Part 46 - Semakin jauh
Anggaplah kita ini memang asing sejak awal
Tidak pernah saling dan seiring.
__
"Mau ke mana kamu?"
Sudah Nara tebak ayahnya akan menghadangnya untuk pergi keluar rumah. "Aku mau ke komplek depan, Pa. Kak Kenan mau traktir es krim."
Ekspresi ayah Nara yang semula tegas berubah lebih santai. Jika sudah berhubungan dengan Kenan si orang kepercayaannya, maka ayah Nara akan selalu mengatakan iya dan tidak menolak.
"Pulangnya jangan kemalaman," ujarnya.
Nara mengangguk saja menjawab sang ayah. Dia bergegas pergi keluar rumah. Tidak perlu kendaraan untuk pergi ke sana, jarak taman komplek dan rumah Nara tidak begitu jauh. Hanya perlu berjalan sekitar tiga menitan.
Sesampainya di sana Nara tidak menemukan Kenan. Hanya terdapat beberapa warga komplek yang sedang bersantai, tidak begitu ramai. Nara memilih tempat duduk di dekat lampu taman yang temaram. Ia memeriksa ponselnya dan belum ada chat dari Kenan.
Jam pada ponsel Nara menampilkan angka 19:45 dan itu artinya Kenan sudah terlambat lima belas menit. Tidak apa-apa, mungkin Kenan akan datang terlambat. Hingga setengah jam berikutnya laki-laki itu tidak kunjung datang. Nara mulai gelisah.
Kenan pasti datang.
Kenan tidak mungkin tidak datang.
Kenan tidak pernah menolak keinganan Nara.
Kenan selalu ada untuknya.
Dan kalimat-kalimat sugesti lain coba Nara berikan pada hatinya. Meyakinkan diri bahwa Kenan akan datang. Bersikap pura-pura lupa bahwa Kenan mungkin saja tidak sepeduli dulu lagi. Pura-pura lupa bahwa Kenan kini telah memiliki orang lain yang menjadi prioritasnya.
Saat jam telah sampai pada angka 9 malam harapan Nara mulai pupus. Keyakinannya perlahan memudar.
Nara kecewa. Nara sedih. Hati Nara terluka hebat. Kenan tidak datang. Benar-benar tidak datang. Keinginan Nara untuk memperbaiki hubungan mereka ia kubur dalam.
Nara meninggalkan taman tersebut. Menoleh ke belakang beberapa kali, mungkin saja Kenan tiba-tiba muncul. Namun hingga diharapan terakhir laki-laki itu tidak kunjung datang. Dan Nara menyerah.
Keesokan harinya semangat Nara benar-benar berada pada titik terendah. Ia memakan sarapan pagi dengan gerakan ogah-ogahan. Bahkan roti panggang yang menjadi kesukaannya tidak mampu untuk mengembalikan hati Nara pada suasana baik.
"Nara, hari ini kamu mau Papa antar?"
Nara menggeleng menolak tawaran ayahnya. Setelah itu ayahnya berangkat kerja, sementara ibu Nara pergi ke dapur. Rasanya sangat malas untuk berangkat sekolah dengan suasana hati buruk seperti sekarang.
"Nara," Arum tiba-tiba memasuki ruang tamu keluarga Nara. "Syukurlah kamu belum berangkat sekolah."
"Ada apa, Tante?" tanya Nara heran, tidak biasanya ibu Kenan bertamu sepagi ini.
"Ini, Tante mau titipkan bubur ayam buatan Tante sama kamu. Tolong nanti kamu kasih ke Dini. Tante merasa bersalah, dia sakit perut karena makan masakan Tante," Arum menyodorkan bontot makan pada Nara.
Nara menerima bontot itu dengan perasaan campur aduk. Hei, dia juga sakit perut kemarin karena masakan Arum. Nara rasa seharusnya dia juga mendapatkan bubur dan perhatian.
"Nanti Nara kasih ke Dini," ujar Nara pelan.
"Bilang juga pada Dini kalau motornya aman di rumah Tante."
"Motor Dini ada di rumah Tante?" ulang Nara.
"Hmmm, tadi malam dia pulang di antar Kenan," jelas Arum.
Pantas Kak Kenan nggak datang ke taman, batin Nara kecewa.
-o0o-
Ramai seperti biasa. Nara melintasi koridor kelas 11 dengan menenteng paper bag berisi bubur ayam titipan Arum untuk Dini. Beberapa kali Nara mendapati murid-murid melirik padanya, gosip tentang mantan ketua OSIS masih belum padam.
Nara memasuki kelas, terlihat Dini dan Nisa sibuk berbincang. Entah apa yang mereka bahas, saat Nara mendekat keduanya langsung bungkam. Mungkin mereka terkejut Nara datang menghampiri.
"Ini titipan Tante Arum," Nara letakkan paper bag tersebut di atas meja.
Dini tercengang, kemudian dia mengangguk. "Dari Tante Arum? Ini apa?"
"Bubur ayam. Semoga lo cepat sembuh katanya," setelah mengatakan itu Nara berlalu menuju kursinya sendiri. Baru saja Nara mendaratkan tubuh di atas kursi, Dini datang menghampiri.
Nara tatap temannya itu dengan pandangan penuh tanya. "Apa?"
