PART. 1 - RUNAWAY BRIDE

Om Liam membuat haluku menjadi lebih produktif. 😎
Emang kudu ada pancingan biar semangat gitu, jadinya kan ada reminder kalau Ian kudu dikelarin.

Happy Reading. 💜




🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷




Saat Chelsea berhasil menapaki lantai beraspal setelah melompat dari jendela dan tidak mendapati siapapun yang berada di sekelilingnya setelah melihat kanan dan kiri, disitulah dia yakin jika itu adalah kesempatan untuknya segera berlari sekencang-kencangnya tanpa alas kaki.

Lupakan soal heels belasan senti yang ditinggalkannya saat berusaha keluar dari ruang ganti karena meninggalkan tempat sialan itu adalah rencana utamanya untuk hari ini. Selama satu minggu, Chelsea diawasi dan diikuti kemanapun dirinya pergi, juga diseret dengan paksa saat subuh tadi untuk merias wajah dan sebagainya.

Menggeram dalam hati, Chelsea menaikkan kecepatan larinya saat pikiran tentang perlakuan tidak menyenangkan yang diterimanya sejak subuh tadi sudah membuatnya kesal setengah mati. Dirinya seperti kriminal yang tidak diperkenankan untuk keluar dengan bebas dan sudah seperti budak yang terpenjara.

"Shit!" umpat Chelsea saat ujung gaunnya tersangkut dan dirinya harus terpaksa berhenti untuk menarik kasar guna melepaskannya.

Seperti menambah kesusahan Chelsea karena ujung gaun tidak terlepas dari pembatas besi yang ada di koridor, akhirnya dia merobek ujung gaunnya dengan susah payah, lalu melepas veil-nya yang sukses menggerai rambut panjangnya supaya tidak ada drama sangkut menyangkut seperti ini.

Kembali dia melanjutkan aksi larinya tanpa menoleh ke belakang karena sepertinya sudah ada yang mengejar dan namanya diserukan beberapa kali. Dadanya mulai terasa nyeri di setiap kali dia menarik napas, juga kakinya yang terasa perih oleh karena berlari di jalan beraspal. Tidak mengerti dengan besarnya bangunan gereja itu hingga dirinya harus kesulitan dalam melarikan diri seperti ini.

Matanya melebar senang ketika bisa melihat pintu gerbang yang terbuka sedikit tanpa adanya penjaga. Sedikit lagi, pikirnya. Pelataran parkir yang lapang dan tidak ada kehadiran seorang pun memudahkannya untuk segera menyingkir dari gereja itu.

"Jangan berlari, Ms. Chelsea!" terdengar seruan yang begitu jelas dan membuat Chelsea panik tidak karuan.

Menoleh ke belakang dan melihat ada beberapa pria bertubuh besar dalam balutan formal sedang bergerak ke arahnya. Chelsea menggeleng dan segera berlari untuk melewati pintu gerbang, mengedarkan pandangan sekeliling yang begitu lengang, dan segera berlari ke sembarang arah untuk menghindari mereka.

Gerakannya terhenti dan matanya menyipit saat ada sebuah mobil sedan berwarna hitam datang dari tikungan yang tidak jauh dari posisinya, lalu berhenti tepat di sisinya. Kaca mobil diturunkan dan tampak seorang pria dengan aviator-nya sedang berada di kursi kemudi.

"Butuh tumpangan?" tanyanya datar.

Chelsea menoleh ke belakang dan orang-orang itu masih bergerak ke arahnya sambil menelepon. Cukup sibuk dan sepertinya benar-benar berniat untuk menangkapnya. Tanpa mempedulikan apapun, Chelsea segera menerima tawaran pria asing itu untuk sebuah tumpangan yang bisa membawanya pergi dari situ.

Duduk di kursi depan, Chelsea bernapas dengan terengah dan melihat keluar jendela untuk memastikan jika orang-orang itu menyerah saat mobil sudah bergerak menjauh dari sana. Setelah sudah cukup jauh, Chelsea memejamkan mata sambil menangkup kepala karena pusing yang menghantamnya sekarang. Lelah, pusing, dan mual karena kurang beristirahat.

"Capek?"

Suara dingin dan terdengar seperti mengejek itu membuat Chelsea segera menegakkan tubuh dan menoleh pada pengemudi asing yang menawarkan tumpangan. Keningnya berkerut dan menatap pria itu dengan penuh penilaian. Alis tebal, hidung tinggi, rahang tegas, tegap dan besar, terlihat sempurna dalam balutan tuksedo yang membalut pas di tubuhnya yang atletis. Satu kesan yang didapati Chelsea dari orang itu adalah bahaya.

"Do I know you?" tanya Chelsea kemudian.

Satu sudut bibir terangkat membentuk seringaian sinis yang terlihat menyebalkan. "Orangtua zaman sekarang itu kurang bagus dalam memilih dan main ambil keputusan demi yang katanya persahabatan. Nggak mikir panjang yang diambil itu zonk atau nggak."

Orang itu tidak menjawab pertanyaan Chelsea tapi terdengar seperti berbicara pada dirinya sendiri. Hal itu membuat Chelsea semakin tidak nyaman.

"Kamu tuh siapa sih?" tanya Chelsea yang mulai jengkel.

