Part 25 - Sikapmu aneh
Kita diciptakan sempurna, seperti kaki kiri dan kanan yang saling menyelaraskan.
---
"Hoaaaaam."
Nara mengawali pagi dengan menguap lebar. Rambut singa khas orang bangun tidur menjadi pelengkap penampilannya. Dengan wajah kusut Nara memasuki ruang makan keluarga Kenan. Sudahlah menumpang, terlambat bangun pula.
Nara menarik kursi untuk ia duduki tepat di sisi Kenan. Jika Nara tampak berantakan dengan piyama tidurnya, Kenan sudah terlihat tampan dengan kaos putih dan celana potong pendek. Laki-laki itu sudah mandi pagi sekali pun ini hari minggu.
"Pagi, Nara," sapa Ayah Kenan, Mario namanya. Mario baru saja tiba subuh tadi dari tugas luar kota.
"Pagi, Om Ganteng. Kapan sampai, Om? Oleh-oleh buat Nara ada, nggak? Kenapa pulangnya lama banget sih, Om? Nara kangen tau. Selama Om nggak ada Nara sering dijahatin sama Kak Kenan. Dia --"
Kata-kata Nara terhenti, sepotong roti tawar masuk ke dalam mulutnya dengan tidak elegan. Kenan si pelaku pemasukan roti tersebut.
"Kunyah!" titah Kenan.
Nara mengunyah.
"Telan!"
Nara mengikut saja, ia kunyah lalu telan. Uh, enak.
"Lihat kan, Om. Aku dianiaya," adu Nara begitu roti tersebut telah mendarat cantik di dalam perutnya.
"Kenan, kamu jangan begitu sama Nara. Perlakukan Nara dengan baik, dia itu bagian dari keluarga kita."
Nara tersenyum lebar karena secara langsung ia dibela oleh Mario. Ya, Mario begitu menyayangi Nara seperti putrinya sendiri. Nara bahkan merasa bahwa ayahnya ada dua di muka bumi ini, ayahnya sendiri dan ayah Kenan. Ayahnya yang super disiplin, sementara ayah Kenan lebih kalem.
"Anak Papa itu aku atau Nara, sih?" dengus Kenan sebal.
Nara memeletkan lidah pada Kenan. "Jangan iri!"
"Jangan banyak komentar. Kamu --" kali ini Kenan yang terdiam. Tiba-tiba Kenan teringat petuah dari sang sahabat sejati, Yogi. Memorinya merangkai kata-kata yang Yuda katakan.
"Jadilah pria romantis yang manis! Bersikap lembut dan perlakukan cewek yang lo suka selembut sutra. Anggap dia kaca tipis yang mudah pecah jadi harus diperlakukan dengan hati-hati," kata Yogi kala Kenan meminta saran mengenai cinta.
"Nara, ayo dimakan nasi gorengnya. Kamu mau ayam goreng juga? Atau mau minum susu dulu? Susu bangus untuk pertumbuhan bocah kayak kamu. Biar kamunya nggak pendek kayak-- emm, maksud aku biar kamu cepat tinggi," Kenan mengakhiri kalimatnya dengan senyuman lugu.
Mata Nara berkedip-kedip beberapa kali. Nara merasa aneh dengan perubah sikap Kenan yang lembut. Oke, Nara akui selama ini Kenan sangat baik padanya. Tapi bukan baik dalam arti bersikap manis seperti ini. Malah laki-laki itu sering menghina sampai Nara rasanya ingin memutilasi Kenan.
Kenan masih tersenyum lebar dan polos tepat di depan mata Nara. Membuat Nara merasa merinding. Mungkin karena efek mereka baru saja berbaikan jadi Kenan bersikap sok perhatian begini.
"Buruan di jawab dong. Bibir aku pegal nih senyum terus," ungkap Kenan dengan suara pelan ditemani senyuman.
"Aku mau-- mandi dulu, deh." Buru-buru Nara bangun dari duduknya. Berlari kecil menuju kamarnya sendiri.
"Merinding gue," bisik Nara pada dirinya sendiri.
Senyuman Kenan langsung luntur begitu Nara tidak terlihat lagi. Lagi-lagi respons Nara tidak sesuai dengan apa yang Yogi jelaskan.
"Gue jamin milyaran persen! Cewek yang lo taksir bakal klepek-klepek sama lo. Dia pasti langsung minta di bawa ke KUA."
Kenan terngiang-ngiang penjelasan dari Yogi. Nara nggak minta di bawa ke KUA tuh! Wah, sesat nih ajaran si Yuda, batinnya.
Sudah tahu sesat masih juga menurut. Dasar Kenan!
"Kenan, jangan ngelamun kamu! Mikirin apa, sih? Serius banget kayak mikirin masalah rumah tangga," tegur Mario pada sang putra.
"Kenan lagi pusing mikirin ayam duluan atau telur dulu, Pa," jawab Kenan asal. Kenan lahap sarapan paginya dengan mimik wajah kecut.
"Ngaco kamu! Kelamaan jomblo, sih. Cari pacar sana!"
Kenan merasa tertampar sebagai seorang jomblo.
-o0o-
Nara sudah selesai mandi. Sudah cantik. Sudah wangi. Sudah waw. Dan sudah-sudah lainnya. Nara merasa sangat cantik saat ini, seolah dia adalah pemenang ratu sejagat.
Dengan penuh percaya diri Nara keluar dari kamar. Tebak ke mana Nara akan pergi hari ini? Iya, betul sekali! Nara akan pergi pacaran dengan Barra.
