PART. 13 - DEEP KISS

Sehubungan dengan yang nulis masih baper banget, jadi aku emang sengaja nempelin mereka berdua terus. 🤣

Dunia halu itu enak, bisa kita mainkan sesuai kehendak sendiri. 🤪
Happy reading. 💜



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Sejak kejadian tenggelam waktu itu, Liam berubah. Dia menjadi lebih tanggap jika diajak berbicara, tapi bukan berarti menjadi banyak bicara. Sikap diam dan dinginnya masih kentara, hanya saja mulai berkurang.

Nada bicaranya pun mulai melunak, sesekali menimpali dengan senyuman singkat meski masih terkesan datar. Setidaknya, Liam mulai bisa mengajukan beberapa pertanyaan dan bisa terlibat dalam obrolan singkat yang mungkin hanya sekedar basa basi.

Dari perubahan sikap Liam itu membuat cara pandang Chelsea tentangnya berubah. Dia yakin jika ada yang disembunyikan Liam sampai memilih menjadi pribadi dengan karakter seperti itu untuk menyembunyikan masa lalu, dan menjadi tertutup sehingga kritis dalam berhubungan dengan orang lain.

Juga, ciuman mereka membuat Chelsea merasakan debaran jantung yang tidak biasa di setiap kali mengingatnya. Entah apa yang merasuki Chelsea kala itu sampai bisa membalas ciuman Liam dan membuatnya menjadi salah tingkah saat berhadapan dengannya.

Penerbangan selama lima jam terasa tidak terlalu lama karena Chelsea hampir menghabiskan waktunya untuk tidur. Sedang berada di dalam pesawat menuju ke Taiwan, Chelsea terbangun saat suara pilot memberitahukan bahwa sebentar lagi akan mendarat.

Mengerjap lalu menguap, Chelsea terdiam sambil mempelajari situasi sekelilingnya. Merasakan kehangatan dan kenyamanan yang menyenangkan, sampai akhirnya Chelsea tersentak karena baru menyadari sesuatu. Deg! Chelsea mendapati kedua tangannya memeluk lengan besar Liam dengan kepala bersandar di bahu.

Menahan diri untuk tidak memekik karena malu, Chelsea langsung melepas lengan Liam dan meluruskan tubuh dengan hati-hati sambil merutuk diri karena terbiasa tidur dengan memeluk sesuatu, dan sialnya, guling kecil kesayangannya tertinggal.

Untung saja, kabin masih gelap, dan staff kabin tidak terlihat, sementara Liam pun masih terlelap. Chelsea mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri ke toilet dan meluapkan kegugupannya di sana, kembali merutuki diri karena sudah memeluk Liam seperti itu.

Setelah menenangkan diri, Chelsea segera merapikan diri dan menyelesaikan apa yang dibutuhkan, lalu kembali ke kursinya dimana Liam sudah terbangun dan terlihat sedang sibuk dengan iPad-nya. Melihatnya, Chelsea kembali merasa gugup dan mengingatkan diri untuk tidak menjadi remaja bodoh yang salah tingkah akibat sesi tidurnya tadi,

"Hai," sapa Chelsea saat sudah duduk di kursi.

Liam menoleh sesaat lalu mengangguk pelan dan kembali pada iPad-nya sambil berbicara. "Nanti malam, ada cocktail party yang harus dihadiri."

"Okay," balas Chelsea.

"Dan kamu ikut," lanjut Liam yang langsung membuat Chelsea menoleh kaget.

"Kenapa aku ikut?" tanya Chelsea kaget.

Liam menoleh dengan satu alis terangkat. "Ada yang aneh kalau kamu ikut? Apa itu pertanyaan yang harus aku jawab?"

"Kamu nggak bilang apa-apa soal harus dateng ke acara pesta," ucap Chelsea tegas.

"Lalu?" tanya Liam heran.

"Aku nggak bawa baju formal atau gaun buat acara," jawab Chelsea langsung.

"Soal itu nggak usah kuatir," balas Liam santai. "Sekretarisku udah siapin keperluan kamu, jadi kamu bisa langsung sama dia saat tiba di hotel nanti."