Sambil melajukan kemudi, pria itu melepas aviator-nya dan meletakkannya di dashboard dengan ekspresi masam, lalu menoleh untuk melihat Chelsea dengan tatapannya yang begitu tajam dan terlihat menyakitkan.

"Salah satu orang yang ketimpa sial karena harus dipaksa nikah hari ini," jawabnya sinis.

Mata Chelsea melebar kaget dan langsung menggeram dengan frustrasi. Dia berniat kabur tapi justru masuk ke dalam gua singa. Pantas saja gereja yang ditempatinya tadi kosong. Pantas saja dia ditinggalkan sendirian di ruang ganti. Pantas saja tidak ada penjaga dan tidak ada mobil yang terparkir disitu. Dan masih banyak pantas saja yang memenuhi isi pikiran Chelsea yang membuatnya tersadar jika dirinya dijebak dalam plot melarikan diri yang sia-sia.

Satu pikiran membuatnya tersentak dan langsung kembali menoleh pada pria asing yang tidak memberi ekspresi berarti sambil terus melajukan kemudi dengan kesan dingin yang tidak menyenangkan.

"Kalau gitu, kita sama-sama kabur, kan?" tanya Chelsea lagi.

Orang itu melirik singkat dan kembali menatap ke depan sambil memutar bola matanya. Sama sekali tidak menjawab pertanyaan Chelsea.

"Kita sama-sama merasa sial dan dipaksa, yang artinya kita berdua nggak setuju dengan pernikahan hari ini. Jadi, kita bisa kerja sama untuk kabur sekarang!" ucap Chelsea dengan penuh penekanan.

Pria itu tersenyum sinis sambil menggelengkan kepala. "Melarikan diri dari pernikahan hari ini bukan jalan keluar yang tepat, Anak Muda. Justru kamu akan ngalamin hal yang sama dan itu udah membuang waktu buat orang yang banyak kerjaan, nggak kayak kamu yang punya banyak waktu luang!"

"Hei!" seru Chelsea tidak terima.

"Pernikahan ini akan tetap dijalankan tapi nggak di gereja tadi. Yang tadi itu cuma akal-akalan aja karena orangtua kamu yakin bakal ada drama kabur-kaburan kayak yang udah-udah. Juga karena kamu udah buang waktu aku jadi sia-sia sejak pertemuan sebelumnya, jadi aku bantu kali ini supaya kamu nggak bisa kabur kayak dulu lagi," ucap pria itu sambil melirik sinis pada Chelsea.

"Tapi aku nggak mau dan kamu juga, rite?"

"Aku hanya lakuin apa yang paling masuk akal saat ini, yaitu ikutin alur yang diinginkan oleh orangtua kita. Setelah itu? Giliran aku yang bertindak karena mereka nggak punya hak untuk atur kita lagi," ucapnya tanpa beban.

"M-Maksudnya?" tanya Chelsea kaget.

"Kalau kamu tadi bahas soal kerja sama, itu yang emang mau aku tawarin buat kamu. So, kita tetap nikah hari ini dan setelah acara ini selesai, kamu berurusan dengan aku," jawabnya tegas.

"Kamu gila?! Pernikahan itu bukan main-main, apalagi dijadiin taruhan!" seru Chelsea histeris dan merasa bertambah gila dengan kekacauan hidupnya yang terjadi saat ini. "Aku nggak mau nikah hari ini dan jadi penyesalan seumur hidup!"

Pria itu tersenyum sinis dan meliriknya singkat. "Perlu kamu tahu kalau apa yang terjadi hari ini, justru udah jadi penyesalan dalam hidup aku. So, get ready, Woman, we're married today!"

Menahan napas, juga tidak mampu berkata apa-apa saat Chelsea melihat ke depan, dan mobil mereka sudah memasuki sebuah gedung gereja. Disitu sudah ada beberapa wajah familiar yang menunggu kedatangan mereka, salah satunya adalah orangtuanya. Dengan penampilan yang kacau balau seperti ini, Chelsea harus melakukan pernikahan dengan pria angkuh yang sengaja menjemputnya untuk beralih ke gedung yang lain.

Menyadari kesemuanya itu, Chelsea tidak mampu berpikir karena sudah tidak berdaya. Rasa nyeri yang terasa di telapak kaki akibat berlarian tadi seolah menjalar ke seluruh tubuh, juga rasa sesak dalam dada kian menghimpitnya. Hidupnya sudah hancur dalam penikahan yang tidak diinginkannya.

"Kita sudah sampai dan jangan coba-coba untuk kabur karena itu nggak akan berhasil, Chelsea. Mulai hari ini, kamu harus jaga sikap karena kamu nggak tahu dengan siapa kamu berurusan, atau lebih baik kamu nggak perlu tahu," ucap orang itu saat mereka sudah berhenti di sisi belakang gedung.

Selanjutnya, Chelsea merelakan dirinya untuk dirias ulang, mengganti gaun pengantin yang baru, dan didampingi ayahnya yang menahan emosi saat melihatnya untuk berjalan ke altar. Tidak ada yang sanggup dilakukannya selain menjalani pernikahan itu meski hatinya sudah menangis dan menyesali hidupnya saat ini.




🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Aku akan double update dan part selanjutnya agak maleman ya, Genks.
Direvisi dulu tipis2 biar hepi. 😝

Borahae, Genks.

Proudly present, Chelsea. 💜

27.05.22 (21.10 PM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top