|2| I love you Son

Isakan kecil terdengar dari depan pintu kamar. Ia ingat saat itu ia baru saja kembali dari Afghanistan dan hubungan mereka berdua masih sangat canggung. Tony tampak hanya berdiri didepan pintu, tidak begitu tahu apa yang harus ia lakukan.

"Jarvis?"

"Ada yang bisa saya bantu Sir?"

"Apakah Peter baik-baik saja?"

"...saya baru mengukur suhunya lagi  Tiga puluh sembilan derajat, dan ia merasa pusing sir. Tuan muda sudah mulai sakit sejak anda pergi dari Afghanistan."

Sebelumnya ia bahkan tidak peduli asalkan ada seseorang yang menjaga Peter. Setidaknya Jarvis. Namun, kali ini ia segera berjalan masuk kearah kamar dan mengetuknya pelan.

"Pete? Buddy?"

Tidak ada jawaban. Dan suara isakan itu tertahankan. Ia membuka pintu perlahan dan tampak melihat anak itu menyelimuti semua tubuhnya dengan selimut, tampak menangis namun menutupi mulutnya.

"Peter, kau tidak apa?"

"Maaf karena membangunkanmu daddy, aku sudah meminta Mr. Jarvis untuk tidak memberitahukanmu," Peter masih cukup tertutup dan takut pada Tony. Ia tidak menyalahkannya, karena ia masih canggung dengan anak itu meski mereka berdua berhubungan menjadi sangat baik sejak ia pulang dari Afghanistan.

"Kau sakit buddy?" Tony berjalan mendekat dan menempelkan tangannya pada dahi Peter. Panas, dan ia bahkan bisa merasakannya sebelum tangannya menyentuh dahi Peter, "Peter, badanmu panas sekali. Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"

"Daddy sedang sibuk... aku tidak ingin mengganggu daddy," Peter menggeleng dan kembali menyelimuti wajahnya.

"Sudah kukatakan bukan? Kau bisa mengatakan apapun padaku mulai sekarang. Bahkan saat pertemuan dengan Presidenpun aku akan meninggalkannya jika itu menyangkutmu," Tony tampak berbicara dengan nada tegas dan yakin.

"Aunt Pepper akan marah padamu daddy, kau tidak bisa meninggalkan Mr. Presiden!" Peter tertawa pelan dan menggeleng. Tony tertawa, cukup senang melihat bagaimana anaknya tampak sedikit terhibur. Namun, ia kembali meringis dan tampak sedikit terisak karena itu.

"Kepalamu sakit buddy?"

Peter mengangguk.

"Aku merasa tidak enak badan daddy..."

"Kita pergi ke dokter? Atau kupanggilkan dokter kemari?"

Kali ini ia menggeleng pelan. Dan itu cukup membuatnya bingung.

"Apa yang kau inginkan buddy?"

...

"Apakah daddy janji tidak akan marah?"

"Tentu," Tony mengangguk, dan Peter tampak diam sejenak, namun ia bergerak dan memeluk erat Tony. Ia membenamkan wajahnya pada tubuh Tony dan tidak bergerak, "buddy?"

"Ini cukup," Peter tertawa pelan dan tampak menghela napas, "aku hanya ingin daddy disini..."

"Yakin? Bagaimana dengan obat?"

"Tidaaak, obat itu selalu pahit! Aunt Pepper selalu memaksaku untuk meminumnya," Peter menjulurkan lidahnya dan tampak menggeleng cepat. Tony hanya tertawa, dan ia tampak diam begitu juga dengan Peter, "daddy?"

"Hm?"

"I love you..."

Namun saat itu ia tidak bisa menjawabnya...

.
.

"Dad...?"

Semuanya menjadi kacau. Thanos menghilang setelah Strange terpaksa memberikan Time Stone padanya untuk menyelamatkan nyawanya. Dan beberapa saat setelah itu, satu per satu orang-orang di planet Titan menghilang, berubah menjadi abu. Hanya ada dirinya, alien biru, dan Peter. Untuk sekarang.

"Pete? Buddy?"

"Dad... I--I don't feel so good..." Tony membulatkan matanya. Ia mempelajari bagaimana cara kerja dari kekuatan Peter. Ia tahu jika Peter bisa merasakan sesuatu akan terjadi.

Tidak... tidak... ia akan baik-baik saja.
Ia tidak akan mungkin menghilang...

"Tenang buddy, kau akan baik-baik saja," entah ia sedang berusaha untuk menenangkan Peter atau dirinya. Ia bisa melihat berapa butiran debu yang mulai tampak berterbangan. Tidak... itu adalah bagian dari Peter. Anaknya. Sebagian jiwanya, dan ia tidak bisa melakukan apapun untuk membuatnya lebih baik.

"Dad I don't know what's happening..."