Menarik napas dan mengembuskannya perlahan, Chelsea berusaha untuk menahan diri agar tidak merusak suasana yang sudah membaik dua hari terakhir ini. Bagaimana mungkin Liam bisa merencanakan sesuatu tanpa memberitahukannya terlebih dahulu perihal kehadirannya yang dibutuhkan untuk menemani dalam sebuah acara? Oleh karena itu, Chelsea memilih diam dan tidak ingin bersuara setelahnya.

Pesawat mendarat lima belas menit lebih awal dari jadwal semula. Chelsea dan Liam segera beranjak mengikuti beberapa penjaga yang mengarahkan jalan keluar. Dengan Liam yang berada di sisinya, mereka berjalan menyusuri koridor bandara, melewati imigrasi, dan menunggu selama beberapa saat untuk bagasi mereka.

Saat Chelsea merapatkan cardigan karena merasa agak dingin, disitu Liam mendekatinya hingga membuatnya memutar tubuh untuk menoleh, lalu tersentak kaget karena mereka berdiri begitu dekat sampai Chelsea bisa melihat sepasang mata coklat Liam yang begitu jernih dan tajam.

"Chelsea, aku tahu kamu mungkin tersinggung karena aku nggak bilang apa-apa soal cocktail party ini," bisik Liam pelan sekali. "Aku cuma nggak mau kamu merasa terbeban dengan adanya urusan kerjaanku. Aku mau kamu nikmatin short trip ini dengan santai tanpa harus pusing mikirin hal-hal diluar dari itu."

Rasa kesal Chelsea berubah menjadi sesuatu yang lebih melunak, yang menyenangkan dan terdengar jauh lebih manis dari ucapan apapun. Seumur hidupnya, Chelsea baru menemukan tipikal pria yang tidak tahu bagaimana caranya meminta maaf dengan kata-kata, juga berinisiatif dengan hal yang tidak diperlukan seperti itu. Cupu tapi gemesin, batin Chelsea lemah.

"Thanks for your kindness, but please, try communicate in everything because it is important," balas Chelsea kemudian.

Tatapan Liam menajam, lalu turun ke arah bibir Chelsea yang membuatnya spontan mengatupkan bibir dan membuang tatapan ke arah lain karena debaran jantungnya mulai mengencang, Chelsea mulai merasa tidak tenang jika bersama Liam saat ini.

"Okay," ucap Liam akhirnya dan Chelsea enggan untuk menoleh, tapi justru segera melangkah karena melihat seorang penjaga sudah membawa koper bawaan mereka.

Tidak ada pembicaraan selama perjalanan dari bandara menuju ke tempat mereka menginap. Tentu saja, pilihan tempat yang dilakukan Liam sangat berlebihan dan Chelsea sampai tidak tahan untuk mencibir dengan ber-ckck ria sambil menggelengkan kepala.

Berhenti tepat di tengah ruangan terluas yang pernah ditapakinya, Chelsea sedang berada di sebuah suite terbesar yang begitu luas dan mewah. Desainnya modern dan elegan, dilengkapi ruang serbaguna, dapur, ruang makan, juga dua kamar tidur yang katanya sengaja dibeli Liam hanya karena mereka akan menetap beberapa hari di negeri itu.

"Is this necessary?" tanya Chelsea yang sudah tidak tahan untuk tidak bertanya.

"Aku suka privacy dan bukan tipe orang yang suka keluar hanya untuk sekedar cari hiburan atau makanan. Jadi, lebih baik menyamankan diri dalam ruangan kayak gini," jawab liam sambil menaruh ponsel dan iPad-nya di meja kaca.

Chelsea menatap sekeliling dengan penuh penilaian, berpikir jika sepertinya Liam sudah terbiasa hidup dalam kemewahan dengan sisi introvert yang luar biasa tidak masuk akal. Bagi Chelsea, Liam tentu sudah gila dengan hanya menghabiskan waktu di dalam hotel atau suite seperti ini saat berada di negeri orang.

Untuk orang yang senang mencari pengalaman dan berpetualang, Chelsea tidak mempedulikan tempatnya menginap, dan lebih memilih penginapan yang ekonomis tapi tetap bersih untuk sekedar melepas lelah. Sebab dirinya akan pergi kemanapun yang diinginkannya dan mencari kesenangan lewat mempelajari budaya, kuliner, dan alam di negeri asing. Itulah yang disebut liburan, pikir Chelsea.