"Mau ke mana kamu?" Kenan berdiri depan pintu kamarnya sendiri dengan tubuh bertumpuh pada pinggir pintu. Kenan memasang wajah penuh selidik.
"Ada deeeh," Nara tersenyum semakin lebar.
"Kamu mau pergi pacaran, kan?! Nggak boleh! Masuk kamar sana! Belajar! Baca buku! Sebentar lagi kamu bakal ujian kenaikan kelas. Sebentar lagi kamu kelas dua belas, bukannya belajar malah asik pacaran."
Tolong ingatkan Nara kalau Kenan ini tetangganya, bukan ayahnya. Aih, gaya bicara Kenan sudah seperti pria berumur lima puluhan.
"Siap, Bos! Saya akan belajar keras dan bekerja keras untuk masa depan yang lebih cerah," lugas Nara penuh keyakinan.
"Bagus! Kalau begitu sekarang --"
"Tapi besok belajarnyaaa," Nara memotong perkataan Kenan dengan nada menyebalkan. Ia terkekeh senang dan kembali melangkah.
Namun baru saja Nara memulai langkahnya sebanyak tiga kali, kerah belakang bajunya ditarik oleh Kenan. Laki-laki itu menarik paksa seolah Nara adalah kambing peliharaan.
"Ma, Nara mau belajar masak katanya!" teriakan Kenan memenuhi sudut rumah.
Gagal sudah rencana Nara untuk pergi pacaran bersama Barra.
Kini Nara benar-benar berakhir di dapur rumah Kenan. Ibu Kenan tersenyum senang, pasalnya sejak beberapa hari menginap Nara tidak pernah membantu urusan dapur.
Arum memahami jiwa anak muda sebagai seorang ibu, Arum paham bahwa Nara generasi masa kini yang tidak tertarik untuk urusan memasak. Maka dari itu ibu Kenan tidak mempermasalahkan keabsenan Nara yang tidak membantunya di dapur.
"Nah ginikan kamu keliatan cantik. Daripada keluyuran nggak jelas lebih baik belajar masak. Iya kan, Ma?"
Arum mengangguk mengiyakan perkataan sang putra.
Nara mengiris bawang dengan bibir maju beberapa senti. Pisau dapur beradu keras dengan papan pemotong. Tak, tak, tak, seperti itu bunyinya. Pakaian cantik Nara sudah leyap berganti dengan celana olahraga dan kaos.
"Jadi perempuan itu harus serba bisa, Sayang. Nantinya kamu akan menjadi seorang ibu yang mau tidak mau harus memasak untuk keluarga. Maka dari itu belajar mulai dari sekarang. Kamu mau di masa depan kena omel sama mertua karena nggak bisa masak kayak film India yang sering Tante tonton?" cercah Arum sambil melumuri ikan dengan dengan jeruk nipis agar tidak amis.
"Contoh kecilnya saja Tante. Suka fashion, film India, suka make up, tapi urusan rumah selalu beres," tambah Arum.
"Kan nanti ada pembantu yang masakin," balas Nara.
"Bebal banget kamu dibilangin. Pantas Kenan khawatir terus sama kamu," Arum geleng-geleng kepala.
Nara melirik Kenan. "Kak Kenan khawatir sama aku?"
Kenan yang mengawasi dari pintu dapur menggaruk tengkuknya canggung. "Iya lah khawatir! Kamu kan dititipkan Om Rudi sama aku! Kamu tanggungjawab aku."
"Oh!" sahut Nara cuek. Dia kira Kenan khawatir karena memang hal itu berasal dari dalam diri Kenan.
"Dan aku khawatir karena kamu memang Nara."
"Apa?" Nara merespons dengan kening berkerut. "Gue memang Nara, memanggnya siapa lagi?" cibir Nara.
Dan Nara tidak paham maksud yang ingin Kenan sampaikan. Sementara Kenan memilih untuk membiarnya mengambang di sana, tidak jelas.
"Kenan ke ruang TV mau nonton sama Papa. Kalau ikan goreng cabai hijaunya udah masak panggil Kenan," beritahu Kenan sebelum berlalu dari sana.
-o0o-
"Lho, Kak Kenan di mana, Om?" Nara bertanya dengan nada heran. Hanya ada ayah Kenan di ruang TV sementara Kenan tidak terlihat batang hidungnya.
"Tadi pergi keluar. Kata Kenan, dia ke depan komplek jemput temannya yang mau main ke sini," jelas Mario. "Ikannya udah masak?
"Belum, Om. Nara mau minta temanin sama Kak Kenan ke minimarket depan komplek buat beli garam. Eh, yang dicari malah nggak ada. Terpaksa deh beli sendiri, udah kayak jomblo aja aku," dengus Nara.
Mario tertawa ringan. "Lah, kamu kan memang jomblo."
"Ih, Om ketinggalan berita nih. Om nggak tahu kan kalau aku udak taken?" Dengan penuh rasa bangga Nara berujar.
"Masa? Itu artinya hanya tinggal anak Om dong yang jomblo. Wah, Om harus cepat-cepat carikan pacar untuk Kenan nih biar nggak kalah sama anak tetangga."
Entah mengapa Nara tidak suka mendengar argumen Mario yang satu ini.
Tbc
Awas ada typo 😊
Makasih udah mampir, awas ada typo :)
Aku pengen up dua part, tapi mau liat responnya dulu 👉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top