Part 54 - Rasa takut

Ketika kembali ke dalam kelas, suasana terasa asing. Nara melihat beberapa teman perempuannya mengerumuni salah satu meja. Tidak ingin ketinggalan informasi, Nara ikut bergabung dalam kerumunan tersebut.

"Ada apa, nih?" tanya Nara pada Intan.

"Ini si Sarah nangis kejer dari tadi," jawab teman Nara itu.

"Kenapa?"

"Lo tahu kan selama ini Sarah LDR-an sama pacarnya yang sekolah di Bandung. Mereka udah satu tahun lebih jadian, eh, si cowok ketahuan selingkuh. Bangke memang tuh cowok," dumel Intan.

Nara tertengun beberapa detik. Kisah Intan mengingatkan Nara akan hubungannya dengan Kenan. Apa semua hubungan jarak jauh akan selalu berakhir dengan perselingkuhan? Mendadak Nara menjadi kalut.

Nara memilih menjauh dari meja Sarah menuju mejanya sendiri. Nara tidak siap mendengar kisah-kisah sedih Sarah mengenai kegagalan tentang hubungan LDR.

Tangan Nara bergerak merogoh saku rok abunya. Nara mengeluarkan ponselnya, jari Nara bergerak membuka berbagai aplikasi. Barang kali ada balasan chat masuk dari Kenan. Masih sama seperti kemarin, berbagai chat yang Nara kirim tidak mendapat respons sama sekali.

Nara tidak akan menyerah semudah itu untuk mendapatkan kabar Kenan. Terbesit satu ide dalam benaknya, jari Nara membuka aplikasi Instagram, membuka sudut DM dan mengetik username Novi.

Kak Novi

Setelah mengetik kata tersebut Nara segera menekan send. Chat Nara tidak langsung mendapat balasan. Rasa penasaran meliputi Nara saat melihat lingkaran berwarna pada foto profil Novi. Tanpa menunggu lebih lama lagi Nara membuka story Instagram teman perempuan Kenan itu.

Dia baik-baik aja, batin Nara. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, senyuman tipis tercipta.

Story Insragram Novi menampilkan foto di mana perempuan itu makan bersama di sebuah restoran. Seperti acara nongkrong bersama ala anak muda pada umumnya, ada sekitar delapan orang yang terdiri dari 3 perempuan dan 5 laki-laki. Salah satunya adalah Kenan.

Pada foto itu Kenan tersenyum lebar, duduk paling ujung sementara di sisi kirinya ada perempuan berparas bule. Kenan bahagia. Laki-laki itu bahagia sementara Nara menunggu kabarnya di sini.

Bukankah Kenan sangat jahat?

-o0o-

Sydney, kala menyebut kata itu maka hal yang terlintas dalam benak seseorang adalah Australia. Sydney dan Australia adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Akan banyak orang yang akan terkejut mengetahui bahwa Sydney bukanlah ibukota Australia.

Sydney dan segala permasalahannya. Merupakan salah satu kota terpadat di seluruh benua Australia. Gedung-gedung tinggi menjulang, seolah berlomba-lomba untuk mencapai langit. Sydney memiliki daya tarik wisata yang memesona. Mulai dari bangunan ikonik Sydney Opera House hingga Pantai Bondi adalah sebagian dari banyaknya daya tarik kota ini. 

Sydney dan ibukota Indonesia berjarak sekitar 5.500an kilometer yang akan ditempuh dalam waktu kurang lebih enam jam tanpa transit dengan jalur udara. Antara kota Sydney dengan Indonesia bagian Barat memiliki rentang waktu yang cukup jauh, Sydney lebih cepat tiga jam.

Sudah beberapa bulan lebih Kenan menikmati hari-harinya di kota canggih ini. Banyak hal baru yang Kenan temui di sini, terutama soal budaya dan gaya hidup. Kebiasaan masyarakat Sydney yang sangat jauh berbeda dengan penduduk di Indonesia. Awalnya begitu sulit untuk beradaptasi, tapi semakin ke sini semakin terasa menyenangkan bagi Kenan.

"Udah mulai enjoy di sini?"

Kenan menoleh dengan senyuman lebar. Kenan menikmati sore di salah satu kafe di daerah Newtown. Daerah yang terkenal dengan semangat anak muda dengan berbagai aktivitas. Newtotidak begitu jauh dari universitas terkenal di Autralia.

"Lo pesan apa?" tanya Kenan. Mereka sedang berada di restoran khas Indonesia, yang pastinya aman dan sesuai dengan lidah pelancong asal Indonesia.

"Biasa, dua soto ayam sama es teh," jawab Novi sambil membuka laptopnya.