"You have such a boring life," komentar Chelsea dan membuat Liam berbalik untuk menatapnya dengan satu alis terangkat.

Deg! Tatapan Liam yang tajam membuat Chelsea mendadak kaku dan tidak mampu bernapas dengan teratur. Entah kenapa pria itu memberi pengaruh pada dirinya oleh karena tatapan sialan itu.

Meski panik, tapi Chelsea berusaha tenang saat melihat Liam berjalan menghampirinya dan saat Liam berhenti tepat di depannya, napas Chelsea tertahan karena aroma maskulin pria itu seolah mencekiknya dalam artian yang menyenangkan.

"Stop right there," ucap Chelsea sambil mundur ketika Liam seperti akan kembali melangkah.

Ucapan Chelsea dibalas dengan Liam yang melangkah tanpa ragu, membuat Chelsea semakin gugup dan hendak kembali mundur, tapi Liam sudah lebih cepat untuk menahan tubuhnya dengan meraih pinggang dalam posisi berdiri yang nyaris saling berpelukan.

"Liam!" tegur Chelsea dengan suara tercekat saat Liam membungkuk untuk menatap dalam jarak pandang yang lebih dekat lagi sampai dia bisa merasakan hangatnya nafas Liam yang menyapu wajahnya dengan lembut.

"I don't think my life is that boring anyway," bisiknya pelan sambil tersenyum hambar.

Memekik kaget, Chelsea merasakan tubuhnya melayang saat Liam menariknya mendekat. Pria itu meraihnya dengan mudah dimana Liam mengangkat tubuhnya sampai posisi mereka sama tinggi.

"Liam..," ucap Chelsea dengan suara yang nyaris berbisik. "Kita sama-sama tahu kalau kita sepakat untuk nggak ngelakuin hal di luar batas selain mengenal satu sama lain, dan apa yang pernah kamu lakuin waktu itu termasuk pelanggaran."

Meski tatapan Liam tajam tapi melembut. Dia melingkari pinggang Chelsea dengan kedua tangan yang melingkar erat sampai Chelsea merasa sesak karena tubuh mereka yang berdesakan dan membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

"Kita juga sama-sama tahu kalau apa yang aku lakuin waktu itu, kamu nggak menolak dan kita menikmatinya, bukan?" balas Liam sambil menyeringai dan sukses membuat wajah Chelsea memanas.

"Itu nggak termasuk hitungan karena kamu lagi kacau banget dan butuh temen buat sharing!" seru Chelsea sambil mendorong tubuh Liam untuk menjauh, lalu memukul-mukul dadanya karena pria itu semakin mengetatkan pelukan.

"Oh, jadi kalau aku lagi kacau dan butuh temen buat sharing, kamu mau diajak kissing gitu? Gimana kalau aku bilang lagi kacau sekarang?" sahut Liam dengan nada mengejek dan membuat Chelsea frustrasi.

"Kamu jangan curang! Aku bakalan benci banget sama kamu!" erang Chelsea kesal sambil terus meronta-ronta dari pelukan Liam.

Kewalahan dalam mendorong Liam, Chelsea tahu jika hal itu akan menjadi sia-sia karena tubuh pria itu begitu keras seperti batu. Degup jantungnya menderu kencang karena rasa panik yang sudah menjalar ke sekujur tubuh oleh karena pikirannya yang sudah tidak pada tempatnya.

"Udah capek?" tanya Liam dengan nada masam saat pukulan Chelsea sudah melemah.

"Turunin aku!" bentak Chelsea kesal.

Tanpa berkata apa-apa, Liam menurunkan Chelsea dengan gerakan cepat, tapi langsung menjatuhkan tubuh Chelsea tepat di sofa besar yang ada di belakangnya. Tanpa sempat untuk bergerak atau melakukan perlawanan, Liam menindih tubuh Chelsea dengan seluruh berat badannya.

"Liam! Kamu tuh apa-apaan sih?" pekik Chelsea histeris.

Hendak kembali meronta tapi Liam sudah lebih dulu mencegahnya dengan mencengkeram kedua tangan Chelsea di atas kepala dan menahannya disana, lalu mengunci posisi Chelsea dengan kedua kaki panjangnya.

