Part 5 - Tipe Kenan
"Barra, cewek ini nyariin lo. Kalian saling kenal?" Anggun bertanya dengan nada akrab, dia maju mendekati Barra seolah menunjukkan bahwa mereka dekat.
Barra mengangguk. "Iya, kami saling kenal."
Nara melirik Barra. Coba menerka apa Barra akan mengakui hubungan mereka atau tidak.
"Ayo Nara, kita pergi." Barra melenggang pergi terlebih dahulu.
"Gue duluan," pamit Nara buru-buru, dengan setengah berlari Nara menyamai langkah dengan Barra.
Sayang sekali, rasa penasaran Nara tentang Barra yang akan mengakui hubungan mereka atau tidak, tidak mendapat jawaban.
Nara tertinggal beberapa langkah di belakang Barra. Sangat sulit menyamai langkah Barra. Kaki laki-laki itu jauh lebih panjang dibandingkan kaki Nara, jika ia berdiri di sisi Barra hanya sebatas bahu.
"Pelan dikit jalannya. Susah nih gue ngejar lo," dumel Nara.
Barra berhenti. Ia menoleh ke belakang, lalu tersenyum cerah sambil berkata, "ayo sini."
Nara terpaku pada senyuman Barra. Ya Tuhan, tampan sekali. Kedua sudut bibir Barra terangkat sempurna, wajah bulenya semakin tampan.
"Ayo," Barra berjalan, diikuti Nara. Laki-laki itu memelankan langkah, menyesuaikan dengan gerakan Nara.
Nara tersenyum kecil. Merasa tersanjung dengan tindakan manis Barra.
"Kita mau ke mana?" tanya Nara.
"Gue mau traktir lo makan enak di kantin," jawab Barra dengan senyuman.
Murid-murid mulai melihat ingin tahu pada Nara dan Barra. Beberapa bahkan bergosip sambil melirik mereka berdua. Barra tampak biasa dengan hal itu, namun Nara merasa asing. Selama ini Nara hanya menjadi murid biasa yang jarang mendapat perhatian.
Nara mendengus risih. Ia pelankan langkahnya untuk berjalan dua langkah di belakang Barra.
"Kenapa jalan di belakang?" Barra menghentikan langkah, ia menoleh pada Nara. Bertanya dengan wajah ingin tahu.
"Lo malu jalan di samping gue?" tanya Barra.
Hei, mana mungkin Nara malu berjalan di sisi laki-laki tampan.
"Orang-orang ngeliatin kita," bisik Nara pelan.
Barra angkat satu alisnya. "Terus?"
"Ya, gue risih!" jawab Nara jujur.
"Nggak usah pikirkan pendapat mereka. Orang-orang punya mulut untuk berbicara, namun terkadang tidak punya otak untuk berpikir. Jadi jangan diambil pusing," ungkap Barra bijak. Tidak salah memang ia terpilih menjadi ketua OSIS.
Nara tersenyum, lalu mengangguk. Nara suka dengan sikap Barra.
"Ayo," ajak Barra.
Mereka bersiap melanjutkan langkah menuju kantin. Namun tiba-tiba ponsel yang ada di saku rok abu-abu Nara bergetar. Ia rogoh sakunya, dan mengeluarkan ponsel pintar miliknya. Ada masuk pesan via WA.
Kak Kenan sok iya: ke sekolah itu belajar! Bukannya pacaran!
Waduh!
Mata Nara melotot membaca pasan dari Kenan. Kemudian ia melirik waspada ke arah sekitar. Siapa lagi kali ini mata-mata Kenan yang sedang ada di sekitar Nara? Mendadak semua orang tampak mencurigakan di mata Nara.
"Ada apa, Nara?" tanya Barra heran.
Nara masih lirik sana-sini. "Ada mata-mata," jawab Nara setengah berbisik.
Dan tentu saja Barra tidak paham. Mata-mata apanya?
"Mata-mata apa?"
Nara meraih fokusnya kembali, ia tertawa canggung pada Barra. Sepertinya Nara salah bicara. Bisa-bisa Barra menganggapnya aneh.
"Bukan apa-apa, kok. Oh iya, nanti siang lo ada waktu? Gue mau kenalkan seseorang sama lo," ujar Nara dengan buru-buru. Sejujurnya Nara masih ragu untuk mempertemukan Kenan dan Barra.
"Ah, nanti siang gue ada rapat OSIS. Tapi kalau memang perlu, gue bisa batalkan. Yang mau dibahas nanti juga bukan agenda penting," sahut Barra.
Nara menggeleng. "Lo nggak perlu ngebatalin rapat OSIS. Lagi pula ini nggak penting-penting banget kok."
Ya, Kenan bukan sesuatu yang penting. Begitulah isi otak Nara saat ini.
"Yakin?" tanya Barra.
"Iya!"
"Ya sudah, ayo kita ke kantin."
_o0o_
Nara menelan air liurnya dengan susah payah. Di depan gerbang sekolah sudah terparkir mobil milik Kenan. Laki-laki itu berdiri di sisi mobil dengan gaya ganteng yang mampu menarik perhatian para kaum hawa.