"Jauh-jauh kuliah ke Australia, ujung-ujungnya makan soto juga," seloroh Kenan.

Novi tertawa ringan. Jarinya mulai lincah bergerak di atas keyboard laptop, mengerjakan tugas yang diberikan oleh Profesor Sam.

Kenan bermain ponsel sembari menunggu pesanan mereka datang. Sejak kuliah di Australia Kenan memang sering menghabiskan waktu dengan Novi, mereka sering kali pergi bersama hingga tidak jarang orang-orang mengira keduanya pacaran. Ya, hal yang sama seperti saat Kenan masih kuliah di Indonesia. Orang-orang selalu salah paham dengan hubungannya dan Novi. Atau orang-orang yang akan penasaran dengan pacar SMA-nya.

Pacar SMA? Kenan teringat tentang Nara. Bocah SMA yang Kenan tinggalkan bersama sejuta kenangan manis dan pahit.

"Mulai lagi ngelamun. Plis deh, jangan ngelamunin cewek lain di depan gue," Novi pura-pura sebal.

"Gue jadi kangen Indonesia. Kangen Yogi, kangen kampus, kangen sama anak-anak BEM --"

"Kangen sama Nara," potong Novi.

"Tau aja."

"Kemarin Nara ngechat gue dari Instagram. Sengaja nggak gue buka karena gue tahu dia pasti mau nanyain lo. Malas banget ikut campur sama hubungan percintaan kalian," Novi samakin tajam menatap layar laptopnya.

"Gue nggak pernah kasih kabar ke dia selama di sini. Habisnya gue takut makin kangen," Kenan meletakkan ponselnya di atas meja kafe. Lalu tangannya bergerak meraih kertas-kertas HVS, itu lembaran tugas kuliah Kenan.

"Dih, dasar bucin," cibir Novi. Ia lirik cowok yang sejak dulu begitu dikaguminya, namun Novi tidak pernah memiliki kesempatan untuk maju. Rasanya tertahan di sana. Lagipula Novi tidak pernah berharap lebih.

"Gue bisa pantau Nara dari teman-temannya. Beruntung Dini mau nolongin gue untuk jaga Nara. Cewek itu baik banget memang, padahal Nara udah memutuskan hubungan pertemanan mereka. Tapi Dini tetap mau nolongin gue."

Hampir setiap hari Kenan selalu menyempatkan dir untuk menghubungin Dini. Mengintrogasi perempuan itu seputar Nara. Terkadang Kenan tidak segan menelpon Dini secara langsung. Topik pembahasan mereka tidak jauh-jauh dari Nara.

"Gue pikir cara lo salah. Mencintai nggak sesederhana itu. Nara di sana pasti bakal berpikir yang macam-macam kenapa lo nggak pernah hubungin dia. Sebaiknya lo tanya kabar Nara pada orangnya secara langsung, bukan melalui perantara," saran Novi.

Mata Kenan terlihat menerawang jauh. Ia memikirkan Nara di sana yang kata Dini selalu baik-baik saja. Dengan berbekal informasi itu Kenan menjalankan aktivitas. Nara baik-baik saja, maka Kenan juga akan baik-baik saja di sini.

"Nara terlihat simpel dari luar, namun sebenarnya dia cewek yang rumit," komentar Novi.

"Lo benar, Nov. Itu juga alasan kenapa gue nggak mau hubungin Nara secara langsung. Gue takut dalam komunikasi kami tercipta salah paham. Sulit, sangat sulit untuk memperbaikinya pada posisi yang berhaujan seperti ini," curhat Kenan. Dia harus berhati-hati dalam mengambil langkah.

Novi mengangguk. Nara sangat beruntung dicintai begitu dalam oleh Kenan. Bahkan dalam mata laki-laki itu terlihat rindu yang begitu besar yang selalu coba Kenan tutupi dengan senyuman santai.

"Besok Justin ngajak nongkrong di pantai, musim panas harus kita nikmati. Jangan cuma ngerjain tugas dari dosen, sesekali kita butuh piknik," kata Kenan mengalihkan topik pembicaraan.

"Apa harus ke pantai? Gue agak risih liat bule-bule kayak nggak pakai baju di sana. Mata suci gue ternodai," canda Novi.

Kenan tertawa di antara kerinduannya.

Tbc

Gimana sama part ini? Kasih kritik dan saran 👉

Masih pada sebel sama Kenan? Jangan dong 😁😁

Komen next si sini 👉

Nggak bosen2 ngingetin untuk mampir di cerita terbaru aku yang judulnya SMA. Cerita tentang Chaca dan anak ketua yayasan.

🛇awas ada typo 🛇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top