsea membiarkan satu tangan Liam menjadi sandaran kepalanya, dan satu tangan lagi melingkar di pinggangnya. Rasa kantuk kembali menyerang dengan mata yang sudah sangat memberat, membiarkan diri tenggelam dalam kehangatan yang begitu nyaman, dan Chelsea memejamkan mata sedetik kemudian.
Chelsea yakin jika dirinya sudah terlelap sampai tidak mampu untuk menggerakkan tubuhnya sedikit pun. Dia juga yakin jika saat ini dia tertidur tapi ada sesuatu yang membuat tubuhnya bergejolak. Sampai akhirnya, dia mencoba membuka mata dan mendapati Liam sedang berada di atasnya, tersenyum begitu hangat sambil menatapnya dalam.
Ada perasaan tidak percaya, juga tidak mengerti dengan diri yang bukan dirinya saat ini. Sebab Chelsea ikut tersenyum dan merasa senang dengan tatapan Liam yang diberikan padanya. Tenang, aman, dan tenteram. Tidak merasa risih, juga sama sekali tidak menolak ketika Liam mulai membungkuk untuk memberinya kecupan sekali, dua kali, tiga kali, lalu berubah menjadi ciuman yang panjang di bibirnya.
Sekali lagi, Chelsea tidak menolak dan menikmati ciuman Liam padanya. Kembali merasa bukan dirinya saat ini, tapi apa yang dirasakannya terasa lebih menyenangkan. Tersentak, Chelsea merasakan sentuhan di dadanya dimana satu tangan Liam sudah menyelinap masuk dari atasan kamisole yang dikenakan.
Hawa panas langsung menjalar saat merasakan sensasi asing lewat sentuhan yang dilakukan Liam padanya. Dia meraba, lalu kemudian meremas pelan sekali, disusul dengan usapan jempol tepat di puting Chelsea yang mengeras. Kulit tubuhnya meremang, membuat Chelsea merasa gelisah, sampai dirinya tidak sanggup untuk mengendalikan diri atas sentuhan Liam, lalu mengeluarkan erangan dari mulutnya tanpa permisi.
Masih belum mengerti apa yang terjadi saat ini, tapi yang pasti Chelsea tidak kuasa untuk menolak, dan seolah terpaku tanpa mampu menghindar dengan membiarkan Liam menyentuh dadanya. Ciuman Liam semakin menuntut, juga tangan yang aktif menggerayangi tubuhnya yang berada di bawah Liam.
Kembali Chelsea mengerang pelan sekali, kemudian mendesiskan nama Liam dengan suara parau, dan itu memberi kesempatan bagi Liam untuk mengubah posisi sambil menurunkan ciuman di bawah bibir, dagu, leher, sedikit liukan ringan di sepanjang leher untuk sekedar meninggalkan jejak basah, semakin turun dan turun, kemudian atasan kamisole dinaikkan hingga menampilkan sepasang payudara Chelsea yang tepat berhadapan dengan wajah Liam.
Hembusan napas berat Liam menerpa kulit dada Chelsea yang naik turun karena bernapas dalam buruan kasar. Melihat Liam yang sedang menatap sepasang payudaranya dengan tatapan memuja, membuat tubuh Chelsea terasa seperti meleleh.
"Liam," desah Chelsea saat Liam mulai kembali membungkuk untuk memberikan jilatan singkat pada payudara kanannya. Sekali, dua kali, tiga kali, kemudian meliuk naik turun, memutar, kembali naik turun, dan memutar, lalu berulang.
Chelsea memejamkan mata, tak kuasa menahan gejolak dalam tubuh yang seolah ingin meledak saja. Satu tangan Liam bekerja di sisi kiri untuk memberi remasan dan pijatan lembut, saat mulut Liam masih sibuk menjilat, menggigit lembut, kemudian mengisapnya dalam.
