Part 63 - Aku, Kamu dan Dia [END]

Ini part terakhir, aku harap banyak yg komen krn ini part terakhir. Iya, part terakhir 😊

---

"Apaan, sih? Ngeselin banget jadi makluk hidup," Nara tertawa renyah. Sesekali mendelik kesal.

"Jadi tumbuh-tumbuhan aja sana!" omel Nara.

"Aku ganteng maksimal gini disuruh jadi tumbuh-tumbuhan. Di luar sana banyak orang memuja wajah tampanku, lho," balas lawan bicara Nara, dia Barra.

"Songong banget! Dasar artis gadungan!" Nara balas memaki dengan nada bercanda.

Barra Dominique, siapa yang tidak mengenalnya. Sosok tampan berkarisma yang telah membintangi banyak judul film berbagai genre. Wajah bulenya sering menghiasi layar TV menjadi bintang iklan berbagai produk. Barra tumbuh menjadi sosok dewasa yang bertalenta.

Selepas lulus SMA Barra kuliah di salah satu universitas ternama dan mengambil jurusan hukum. Dia aktif diberbagai organisasi kampus. Visual yang oke membuat Barra tidak sengaja dilirik oleh salah satu produser film untuk ikut casting.

Kejadian itu terjadi sekitar empat tahun yang lalu di sebuah kafe saat Barra nongkrong bersama teman organisasinya, di sana dia bertemu seorang produser film. Jatuh bangun Barra membangun karirnya selama empat tahun terakhir. Hingga jadilah Barra saat ini, seorang bintang muda Asia berwajah bule.

"Tumben ada waktu," nyinyir Nara.

"Tadi baru rampung syuting film yang judulnya Kambing Congek," jawab Barra.

"Benaran judulnya Kambing Congek? Aku pikir kamu becanda kemarin-kemarin," tatapan kesal Nara berubah menjadi penuh tanya.

"Serius, Yang," jawab Barra.

"Ih, nggak usah alay, deh! Yang? Yang? Lo kira kepala gue peyang!" dumel Nara.

"Nggak bisa diajak romantis kamu," cibir Barra.

Kenan yang duduk sambil bersandar di sofa single milik keluarga Nara tertawa renyah saat melihat Barra mengusap puncak kepala Nara dengan lembut. Dua orang itu sangat kekanakan, sudah kepala dua tapi sering kali bertingkah seperti bocah. Atau, mungkin hanya Nara saja yang bocah di sini dan tertular pada Barra.

Barra, laki-laki yang sangat sabar dalam menghadapi Nara. Dulu Kenan berpikir bahwa hanya dia orang yang paling mengerti Nara. Ternyata Kenan salah. Ada Barra yang bahkan lebih memahami Nara lebih dari dirinya.

Barra yang mampu mengerti Nara lebih dari kenan. Barra yang mampu mengimbangi cinta yang Kenan miliki untuk Nara. Barra yang mampu menghadapi sikap keras kepala Nara. Barra dan Nara, walau bertolak belakang namun keduanya saling melengkapi.

"Jangan nempel sama fans kamu yang sok kecentilan. Awas aja kamu, ya!" ancam Nara.

"Nggak kok! Kan ada kamu yang lebih dari segalanya di tata surya ini," gombal Barra.

"Satu lagi, kalau sampai kamu terlibat cinta lokasi habis kamu ditangan aku," Nara melotot hebat.

"Seram banget, Ra. Udah berapa tahun aku di industri ini memangnya pernah terlibat skandal? Aku jaga mata, hati, jiwa dan raga," Barra tersenyum kalem.

"Ke mana aja tiga hari ini? Kenapa nggak kasih kabar?"

"Cari duit yang banyak dong buat kamu," lagi-lagi Barra menggombal.

Inilah kebiasaan Nara setiap bertemu dengan Barra, dia akan mengintrogasi ini dan itu. Hubungan Barra dan Nara terbuka kepada media. Orang-orang tahu bahwa Barra sudah memiliki pasangan, hanya saja tidak begitu diumbar.

Hubungan keduanya masuk tahun ke lima. Dalam rentang waktu itu beberapa kali Barra memposting  foto Nara di Instagram pribadinya dengan caption romantis, walau pada akhirnya Nara mengomel karena takut diserang fans Barra yang suka nyinyir. Barra sih bodo amat apa kata orang dan media. Yang terpenting dia cinta Nara.

"Bagi duit, aku mau beli kuota," todong Nara.

Barra dengan suka rela mengeluarkan dompetnya dari saku. Memberikan dompet tersebut pada Nara, lalu lembaran merah muda yang Barra punya diambil habis oleh si pacar.

"Harga kuota semahal itu, ya?" Barra geleng-geleng kepala melihat Nara mengeluarkan semua uang tukaran seratus ribu dari dalam dompet.

"Kamu perhitungan sama pacar sendiri?"

"Ambil semuanya, Nyai," Barra pasrah.

