Part 7 - Cinta rahasia
"Kenan."
Kenan yang berniat menaiki motornya terpaksa ia urungkan. Suara lembut memanggil namanya. Kenan menoleh dan mendapati teman satu ruangannya berjalan menghampiri.
"Kenan, lo nggak jadi ikut rapat hari ini?" tanya Novi, teman satu kelas Kenan di kampus sekaligus teman satu organisasinya.
"Ya ampun, gue lupa kita ada rapat hari ini." Kenan menepuk jidatnya.
Novi tertawa lembut. Ya, perempuan itu memang terkenal dengan kelembutan, kecantikan, kepintaran, keayuan, dan kesempurnaannya. Novi incaran para Adam di fakultas, bahkan universitasnya.
Tubuh Novi yang tinggi. Senyumannya yang cantik. Pribadi yang baik dan lembut. Rambut bergelombang idaman semua perempuan. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada Novi hanya dalam pandangan pertama?
"Rapatnya lima belas menit lagi. Kita tunggu di kantin aja, yuk. Sekalian makan," ajak Novi.
Novi dan Kenan memang cukup akrab. Hanya sebatas teman angkatan memang, tidak lebih. Namun banyak orang-orang yang mengatakan bahwa mereka serasi.
"Gue udah terlanjur ada janji, nih. Hari ini gue nggak ikut rapat. Nanti gue sampaikan ke si Angga aja, biar dia yang urus."
Posisi ketua umum BEM sangat menguntungkan, Kenan bisa saja meminta wakil ketua yang mengurus semua. Rapat dengan anggota organisasi memang penting, namun menjemput Nara jauh lebih penting.
Kenan menaiki motornya. Ia hidupkan mesin motor, lalu memakai helm full face miliknya.
"Urusan apa, Ken? Ini rapat penting dengan semua ketua HMJ setiap fakultas. Gue rasa kehadiran lo sangat dinantikan di sana," ujar Novi.
Kenan membuka kaca helm. Terpaksa mesin motornya kembali ia matikan. "Ada Angga nanti yang akan mengatur semua."
"Ini bukan soal atur mengatur. Bukan tentang Angga yang dapat menangani atau tidak. Gue yakin kok rapat akan tetap berjalan dan terkontrol. Tapi, ini tentang tanggung jawab lo sebagai ketua umum BEM." Yang Novi katakan memang benar.
Seketika Kenan bimbang. Namun wajah Nara yang menunggu kedatangannya membuat keinginan Kenan untuk pergi jauh lebih kuat. Kenan tidak bisa lengah dalam urusan menjaga Nara, apalagi saat ini perempuan itu pacaran dengan laki-laki tidak jelas.
"Ada Angga kok," Kenan menutup perdebatan mereka siang ini. Ia lajukan motornya meninggalkan area parkiran fakultas.
Novi sedikit kecewa. Kenan tidak ikut rapat hari ini, padahal salah satu alasan kebahagiaan Novi menjalani hari adalah karena laki-laki itu.
_o0o_
"Gue takut pulang ke rumah. Tadi pagi waktu cari rumah gue, nggak sengaja Barra papasan sama Papa yang lagi lari pagi. Dan mereka ketemu. Sampai akhirnya Barra cerita kalau gue sama dia pacaran," cerita Nara pada Nisa dan Dini.
"Bokap gue tau kalau gue pacaran sama Barra. Kalian tau sendiri kan gue dilarang pacaran," Nara berujar dengan nada nelangsa.
Menjadi putri satu-satunya terkadang tidak enak. Semua orang terlalu berlebihan dalam urusan menjaga Nara. Semua orang selalu menganggap Nara gadis kecil yang harus dilindungi. Padahal Nara sudah dewasa, menurutnya.
"Bokap gue pasti marah besar," Nara lanjut bercerita.
Ayah Nara pasti akan benar-benar marah. Bahkan pagi tadi lelaki itu meminta secara terang-terangan pada Barra untuk memutuskan Nara.
"Terus reaksi Barra gimana waktu bokap lo ngancem dia?" tanya Dini. Saat ini mereka berjalan bersama menuju parkiran.
"Barra hanya bilang dia nggak akan nyakitin gue. Tapi bokap gue tetap kekeh nyuruh untuk putus. Ya ampun, kenapa bisa sesial ini, sih?" racau Nara.