Tidak hanya mengisap putingnya, kini hisapan Liam berpindah di sekitar areola, payudara, lalu sekitaran dadanya. Tidak tahu dan semakin tidak mengerti dengan desakan dalam diri yang terjadi saat ini. Pikirannya berkata cukup, tapi tubuhnya menuntut lebih. Liam seolah tahu apa yang diinginkan oleh tubuhnya, tapi Chelsea masih berusaha berpikir untuk menghentikannya sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Perlahan, meski tubuh masih menginginkan lebih, Chelsea berusaha memberontak, tapi tidak bisa. Matanya masih terpejam, terasa berat, dengan sisa tenaga yang masih tersisa, Chelsea berusaha untuk membuka mata atau setidaknya bergerak untuk mendorong Liam.
"Stop!" ucap Chelsea yang seperti sudah berteriak sekuat tenaga, tapi yang terdengar seperti bisikan yang hanya bisa didengar olehnya.
Napasnya memburu kasar, matanya sudah terbuka dan mengerjap cepat, Chelsea sudah terduduk dengan keheningan kamar yang menyapa. What the hell happened? batin Chelsea bingung.
Melihat ke samping dan mendapati Liam masih terlelap, juga suasana kamar yang masih hening seperti terakhir kali melihatnya, Chelsea mengembuskan napas lega bahwa apa yang dialaminya hanyalah sebuah mimpi. Satu tangan sudah mendarat di kepala, Chelsea merasa lelah tak berdaya dengan degup jantung yang masih bergemuruh cepat.
Selama beberapa saat dirinya terdiam untuk menenangkan diri, lalu kembali menghela napas dan menoleh pada Liam yang terlihat begitu nyenyak. Pria itu memegang ucapannya dengan tidak melakukan apapun padanya, dan itu membuat Chelsea tersenyum hambar ketika mendapati justru dirinya yang bermimpi kotor tentang Liam.
Chelsea menyibakkan selimut dan menaruh satu tangan di kening Liam, memastikan agar pria itu baik-baik saja, kemudian membetulkan selimut untuk menyelimutinya. Berpikir untuk sekedar membuang air kecil terlebih dahulu sebelum kembali ke kamarnya, Chelsea beranjak turun dari ranjang, lalu berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar Liam.
Saat masuk ke dalam kamar mandi, Chelsea tidak sengaja melihat sosoknya di cermin besar, dan mengerjap bingung melihat apa yang dilihatnya. Mendekatkan diri ke cermin untuk melihat lebih jelas, dia mendapati bercak merah dalam bentuk lingkaran kecil yang memenuhi sekitaran dadanya.
Tertegun, kemudian menarik napas untuk menenangkan diri, lalu menaikkan atasan kamisole untuk tersentak melihat jika bercak merah itu ada pada kedua payudaranya, bahkan bisa dibilang hampir memenuhi dadanya.
Dengan tatapan tidak percaya, Chelsea menatap dirinya di cermin sambil berpikir bahwa apa yang ada dalam mimpi, mungkinkah bisa terjadi begitu saja tanpa disadarinya?
Pikiran Chelsea begitu penuh hingga membuatnya merasa sesak. Marah, sedih, kesal, malu, semua emosi dalam diri seolah bercampur menjadi satu. Dua tangan sudah terkepal kuat hingga gemetar, Chelsea mulai berhitung dalam hati.
Satu,
Dua,
Tiga!
"LIAM! YOU FUCKING MORON! I'll cut your penis and feed it to your fucking mouth!"
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Jadi waktu aku hubungi Bang Ian, aku ada minta sama beliau untuk bikin scene seolah mimpi gitu.
Yang sebelumnya kalau kalian udah baca, aku bikin scene yang dilakukan Liam dan cuma kiasan tentang Chelsea yang keknya tidur tapi ngigo gitu.
Dengan muka busuk dan yang males banget ladenin aku waktu video call, akhirnya beliau tetap nulis meski balikin tulisannya agak lama karena sibuk.
So, makasi Babang Ian-ku yang makin sibuk tapi nggak pernah berubah dan menjauh walau adek ketemu gedemu ini suka banyak drama. 🙈
You know I love you. 😝
PS. Ada apa sih dengan tas hitam itu? 🙃
30.07.22 (22.50 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top