Part 49 - Tentang kita

Sebentar saja, jangan biarkan ego berkuasa.
---

Senyuman Nara mengembang lebar mendapati mobil Kenan terpakir di halaman rumahnya. Sejak kemarin hubungan mereka kembali seperti dulu. Apa yang sempat hilang, kini telah kembali.

Walau tidak ada yang berubah dalam status hubungan keduanya, mereka tetap sebatas tetangga sebelah rumah. Hanya saja kini mereka lebih terbuka pada perasaan masing-masing.

"Udah lama, Kak?" Nara masuk ke dalam mobil.

Kenan yang sedang memainkan ponselnya memasukkan benda kecil tersebut ke dalam saku celananya. "Baru aja. Tadinya aku masuk ke dalam, eh, kamu udah keluar rumah duluan."

"Ini hari terakhir Kak Kenan di sini, kan? Nanti pulang sekolah kita pergi jalan. Aku nggak mau tahu, pokoknya harus," ungkap Nara.

"Iya. Nanti aku jemput kamu pulang sekolah. Hari ini aku ke kampus cuma mau ketemu rektor untuk pelepasan mahasiswa yang berangkat besok. Acaranya mungkin nggak sampai siang," Kenan tersenyum lembut.

"Yang berangkat besok siapa aja, Kak?" tanya Nara.

"Aku sama Novi."

Senyuman lebar Nara seketika lenyap. Ekspresi bahagianya hilang entah ke mana saat nama Novi disebut. "Kak Kenan, kenapa nggak bilang kalau Kak Novi juga berangkat ke Australia?"

"Kamu nggak pernah tanya," jawab Kenan.

Nara mengeram. "Kak Novi kenapa harus ikut, sih? Dia pasti sengaja daftar beasiswa itu supaya bisa dekat-dekat sama Kakak. Jangan sampai, Kak Kenan, suka sama dia selama di sana. Iya, aku tahu dia memang cantik, modis, pintar. Pokoknya jangan suka sama dia atau cewek mana pun! Jangan genit di sana."

Kenan terkekeh mendengar omelan Nara, perempuan itu sedang cemburu. Kenan hidupkan mesin mobilnya dan lebih memilih untuk tidak menanggapi kecemburuan Nara.

Nara mengela napas. Ia merasakan urat lehernya menegang. Nara kembali menghela napas coba untuk tenang. "Apa Kak Novi harus ikut?"

Kenan tersenyum geli, wajah Nara terlihat sangat menggemaskan ketika sedang cemburu.

"Awas aja kalau Kak Kenan sampai suka sama dia. Aku santet online nanti kalian berdua," dumel Nara.

Tawa Kenan pecah. "Dasar bocah," ujar Kenan di antara tawa dan aktivitas menyetirnya.

"Iya, aku memang bocah! Nggak kayak Kak Novi atau pun Dini," suara Nara memelan diakhir kalimat.

Nara sandarkan kepalanya pada kaca mobil. Cuaca pagi ibu kota cukup cerah hari ini, awan putih berkumpul di atas sana menciptakan satu pemandangan cantik. Hangat matahari pagi begitu menenangkan, namun tidak mampu menghilangkan gelisah hati Nara.

Kenan memang benar, hubungan jarak jauh itu akan semakin rumit untuk orang seperti Nara. Sudah Nara coba untuk tidak egois atau berikap kekanakan. Namun hati dan emosinya sangat sulit untuk didikte.

Jantung Nara berdegup tak karuan saat tangan kanannya tiba-tiba digengam oleh Kenan. Tubuh Nara menegang, seolah dunianya terhenti sesaat.

"Kak Kenan," bisik Nara. Hangat genggaman Kenan menyadarkan Nara bahwa ini bukan mimpi.

Kenan menoleh sekilas sambil tersenyum lembut, lalu kembali fokus pada jalanan. Tidak ada kata yang terdengar, keduanya saling diam satu sama lain. Menghabiskan sisa perjalanan dalam keheningan dan genggaman. Serta debaran yang semakin gila dan menggelitik relung hati.

Ah, pagi ini terasa sangat indah. Nara tersenyum haru, matanya tidak lepas dari tautan jemari mereka.

"Hati-hati di jalan, Kak."

Nara keluar dari mobil milik Kenan begitu sampai tujuan. Ia berdiri di depan gerbang SMA Panca Dharma hingga kendaraan roda empat itu hilang dari pandangan.

Kaki Nara memasuki area sekolah dengan senyuman lebar. Setelah berbaikan dengan Kenan beban dan kesedihan Nara seperti meluap entah ke mana. Tersenyum bukan hal yang sulit lagi untuk Nara lakukan. Kupu-kupu seolah memuhi perutnya, terasa menggelitik.

"Tumben nggak cemberut." Tidak sengaja Nara berpapasan dengan Barra kala melintasi area parkir.

"Kepo banget lo," balas Nara.

"Gue tebak ada yang habis baikan sama gebetan baru. Ah, gue sebagai mantan nggak bahagia kalau itu terjadi," Barra merenggut tidak jelas.

"Makanya cari cewek sana! Wajah ganteng gitu kok nggak dimanfaatkan. Atau kalau lo mau, lo bisa jadi yang kedua," gurau Nara.