Seperti tidak ingin membuang waktu, Liam memiringkan wajah dan langsung mencium bibir Chelsea dengan pelan dan sangat hati-hati.

Tubuh Chelsea seolah membeku, masih mencerna dengan semua hal yang terjadi begitu cepat saat ini. Otaknya menjadi buntu saat Liam menguasai bibirnya. Ciuman itu terulang kembali. Ciuman yang membuat Chelsea berusaha merutuki dirinya tapi juga tidak mampu berbuat apa-apa karena terasa begitu menyenangkan.

Ciuman Liam kali ini berbeda. Begitu lembut, hangat, dan tidak menuntut. Chelsea pun bisa merasakan aroma kopi dari mulut Liam, sementara gerakan bibir yang terlatih itu menguasai mulutnya dengan penuh perasaan.

Sorot mata Liam masih mengawasi respon Chelsea, bersamaan dengan bibirnya yang masih melumat, lalu kemudian mendesakkan lidah ke dalam mulut Chelsea yang terbuka sedikit untuk mengambil napas.

Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Roboh sudah. Chelsea memejamkan mata dan menikmati ciuman itu dengan membalasnya. Tidak ada yang bisa dilakukan selain mengikuti permainan bibir Liam dengan saling melumat dan bertukar lidah.

Desahan lembut terdengar dari keduanya, cengkeraman Liam pun merenggang, dan ciumannya semakin mendalam, keras, dan mulai menuntut. Suara hisapan dan cecapan terdengar begitu kencang, seolah bukti bahwa kedua insan menikmati apa yang dilakukan.

Tak lama kemudian, ciuman itu dihentikan Liam dengan mengadukan kening keduanya. Mereka saling bertatapan dengan napas yang saling bertubrukan, memberi kesan yang begitu mendalam, dan degup jantung Chelsea pun sudah tidak karuan.

"Aku masih ingat kesepakatan kita, Chels," ucap Liam serak dengan sorot mata yang hangat. "But we're not doing sex right now. We're kissing. Deep. Wild. And I do with my heart, not passion."

Chelsea masih menatapnya dengan penuh penilaian dan mendapati Liam sedang jujur saat ini. Kesan yang didapatinya adalah pria itu tidak akan berbohong atau sekedar basa basi dalam mengucapkan sesuatu. Bukan juga terlalu polos atau jujur, tapi Liam menyampaikan apa yang dimaksudnya dengan jelas dan tahu apa yang diinginkannya.

Liam membelai pipi Chelsea dengan lembut sambil terus menatapnya. "Aku nggak akan memaksa untuk lakuin hal itu, karena aku sendiri nggak suka pemaksaan. Tapi saat itu tiba, atau saat kita berdua siap untuk hal itu, aku nggak akan ragu dan nggak akan mundur sejengkal pun."

Setelah itu, Liam mengecup ringan kening Chelsea, lalu beranjak sambil membantu Chelsea untuk berdiri. Setelah memastikan Chelsea baik-baik saja, Liam mengangguk dan memberi senyuman miring yang terlihat nakal.

"Cocktail party-nya jam tujuh dan kamu masih punya waktu dua jam buat siap-siap. Semua yang kamu butuh ada di kamar itu, dan kalau butuh sesuatu, kamu bisa telepon Samantha untuk minta bantuan," ujar Liam sambil menunjuk sebuah pintu yang ada di sisi kiri dekat mini bar. "Aku harus kelarin beberapa kerjaan, see you."

Liam pun berlalu memasuki sebuah kamar dari arah berlawanan, meninggalkan Chelsea yang masih terdiam. Saat dirinya sudah sadar jika hanya sendirian di situ, Chelsea beringsut duduk sambil menangkup dadanya yang masih berdegup kencang dengan tatapan hampa pada meja kaca.

Dengan tangan gemetar, Chelsea mengusap wajah sambil berpikir keras dan bergumam seorang diri. "What the hell was that?"



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Chelsea adalah aku yang sehabis nulis pake bengong trus tutup muka sambil bergumam dan senyum2 goblok.

Dah lah, aku lambaikan tangan ke kamera. Nyerah! 🙌



20.07.22 (19.00 PM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top