"Lo juga sakit perut kemarin. Kita makan buburnya barengan," tawar Dini.
Nara menatap Dini dengan satu alis terangkat. Nara merasa tersinggung, di sini Dini seolah menyatakan sacara tersirat bahwa bubur itu hanya dibuat khusus untuk Dini. Well, walaupun pada kenyataannya Arum sama sekali tidak memberikan bubur ayam pada Nara.
"Sebelum Tante Arum berikan bubur itu sama lo, gue udah makan bubur itu lebih dulu. Lebih banyak dari punya lo," ujar Nara datar.
Dini mengangguk. Ia memilih untuk pergi dari area meja Nara. Lagi-lagi obrolan meraka hanya menyakiti satu sama lain.
"Makan aja kalau memang dia nggak mau," Nara mendengar Nisa berujar.
Bel tanda masuk berbunyi. Namun keributan kelas Nara tidak kunjung usai. Kelas dengan lebel 11 IPS 4 itu masih saja riuh, beberapa murid bahkan masih bertahan di luar kelas.
Hingga guru yang mengajar pada jam pelajaran pertama datang barulah kelas berubah kondusif. murid-murid memasang wajah polos di hadapan sang guru yang terkenal garang.
"Kumpulkan PR minggu lalu ke depan. Yang belum selesai tanpa diminta silakan berdiri di depan kelas," ujar Pak Anang dengan tegas. Matanya meneliti setiap sudut kelas dengan pandangan tajam.
Nara menelan air liur dengan susah payah. Sialnya Nara lupa mengerjakan PR miliknya. Semalaman suntuk ia memikirkan Kenan yang tidak datang ke taman komplek. Belum lagi waktu Nara yang habis sia-sia untuk menunggu laki-laki itu.
Dengan berat hati Nara maju ke depan kelas. Bukan untuk mengumpulkan PR, namun untuk menerima hukaman. Murid-murid menatap Nara dengan pandangan terkejut. Berani sekali Nara tidak menyelasaikan tugas pada mata pelajaran Pak Anang, pikir mereka
Pak Anang menatap tajam dari balik kaca matanya. Sorot mata guru tua itu membuat kaki Nara gemetar.
"Hanya Nara sendiri yang tidak selesai PR?" tanya Pak Anang pada seluruh kelas.
Murid-murid diam dan saling melirik, itu artinya memang hanya Nara yang PR-nya tidak selesai.
"Kenapa tugas kamu tidak selesai?" Pak Anang bertanya dengan nada dingin, tajam dan datar.
Nara menunduk tidak berani balas menatap si guru. Memikirkan alasan yang tepat dan logis. Tidak mungkin Nara mengatakan alasan dia tidak menerjakan RP karena Kenan.
"Saya ketiduran, Pak," dusta Nara. Pada kenyataannya Nara tidak tidur hingga pukul dua pagi karena sakit hati yang menyebabkannya insomnia.
"Kamu pikir mata pelajaran saya ini main-main?! Kamu ketiduran? Bahkan saya saja tidur pukul satu malam untuk menyiapkan materi hari ini," hardik sang guru.
Mata Nara memanas. Merasa malu dan takut di saat bersamaan. Tidak ada kata yang mampu Nara ucapkan sebagai bentuk pembelaan diri. Diam-diam ia membenci dirinya yang begitu lemah.
"Keluar kamu dari kelas saya! Tiga pertemuan ke depan kamu tidak boleh masuk. Saya anggap kamu alpa. Keluar sekarang!" Pak Anang mengusap pangkal hidungnya. Di pagi yang cerah ini emosinya tersulut karena seorang Nara.
-o0o-
Mata Nara menyorot tajam pada satu titik tepat di depan gerbang sekolah. Di sana ada Dini dan Kenan yang tengah berbincang. Dari gelagat keduanya mungkin mereka akan pulang bersama.
Mata Nara menatap penuh kemarahan pada sosok Kenan yang belum menyadari keberadaannya. Karena laki-laki itu Nara harus menerima hukuman dari Pak Anang.
"Kita ke rumah Kak Kenan dulu, nih?" tanya Dini.
"Iya. Mama minta kamu datang sekalian ambil motor kamu yang tinggal di rumah," jawab Kenan. "Tadi pagi kamu naik apa ke sekolah? Sebenarnya aku mau jemput kamu, tapi karena ada urusan di kampus nggak jadi, deh."
"Tadi pagi aku dianter Papa," jawab Dini dengan senyuman.
Obrolan Kenan dan Dini mendadak berhenti saat Nara berjalan melintasi mereka. Nara memasang wajah datar dan tidak melepaskan tatapan dari Kenan. Hingga Nara melewati keduanya tatapan tajam itu tidak kunjung padam.
"Nara kayaknya lagi marah banget," ujar Dini dengan suara pelan selepas Nara berjalan cukup jauh dari mereka.
"Harusnya aku yang marah sama dia. Nara sendiri yang minta waktu untuk bicara di taman, justru dia yang nggak datang," dumel Kenan sebal.
Tbc
Gimana sama part ini?
Yg dukung Kenan sama Nara mana suaranya???
Atau ada yg dukung Kenan sama Dini????
🛇awas ada typo🛇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top