"Kak Kenan, kapan sampai?" Barra meninggalkan Nara yang asik menghitung uang hasil rampasan dari dompetnya, kini dia beralih pada Kenan yang duduk di sofa single rumah keluarga Nara.

"Tadi malam. Rencananya tiga hari lagi gue balik," sahut Kenan ramah. "Kangen sama seseorang makanya bela-belain ke sini."

Nara mencibir. "Tadi katanya sama Mama karena urusan pekerjaan makanya datang ke sini," Nara mengingatkan jawaban Kenan pada ibunya beberapa saat lalu.

"Habisnya ada orang yang bikin bete. Dia lupa sama pacar sendiri, lima tahun LDR aku-nya jadi nggak dianggap pacar," cerita Kenan dengan nada yang sengaja dibuat sedih.

"Yang sabar ya, Kak Ken," Barra menguatkan.

"Mau minta putus tapi takut nanti nggak bisa move on. Salah gue juga udah tiga hari nggak VC dan nggak kasih kabar ke dia karena sibuk ngurus semua persiapan untuk berangkat ke sini," curhat Kenan.

Barra menghela napas seolah mengerti kegalauan hati Kenan. "Gue paham gimana perasaan, Kak Ken."

Nara melirik kedua laki-laki itu dengan pandangan bahagia. "Senang deh lihatnya kalau kalian berdua akur gini. Saling menguatkan satu sama lain."

Kenan dan Barra mendengus secara bersamaan. "Ck," decak keduanya.

"Nikmati waktu Kak Kenan selama di sini," ungkap Barra tulus.

"Selama gue di sini, boleh dong Nara sama gue?"

Barra tertawa dan coba untuk tidak egois, sesama lelaki dia paham bagaimana perasaan Kenan.

"Boleh, asal jangan dibawa kawin lari aja," seloroh Barra. Dia lirik Nara yang  duduk di sisinya yang kembali asik menghitung duit.

"Kalau dia mau, nggak masalah buat gue," canda Kenan.

"Emang gue gampangan apa?!" Nara menyela.

"Awas aja kalau kalian kabur dan nikah diam-diam," ancam Barra yang Nara balas dengan tatapan jail.

"Nih, kamu boleh pergi sekarang. Aku mau dua-duaan sama kekasih hati," Nara memberikan kembali dompet Barra. "Kamu masih ada pemotretan buat promosi film Kambing Congek, kan? Hati-hati di jalan, Car."

"Car? Kamu pikir aku cacar air? Langsung panggil Pacar aja apa susahnya, sih?" Barra mendengus. "Lihat kan, Kak Ken? Habis diporotin gue langsung diusir," adu Barra pada Kenan.

Kenan tertawa renyah. Walau sering berdebat dan saling caci, namun Nara dan Barra menunjukkan cinta yang  besar melalui tatapan mata masing-masing. Saling memuja tanpa kalimat-kalimat alay nan lebay. Sama seperti cara dia menatap Nara.

"Kapan kamu nikahin aku? Mama bosan lihat aku di rumah terus?"

"Kamu maunya kapan?"

"Besok!"

"Kamu kira mau main bola bekel? Minggu depan aku lamar mau?"

"Harus yang romantis."

"Nggak geli romantis-romantisan?"

"Geli, sih. Ya udah yang penting mewah aja."

"Terus nikah sama aku-nya kapan?" Kanan menyela perdebatan Nara dan Barra.

"Aku duluan, Kak Ken. Yang tua ngalah," Barra menjawab.

"Nggak bisa gitu. Aku udah lima tahun pacaran sama Nara, LDR pula. Perjuangan aku lebih berat, jadi aku dulu!" tolak Kenan.

"Aku juga udah lima tahun sama Nara," Barra tidak mau kalah.

"Pokoknya nggak bisa," tekan Kenan.

"Aku duluan dong yang nikah sama Nara. Iyakan, Yang?" tanya Barra pada Nara.

"Ih, jangan panggil, Yang!" decak Nara sebal.

"Jadi kamu mau nikah sama siapa duluan?" sambar Kenan dan Barra bersamaan.

"Ih, nggak tau! Aku pusing jadinya karena punya pacar dua!" Nara berlalu pergi menuju kamarnya sambil mencak-mencak tidak jelas.

"Kalian berdua aja yang nikah!" teriak Nara sebal.

END

Udah end teman-teman 😊 akhirnyaaa, cerita ini selesai. Wkwkwk maap kan end nya begini, aku gk bisa pilih antara Barra sama Kenan. Gimana, dong? 😁😁

Berasa utang aku lunas satu 😎😎 semoga kalian gk kecewa ya sama ending-nya. Aku udah rombak beberapa kali untuk part terakhir ini ☺

Makasih buat yang udah mau mampir, yang udah sering komen, yang sering vote... thingkyuuuu😚😚 kalian warbiasaaaa

Coba kasih komentar buat part terakhir ini, keluarkan uneg2 kalian 👉

Spam komen di sini dong 👉

Ada yang mau ekstra part?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top