Part 3 - Pacar baru Nara

"Lo ditembak sama ketua OSIS kita yang super kece itu?"

"Yang pintarnya ngalahin profesor matematika?"

"Yang IQ-nya di atas langit?"

"Yang kalau BAB dia bakal tetap keliatan ganteng?"

Nara mengangguk semangat menjawab semua pertanya teman-temannya. "Iya! Iya, ketua OSIS yang itu!"

"Terus lo jawab apa? Jangan bilang lo tolak?! Kalau memang lo nggak mau, kasih ke gue. Gue siap menampung cogan macam Barra, si ketua OSIS bule ," cercah Dini panjang lebar. Jiwa  jomblonya berontak.

"Lo terima?" tanya Nisa penasaran.

"Ya, gue terima lah!" pekik Nara kegirangan.

"Serius?!" Dini dan Nisa terkejut bukan main.

"Iya! Tapi jangan bilang siapa-siapa. Gue takut kalau kabar ini sampai ke telinga kak Kenan. Kalian tau sendiri dia punya banyak teman di sekolah ini. Kak Kenan kan orangnya sok asik, semua orang dijadikan teman yang ujung-ujungnya jadi mata-mata," Nara menjadi kesal sendiri jika mengingat betapa Kenan sangat berlebihan padanya.

"Aman! Aman! Lo bakal tambah hits karena pacaran sama Barra. Ya ampun, kok Barra bisa suka sama lo?" Dini masih tidak parcaya.

"Mana gue tau. Maklum aja sih, gue kan cantik. Waktu tadi dia nembak gue, langsung aja gue jawab iya tanpa berpikir dua kali. Habis itu Barra cuma senyum terus bilang gini," Nara berhenti bercerita sebentar.

Dini dan Nisa semakin serius mendengarkan. Sementra Nara memasang ekpresi wajah yang mirip dengan Bara saat mengungkapkan cinta padanya.

"Sekarang masuk kelas dan belajar yang rajin," ujar Nara dengan nada lembut. "Dia bilang gitu, habis itu Barra elus kepala gue dengan lembut dan penuh cinta."

"Aaaaaaah," Dini dan Nisa berteriak histeris. Merasa baper dengan cerita Nara.

"Meleleh adek, Bang," ungkap Dini.

"Gue juga mau dong digituin sama Yuda." Dan Nisa berharap pacarnya akan melakukan hal yang sama.

"Tapi sekarang masalahnya, gimana caranya supaya status gue nggak keendus sama kak Kenan yang over melebihi orangtua gue sendiri," wajah Nara berubah serius.

"Carikan pacar buat tetangga lo itu," saran Nisa.

"Udah gue pikirkan dari dulu. Tapi gue nggak ketemu cewek yang cocok buat kak Kenan," desah Nara frustasi.

"Gue aja," tawar Dini dengan senyuman mengembang lebar, selebar jidat kepala sekolah mereka.

"Biar pun kak Kenan nyebelin, tapi gue nggak bakal mau ngejodohin kak Kenan sama lo," protes Nara.

Dini angkat satu alisnya. "Kenapa?"

"Lo si otak mesum. Otak kak Kenan yang rusak, bisa makin rusak karena lo," cibir Nara.

"Otak gue boleh Jepang, tapi hati gue Mekah," Dini tertawa sendiri atas lawakannya yang receh. Disambut tawa Nisa, dan Nara mendelik kesal.

"Serius, ih! Kasih gue ide. Siapa kira-kira yang cocok untuk kak Kenan supaya dia berhenti ngerecokin gue."

Dini dan Nisa saling lirik. Memikirkan siapa yang cocok untuk dicomblangkan dengan Kenan.

"Gimana kalau Embun anak kelas sebelah. Dia pintar, baik dan ramah juga. Cocok deh kayaknya sama Kenan yang tampan," saran Dini.

Nara tampak berpikir. Hmmm, Embun?

Embun, si anak kelas 11 IPS 2 yang memang cukup terkenal dikalangan laki-laki. Gadis kelas 11 SMA itu pintar dan baik. Image buruk tidak pernah melekat pada dirinya. Dan yang terpenting Embun cantik untuk ukuran perempuan Indonesia, bisa mengimbangi ketampanan Kenan.

"Hmmm, Embun," Nara  tersenyum penuh arti.

_o0o_

"Embun," panggil Nara. Langkahnya bergerak setengah berlari menghampiri perempuan itu.

Embun yang akan memasuki kantin berhenti, ia  menoleh. "Eh, Nara. Kenapa?"