"Ogah!" Barra berjalan lebih cepat dari Nara. Sekalipun wajahnya menampilkan ekspresi cemberut, namun dalam hati Barra bersyukur senyuman Nara telah kembali.

Ponsel yang ada di saku rok Nara bergetar. Segera Nara ambil ponsel tersebut dan memeriksa siapa yang menghubungi.

Kenan?

Dengan ragu Nara mengeser simbol dengan gagang telepon terangkat berwarna hijau. Kemudian Nara tempatkan ponsel tersebut pada telinganya.

"Halo?"

"Sekolah itu tempat belajar, bukan tempat ngegebet cowok!"

Mata Nara berubah waspada menatap sekeliling. Banyak murid berkeliaran di area parkir. Sejak dulu Nara tidak pernah berhasil mengetahui siapa mata-mata Kenan yang ada di sekolah dan selalu mengawasinya.

"Tenang aja, Kak. Aku nggak macam-macam kok di sini. Hati dan perasaan ini tetap milik Kak Kenan," Nara berbisik dengan nada meyakinkan.

"Geli dengarnya," balas Kenan. Membuat sudut bibir Nara berkedut-kedut menahan makian. Oke, ini bukan saat yang tepat untuk memaki setelah beberapa menit yang lalu mereka melewati pagi yang romantis.

Romantis? Nara tersenyum malu-malu mengingatkan indahnya moment yang tercipta bersama Kenan.

Nara mematikan sambungan telepon itu secara sepihak. Omelan kecil keluar dari bibir pink alami miliknya, tapi ini sungguh membahagiakan.

-o0o-

Dini tersenyum memandang selembar fotonya bersama Kenan saat mereka jalan-jalan di kebun binatang. Pada lembar foto tersebut Dini tersenyum setengah, sementara Kenan menampilkan senyuman yang teramat sangat lebar. Lalu ada simpanse di tengah keduanya menatap polos ke arah kamera.

Hari ini adalah hari terakhir Kenan di Indonesia, besok laki-laki itu akan pargi jauh. Dini akan kehilangan sosok teman baik seperti Kenan. Sudut hati Dini merasakan sedih yang tidak dapat ia jelaskan dengan serangkaian kata.

"Gawat! Gawat! Gue lupa ngerjain PR bahasa Inggris." Nisa berlari memasuki kelas, duduk di kursinya dan buru-buru mengeluarkan buku tugas beserta alat tulis.

Dini yang terkejut dengan kehadiran Nisa buru-buru menyimpan foto tersebut ke dalam saku roknya. Tanpa Dini sadari foto itu tidak masuk ke dalam saku secara sempurna, foto tersebut jatuh ke lantai lalu tertiup angin.

"PR? Lah, iya! Gue juga lupa," Dini ikut panik.

"PR bisa lupa, kalau uang jajan lo nggak pernah lupa," nyinyir Nisa.

Dini melirik sekilas. "Kayak lo nggak aja."

Dini mulai menulis di atas buku tugas, baru saja dua kata yang ia torehkan Dini menghentikan kegiatannya. "Nisa, gue mau nanya sesuatu."

Nisa melirik. "Apa?"

"Hadiah yang cocok buat cowok apa, ya? Yang bikin dia terkesan gitu. Sesuatu yang kalau dia lihat hadiah itu dia bakal ingat sama gue," ujar Dini semangat.

"Lo mau kasih sama siapa?" Mata Nisa berubah curiga. "Lo punya gebetan baru?"

"Apaan?! Gebetan kepala lo! Gue cuma nanya doang," elak Dini. Tunggu dulu, kenapa Dini harus mengelak? Lagi pula tidak ada salahnya jika Dini memberikan hadiah untuk Kenan.

"Ada yang lo sembunyikan dari gue?" tanya Nisa.

"Nggak ada, kok! Gue cuma mau kasih kado buat Kak Kenan, dia besok mau berangkat ke Australia. Apa salah gue kasih hadiah yang berkesan buat dia? Gue mau dia selalu ingat sama gue, cuma Kak Kenan yang paham perasaan gue selama patah hati karena Barra," Dini pada akhirnya mengatakan apa yang ia rasakan.

Nisa menatap jengah. "Nggak ada yang bilang lo salah kalau kasih hadiah sama Kak Kenan. Sensi banget, sih."

"Iya, yah, kenapa gue jadi sensi begini?" Dini terkekeh sambil menggaruk tengkuknya. "Gue kayak ngerasa takut kalau jauh dari dia. Entahlah."

"Mungkin lo suka," ceplos Nisa.

"Ngaco lo! Jadi gue harus kasih apa buat dia?" tanya Dini sekali lagi.

"Kasih hati lo aja."

Dini menepuk lengan Nisa sebal. "Ngawur! Gue lagi serius, nih."

"Hmmm, gimana kalau lo kasih boneka aja buat Kak Kenan? Biar bisa dipeluk pas lagi tidur."

Dini menatap tidak yakin. "Masa gue harus kasih boneka."

"Apa salahnya? Yang anti mainstream lebih membekas di hati."

Tbc

Haiiii, masih setia sampai part ini??

Aku mau survey lagi dong. Kalian lebih suka .....

Cepat end 👉

Atau

Jangan end dulu 👉

Mari di vote 😁😁

Spam next di sini 👉👉👉

Ig : ami_rahmi98
🛇 Awas ada typo 🛇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top