Cih, sok ganteng banget! dumel Nara dalam hati.
"Kak," Nara menarik perhatian Kenan.
Kenan menoleh. Lalu matanya menjelajah ke sana-sini mencari keberadaan Barra.
"Mana pacar lo itu?" tanya Kenan to the point.
"Dia ada rapat OSIS," jawab Nara jujur. "Daripada ketemu Barra, gimana kalau Kak Kenan ketemu sama Embun aja? Itu lho, teman aku yang aku ceritakan kemarin." Nara berusaha mengalihkan fokus Kenan.
"Aku mau ketemu Barra! Bukan Embun! Atau cewek mana pun!" tegas Kenan.
Nara menghela napas. Mengapa Kenan begitu tertarik dengan urusan percintaannya? Pernyataan Dini dan Nisa yang mengatakan bahwa Kenan menyukainya tiba-tiba datang menghantui Nara. Apa benar begitu?
Kenan melihat-lihat di dalam area sekolah. Terlihat jelas bahwa ia sangat penasaran dengan Barra.
"Ah, sial. Hari ini gue nggak bisa liat cowok itu," Kenan kesal sendiri.
Nara memperhatikan wajah Kenan dalam diam. Menerka-nerka apa benar Kenan suka padanya? Terdengar mustahil, tapi itu mungkin saja terjadi. Nara harus mencari tahu jawabannya.
"Kak Kenan," panggil Nara.
"Apa?" sahut Kenan asal.
"Tipe cewek Kak Kenan seperti apa?" tanya Nara.
Kenan langsung mengalihkan pandangan pada Nara. Pertanyaan perempuan itu terdengar lain dari biasa.
"Siapa lagi kali ini, Ra? Kamu mau jodoh-jodohkan Kakak sama siapa lagi?" tanya Kenan curiga.
"Ih, aku serius nanya. Tipe cewek Kak Kenan itu gimana?" Nara bertanya kembali.
"Yang pasti nggak pendek kayak kamu!" jawab Kenan malas sambil berlalu memasuki mobil terlebih dahulu.
Nara mendengus kasar. "Gue pendek? Masalah buat lo?!" Nara sewot sendiri.
_o0o_
Sore harinya Nara bertamu ke rumah Kenan, tanpa diundang. Kenan yang asik bermain game online di ruangTV menjadi sasaran Nara sore ini.
Tadi siang Nara masih belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Ia harus memastikan apa Kenan menyukainya atau tidak. Nara begitu penasaran dengan hal ini.
Apa benar cowok ini suka sama gue? pikir Nara sambil melihat pada Kenan dengan penuh selidik.
"Apa liat-liat?!" tanya Kenan dengan mata dan fokus yang tertuju pada ponsel.
"Kak Kenan, ada satu hal yang menggangguku sejak tadi pagi. Ini tentang perkataan Nisa dan Dini," ungkap Nara.
"Memangnya mereka bilang apa?" tanya Kenan.
Mereka bilang lo suka sama gue, jawab Nara dalam hati.
"Rahasia." Dan hanya kata itu yang keluar dari bibir Nara.
Kenan mendelik kesal. Ia kembali fokus pada ponselnya. Jari Kenan bergerak-gerak lincah memainkan game online yang sedang ia geluti.
"Kak Ken, liat ini deh," suruh Nara sambil menyodorkan ponselnya pada Kenan. Namun, diabaikan.
"Kak Kenan," paksa Nara.
"Kak Ken, coba liat dulu hp aku. Ini penting," Nara mulai merajuk.
Kenan menghela napas. Nara tidak akan berhenti jika belum mendapatkan tujuannya. Dengan terpaksa Kenan letakkan ponselnya.
"Apa, sih?" walau nada suara Kenan terdengar sewot, namun dia tetap menurut.
Kenan kembali menghembuskan napas kasar. Ia coba bersabar dan tidak terbawa emosi. Ponsel Nara yang kini ia genggam menampilkan foto seorang gadis cantik dengan pakaian yang sedikit terbuka. Jadi ini yang katanya penting?
"Apa ini cewek yang bakal kamu jodohkan sama Kakak?" tanya Kenan malas.
"Ya, nggak lah!" sanggah Nara. "Ini itu artis Korea yang paling cantik dan seksih. Lebih cantik aku atau dia?" tanya Nara.
Kalau kak Kenan jawab aku lebih cantik, berarti kak Kenan memang suka sama aku, Nara membatin sambil menantikan jawaban Kenan.
"Nggak ada yang cantik!" jawab Kenan singkat. Ia letakkan ponsel Nara, lalu meraih ponselnya sendiri dan kembali asik bermain game.
Nara mendesah kecewa.
"Kak Kenan, lebih cantik aku atau artis ini? Jawab dong! Kak Kenan," Nara merajuk.
"Bodo amat," sahut Kenan malas. Membuat Nara ingin melempar Kenan ke planet tetangga saja.
Tbc
Makasih udah mampir 😊
Masih mau lanjut???????
🛇Awas ada typo 🚫
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top