Nara tidak ingin putus dari pacarnya yang ganteng. Walau saat ini tidak ada rasa cinta, namun Nara bahagia bersama dengan Barra. Ada kebanggaan tersendiri bisa pacaran dengan ketua OSIS bule seperti Barra.
"Wah, Barra keren banget sih. Jadi pengen deh punya pacar kayak Barra." Dini mulai halu.
"Itu Barra datang," Nisa memberitahu.
Barra terlihat datang menghampiri. Laki-laki itu berjalan santai di antara kesunyian koridor barisan kelas 11. Well, jam pulang sudah berbunyi setengah jam yang lalu.
"Nara, ayo gue antar pulang," ajak Barra ditemani senyuman menawan. Jangakan Nara, bahkan Nisa dan Dini hampir meleleh melihat senyuman laki-laki itu.
Ganteng banget. Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan? batin Dini. Jiwa jomblonya menjerit.
"Pulang? Bareng?" tanya Nara tak yakin.
Barra mengangguk.
"Tunggu sebentar. Gue mau ngomong sama Dini dan Nisa dulu. Lo tunggu di parkiran aja," suruh Nara.
Barra mengangguk lagi. Sebelum berlalu pergi Barra berkata, "oke, tapi jangan lama-lama."
"Mau ngomong apa sih, Ra? Kita nggak punya topik apa-apa lagi untuk dibahas. Kasihan cogan kayak Barra disuruh nunggu," cerocos Dini.
"Ini masalah genting! Kak Kenan bakal jemput gue siang ini juga. Dan Barra ngajak pulang bareng. Ya ampun, ini pilihan yang berat. Yang satu ganteng, yang satu lagi juga ganteng," Nara berujar dengan nada bimbang.
"Kasih sama gue aja satu. Si Barra buat gue aja deh," Dini tersenyum polos.
"Yeeeh, Barra nggak mau kali sama cewek aneh kayak lo!" Nisa menyenggol bahu Dini.
Dini cemberut.
"Dasar jomblo," ejek Nisa. Dan Dini semakin cemberut.
"Gue juga pengen punya pacar. Cuma ya gitu, jodoh gue masih nyangkut di hati cewek lain," ungkap Dini sok galau.
"Gue harus gimana dong? Bantuin gue lah, jangan malah bahas kejombloan akut Dini," potong Nara dengan panik.
"Ya udah, lo pulang bareng Barra. Nanti biar Kak Kenan gue sama Nisa yang urus. Kasihan Barra nungguin lo lama," suruh Dini.
"Serius nih? Tapi jangan sampai Kak Kenan tahu gue pergi bareng Barra," respon Nara dengan semangat.
"Aman!" sahut Dini tak kalah semangat.
Nara mengangguk, itu artinya ia mempercayai masalah Kenan pada kedua temannya.
"Hati-hati," teriak Nisa.
Nara menganggat jari jempolnya.
Dini tersenyum melihat keceriaan Nara. Dia bahagia sahabatnya bahagia. Dan dia bahagia orang yang disukai juga bahagia.
Ya, Dini menyukai Barra. Pacar sahabatnya sendiri. Ia menyukai laki-laki sejak lama. Pesona Barra mampu menjatuhkan hati Dini. Perasaan yang hanya ia simpan untuk dirinya sendiri, dan hanya Tuhan yang tahu.
Menjadi pengagum rahasia memang menyakitkan.
_o0o_
"Kita harus bilang apa dong sama kak Kenan?" tanya Nisa. Mereka berdiri di depan gerbang sekolah sembari mengawasi motor milik Kenan yang diperkirakan akan sampai sebentar lagi.
"Bilang aja Nara kerja kelompok," jawab Dini.
"Demi kawan dosa gue bertambah deh karena bohong," decak Nisa.
Dini tertawa. "Demi kebaikan."
"Kebaikan dari mana coba," gerutu Nisa.
Motor milik Kenan melaju sedang, datang dari kejauhan lalu berhenti tepat di hadapan Dini dan Nisa.
"Kak Kenan datang," panik Nisa.
"Ya elah, jangan panik dong. Gue jadi ikutan panik, nih. Gue kan nggak biasa bohong," tegur Dini. Ia mencoba santai, namun tetap gugup. Apalagi ia akan menghadapi cogan.
"Tarik napas, buang. Tarik napas, buang," Dini menenangkan diri. Kini Kenan telah turun dari atas motor.
Baiklah, mari kita berbohong demi Nara. Semangat! Semoga kali ini Kenan dapat didustai.
Tbc
Gimana sama part ini??
Awas ada typo ya 😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top