"Tadi gue nyariin lo ke kelas, kata teman-teman lo, lo ada di sini. Bicara bentar yuk sama gue," ajak Nara. Ia tarik tangan Embun untuk memasuki kantin.

"Silahkan duduk," Nara mempersembahkan kursi kantin yang ditariknya sendiri untuk Embun.

Embun menatap penuh tanya pada Nara. Sikap Nara terlihat aneh di mata Embun. Harus Embun akui Nara memang temannya. Namun mereka tidak seakrab itu sehingga harus makan bersama. Nara dan Embun hanya sekedar mengenal saja sebagai teman satu angkatan.

"Gue dengar lo baru putus," ungkap Nara to the point.

Dan Embun mulai risih. Nara memasuki area pribadinya. "Ya, gue putus dari Doni sekitar dua minggu yang lalu."

"Doni udah dapat gandengan baru, lho. Padahal kalian baru putus dua minggu," Nara semakin melancarkan aksinya.

"Gue tau. Biar sajalah, gue nggak peduli," respon Embun dengan nada santai

"Lo mau nggak gue jodohkan sama abang gue?" tawar Nara.

"Untuk sekarang gue lagi nggak mau ngurusin masalah cowok dulu," tolaknya.

Nara tidak habis akal. Dia harus mendapatkan Embun untuk Kenan.

"Abang gue ini baik. Belum pernah pacaran. Namanya Kenan."

Nara menyodorkan ponselnya pada Embun, pada wallpaper lockscreen ada foto selfi dirinya dan Kenan. "Ini orangnya. Ganteng, kan?"

"Ganteng, sih. Tapi --" Embun masih tampak ragu.

"Hitung-hitung ini untuk bikin mantan lo cemburu. Chat gue kalau lo berubah pikiran. Kita saling follow di IG, kan? Lo tinggal DM gue," Nara tersenyum penuh maksud.

"Ingat, chat gue kalau lo tertarik sama abang gue," ujar Nara sambil bangun dari duduknya.

"Chat gue, oke?" Nara masih berusaha mempengaruhi Embun.

"Abang gue ini ganteng. Dia spesies langkah," tambah Nara.

"Nanti gue pikirkan lagi," Embun masih belum memberikan jawaban yang sesuai dengan harapan Nara.

"Oke, gue tunggu kabar dari lo. Gue ke  kelas duluan kalau begitu," pamit Nara sambil berlalu pergi. Dalam hati Nara berharap semoga Embun menerima tawarannya, agar Kenan yang katanya tampan tidak lagi jomblo.

_o0o_

"Kak Kenan yang ganteng, tetanggamu datang." Nara memasuki rumah milik keluarga Kenan seenak jidatnya

"Tante Arum, kak Kenan mana?" tanya Nara ketika sampai di ruang tamu. Ia mendapati ibu Kenan sedang membaca majalah fashion.

"Nara, untung kamu datang. Sini deh, Tante mau kasih liat ke kamu model fashion terbaru keluaran artis ternama. Tante bingung harus beli yang mana. Bagusan model ini atau ini, ya?" Tante Arum heboh sendiri dengan majalahnya.

Nara tanpa pamit mengambil langkah seribu untuk lari ke teras belakang. Nara tidak ingin telinganya panas mendengarkan cerita tante Arum yang sama sekali bukan gaya ghibah Nara.

"Nara! Ih, dasar anak itu. Sama aja kayak Kenan, nggak ngerti fashion," sekilas Nara mendengar dumelan tante Arum.

"Kak Kenan." Nara menghampiri Kenan yang duduk di kursi teras belakang. Laki-laki itu asik membaca buku tebal yang tidak ingin Nara tahu judulnya.

"Kak Ken, aku punya teman cantik, lho," ujar Nara sambil duduk di kursi teras yang kosong.

Kenan melirik sekilas. Namun tidak merespon.

"Dia baik, ramah juga. Cantik sih, tapi masih cantikan aku," Nara tersenyum indah.

Kenan masih diam.

"Kak Ken, kok diam aja sih?! Respon dong. Kak Kenan, mau kenalan sama dia?"

"Woi?!" pekik Nara memanggil Kenan. Sial! Nara dikacangin

"Kenan Mahardika," panggil Nara sebal.

"Siapa pacar baru kamu itu?!" suara Kenan terdengar dingin, mengalun dengan cepat dan menusuk telinga. Membuat bulu kuduk merinding. Seketika suara horror.

Mampus! Kenan tahu ternyata.

Tbc

Karena cerita ini seloww, sungguh selowwww 😁

Akhirnya part 3 bisa up juga,
Suka gk??? Suka dongsss hihihi

Makasih udah mampir 😊😊😊

⚠awas ada typo⚠

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top