Part 4 - Nara Putri Atalla

"Kamu yakin dia baik?" Ini pertanyaan yang sama dari Kenan untuk ke sepuluh kali. Nara baru saja selesai menceritakan sosok Barra.

Nara mengangguk semangat. "Barra baik, kok. Aku bisa jamin. Nggak mungkin Barra terpilih jadi ketua OSIS kalau dia nggak baik."

"Aku mau ketemu dia besok," ujar Kenan dengan santai. Namun sukses membuat Nara melotot.

"Nggak boleh! Kak Kenan nggak boleh ketemu sama  Barra. Bisa-bisa aku langsung putus dari Barra kalau Kakak ketemu sama dia," dumel Nara.

"Aku bakal adukan kamu punya pacar sama tante Indah," ancam Kenan.

"Jangan dong, Kak. Kalau mama tahu, otomatis papa juga bakal tahu. Kakak tahu sendiri kan kalau aku dilarang pacaran sama papa," Nara memelas dengan suara memohon.

Papa Nara itu orang yang sangat keras dan disiplin. Nara adalah purtri tunggal, membuatnya begitu dijaga oleh seluruh keluarga. Orangtua Nara bukan tanpa alasan melarang Nara untuk tidak pacaran, mereka takut Nara disakit oleh lelaki jahat.

Well, sejauh ini hanya Kenan orang dari luar keluarga yang sukses mendapat kepercayaan dari orangtua Nara untuk menjaga perempuan itu.

"Maka dari itu, atur waktu agar aku ketemu sama pacar kamu yang nggak jelas itu," suruh Kenan.

"Barra jelas kok! Dia bukan cowok nggak jelas. Aku kenal dia dari lama," sanggah Nara.

Kenan tersenyum sinis. "Kenal dari lama? Sekedar tahu nama saja itu nggak kenal namanya. Aku tahu kamu nggak akrab sama dia."

Nara cemberut. Kenan terlalu banyak tahu tentangnya.

"Kak Kenan, jangan buat aku putus dari Barra. Jangan ancem-ancem Barra kayak gebetan-gebetan aku yang lain. Kapan lagi coba aku bisa pacaran sama cowok sekece Barra? Ya, Kak?" Nara memohon.

"Aku harus ketemu dia dulu untuk memastikan dia itu cowok baik atau  nggak," Kenan tetap pada pendiriannya untuk bertemu Barra.

Ah, tidak akan Nara biarkan Kenan bertemu dengan Bara. Hubungan Nara dan Barra baru terjalin beberapa jam yang lalu. Jika Kenan turun tangan dan ikut campur, maka detik itu juga Nara dapat memastikan bahwa dirinya akan kembali menjadi jomblo.

"Kak, aku punya teman cewek yang cantik --"

"Jangan alihkan pembicaraan, Nara!" tegas Kenan.

Nara memutar bola matanya malas. Ia mengehala napas, lalu berkata, "iya! Iya! Nanti aku atur waktu Kak Kenan untuk ketemu sama Barra. Puas?"

"Besok!"

"Apa?" Nara tidak paham.

"Besok aku mau ketemu sama Barra," jelas Kenan singkat.

"Tapi, Kak," Nara tidak terima dengan keputusan sepihak Kenan.

"Besok atau tidak sama sekali!"

Fix, Kenan memang sangat sulit untuk didikte.

_o0o_

Keesokan harinya.

Dengan lesuh Nara menceritakan pada kedua temannya tentang Kenan. Tentu saja Dini dan Nisa memberikan respon terkejut. Kenan benar-benar gerak cepat untuk urusan Nara, kecepatannya melebihi cahaya dan suara.

"Apa? Kak Kenan udah tau?" pekik Dini heboh.

"Secepat itu? Wah, mata-mata Kak Kenan di sekolah ini pasti banyak," ujar Nisa dengan takjud.

Nara meletakkan kepalanya di atas meja. Ia pusing memikirkan bagaimana nanti mengajak Barra untuk bertemu Kenan. Mereka baru jadian kemarin, sangat lebay jika Nara harus mengenalkan tetangganya pada seseorang yang baru ia kenal secara pribadi beberapa jam.

Oke, Nara akui selama ini dia tidak mengenal Barra secara pribadi. Nara hanya tahu Barra adalah ketua OSIS, seperti itu saja. Rasa Nara pada Barra juga tidak jelas. Selama ini Nara hanya kagum pada Barra. Dan sepertinya saat ini juga begitu.

Entah, bagaimana perasaan Barra pada Nara. Namun jika diterka-terka, sepertinya Barra mencintai Nara secara diam-diam selama ini. Dan baru kemarin memiliki kesempatan untuk mengungkapkan rasa.

Ya, kurang-lebih begitu.

"Tadi malam lo chat sama Barra?" tanya Dini.

Nara menggeleng.

"Kalian telponan?"

Nara kembali menggeleng.

"Panggilan sayang lo sama Barra apa?"

"Lo-gue," jawab Nara kalem.

"Ini nih, yang namanya punya pacar tapi rasa jomblo," nyinyir Nisa.

"Ah, wajar kali. Mereka baru aja jadian," sanggah Dini.

"Gue nggak pernah lagi komunikasi sama Barra sejak dia nembak gue. Lagi pula gue nggak tahu nomor WA dia. Kami cuma follow-followan di IG," cerita Nara.

Nisa menggeleng tidak percaya. "Miris sekali."

"Soal Embun, gimana? Lo udah berhasil bujuk Embun atau Kak Kenan supaya mau PDKT-an?" Dini mengalihkan pembicaraan.

"Mau apaan? Embun nolak waktu gue tawarin kak Kenan. Dan parahnya lagi gue gagal untuk minta Kak Kenan PDKT-an sama Embun. Kak Kenan justru lebih tertarik masalah Barra," curhat Nara.

"Kak Kenan lebih tertarik soal Barra?" Wajah Nisa berubah serius. "Kalian pernah berpikir nggak sih kalau Kak Kenan itu sebenarnya suka sama," Nisa menggantung kalimatnya.

"Sebenarnya suka sama ... Barra?" ceplos Dini.

Nisa memukul bahu Dini yang duduk di depannya. "Dodol banget, sih!"

Dini terkekeh tanpa dosa. "Terus suka siapa dong?"

"Suka sama Nara lah!" lugas Nisa.

Sontak saja hal itu membuat Nara terkejut. "Gue?" katanya.

"Ra, lo pernah berpikir nggak kalau Kak Kenan suka sama lo? Liat dari sikap dia selama ini yang selalu berusaha ngejauhin lo dari cowok-cowok. Kalau gue tebak dia cemburu sama lo. Ditambah lagi selama ini Kak Kenan nggak pernah pacaran, padahal dia hanya tinggal pilih saja maka perempuan akan bertekuk lutut di depannya."

Otak kecil Nara mencerna setiap kalimat yang Nisa lontarkan. Nara tidak yakin. Menurutnya, Kenan tidak mungkin menyukainya. Selama ini Nara tidak pernah berpikir seperti itu.

"Tidak ada persahabatan murni antara perempuan dan laki-laki," sambung Nisa.

"Setuju!" Dini ikut-ikutan.

"Kak Kenan udah gue anggap kayak abang gue sendiri. Kami ini saudara," Nara mengungkapkan isi pikirannya.

"Itu menurut lo. Menurut Kak Kenan? Apa lo pernah tanya apa arti lo untuk dia?" tanya Nisa. Dan Nara jawab dengan gelengan.

"Ah, nggak mungkin lah Kak Kenan suka sama gue! Jangan ngaco," Nara tertawa renyah. Seketika ia canggung dengan pembahasan ini.

"Kalau benar Kak Kenan suka sama lo, bararti lo udah terlalu sering menyakiti hati dia," kata Dini.

Nara tidak paham. "Kenapa?" tanyanya.

"Pertama, lo sering buat dia cemburu dengan dekat sama cowok lain," ujar Dini.

"Kedua, lo sering jodoh-jodohin dia sama cewek lain. Coba bayangkan gimana perasaan Kak Kenan?" sambung Nisa.

"Dan yang terakhir, lo udah bikin dia patah hati karena pacaran sama Barra ."

Dan untuk pertama kalinya selama mengenal Kenan, Nara memikirkan hal ini. Apa mungkin Kenan suka padanya?

"Kak Kenan suka sama gue?" tanya Nara dengan suara pelan.

Nisa dan Dini serempak mengangguk.

Nada tertawa renyah. Tiba-tiba dia gugup. "Nggak mungkin, ah! Kalian ini ada-ada saja," kilahnya.

_o0o_

Nara memasuki kelas 11 IPA 1 dengan perasaan tidak yakin. Setengah hatinya mengatakan untuk pergi saja, namun sudut hatinya yang lain menyarankan untuk masuk. Ada hal penting yang harus Nara sampaikan pada Barra, perihal Kenan yang ingin bertemu dengan Barra.

"Lho, Nara. Lo ngapain di sini?"

Segerombolan siswa perempuan penghuni 11 IPA 1 datang. Terdiri dari lima orang, sepertinya mereka baru kembali dari kantin.

Nara menatap murid-murid yang terkenal pintar itu dengan pandangan bingung. Semua murid 11 IPA 1 memang terkenal dengan kejeniusannya, mereka kesayangan semua guru tanpa terkecuali.

"Gue mau ketemu Barra," Nara menjawab pertanyaan dari murid yang bertanya tadi, Anggun.

Anggun mengangkat satu alisnya. "Ada urusan apa?"

Nara semakin bingung. Apa harus dia mengatakan kedatangannya kemari untuk bertemu pacar dan ingin mengatakan sesuatu?

Jangan-jangan teman satu kelas Barra belum mengetahui mereka pacaran, mengingat Barra dan Nara baru saja jadian.

"Ada urusan apa?" kali ini yang bertanya adalah murid yang bernama Wiwid.

"Nara, lo ada di sini. Baru aja gue mau ke kelas lo."

Dan suara Barra menyelamatkan Nara dari kegalauan tentang pertanyaan-pertanyaan tidak penting.

Tbc

Makasih udah mampir 😊😊

Masih mau lanjut???

🚫 Awas ada typo ya 🛇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top