"Aku menangkapmu buddy," ia mendekap tubuh itu, saat Peter memeluknya dengan erat. Ia selalu ingat bagaimana setiap saat ketika Peter sakit, ia akan selalu memeluknya. Ia selalu mengatakan jika itu membuatnya merasa lebih baik, "kau akan baik-baik saja... kau tidak akan apa-apa..."

"Am I going to die? D--dad...?"

Isakan terdengar dari mulut pemuda itu, selalu mengingatkannya bagaimana ia terlihat sangat ringkih seperti dulu ketika ia selalu menemaninya saat ia tidur dan sakit.

'Oh god... please not him...'

"Dad... I don't wanna go... please... I don't wanna go... dad... daddy..."

Ia bahkan tidak bisa mengatakan apapun lagi, atau Peter akan bisa mendengar suaranya gemetar. Ia mendekap sangat erat anak lelakinya, seolah itu bisa menghentikan takdir yang akan benar-benar mengambil kembali sesuatu yang berharga untuknya. Sesuatu yang akan ia lindungi dengan konsekuensi apapun bahkan nyawanya.

Namun, takdir berkata lain. Perlahan tubuh itu tampak melebur menjadi debu, hingga bahkan ia tidak bisa mendekap tubuh mungil itu, hingga tubuh itu terhempas di depannya tanpa bisa ia genggam kembali.

"I'm sorry... dad."

.
.

Semenjak Civil War, orang yang bisa ia anggap sebagai teman hanyalah Pepper, Rhodey, Happy, dan Vision meski ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan Wanda. Ia langsung mengetahui saat Thanos berhasil menghilangkan sebagian penduduk galaxi, itu artinya Vision sudah tewas dengan Soul Stone yang dilepas dari tubuhnya.

Dan dengan bantuan Nebula, alien biru yang juga anak angkat Thanos, mereka kembali ke bumi dan langsung menuju kearah menara Stark.

"Beristirahatlah, kau bisa memakai kamar manapun. Namamu tadi... Nebula?"

"Terima kasih. Aku minta maaf karena tidak bisa melakukan apapun pada anakmu," napasnya tercekat, ia tidak menjawab perkataan Nebula dan hanya mengangguk. Ia bisa melihat debu yang ada di tangannya. Tidak. Ini bukan debu. Ini adalah serpihan dari Peter yang bisa ia bawa.

"Tony!"

Suara itu membuatnya segera menoleh dan menemukan Pepper sahabatnya disana. Gadis itu memang mantan kekasihnya, namun setelah memutuskan hubungan mereka lebih terlihat seperti saudara dan sahabat baik.

"Oh god, syukurlah kau baik-baik saja," Pepper segera menerjangnya dengan pelukan, "Happy menghilang, aku tidak tahu apa yang terjadi..."

"Maaf Pep, aku harus menghubungi yang lain," Tony tampak membalas pelukan Pepper sejenak sebelum melepaskannya karena handphonenya berbunyi dan tampak nama Bruce disana, "Brucey?"

"Tony! Oh god untung saja kau baik-baik saja," Bruce berada di sebuah tempat yang terlihat asing di matanya, "aku dan yang lainnya berada di Wakanda. Kau sudah kembali ke menara Stark?"

"Ya, bisakah kalian kesini? Kita bicarakan disini tentang apa yang terjadi," Tony memijat batang hidungnya, "dan kalian yang kumaksud termasuk Rogers dan juga yang lainnya."

...

"Baiklah," Bruce menatap teman dekatnya itu, "kau tidak apa Tony?"

"Aku... tidak apa. Aku akan menunggu kalian," dan setelah itu, ia mematikan sambungan dan duduk di sofanya.

"Tony, kau tidak apa?"

"Kenapa semua orang menanyakan itu?" Ia tertawa miris dan tampak tidak bisa menyembunyikan suaranya yang bergetar, "aku membutuhkan waktu 8 tahun untuk bisa bersama dengan anakku lagi. Dan sekarang, hanya karena satu jentikan jari aku kehilangannya lagi!"

"Tony?"

"Ia menghilang Pep," Tony hanya tertawa miris. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutup wajahnya, "Peter menghilang di dekapanku dan aku tidak bisa melakukan apapun..."

"Oh Tony," Pepper tampak menutup mulutnya, ia hanya bisa diam dan memeluk sahabatnya itu dengan erat, ikut menangis bersama dengannya saat ia bisa melihat Tony tidak bisa menitikkan sedikitpun air mata. Peter sudah ia anggap sebagai keponakannya sendiri, dan ia ikut bersedih untuk itu.

.
.

"Daddy?"

Anak kecil itu tampak berjalan dan mengintip dari sudut ruangan. Tony menatap anak sematawayangnya itu sambil mencoba mengobati luka yang ia dapatkan dari Afghanistan. Rhodey membantunya begitu juga dengan Pepper.

"Bolehkah aku masuk?"

"Tentu buddy," Tony mengangguk dan menggesturkan tangannya agar anak itu mendekatinya. Dan Peter tampak tersenyum lebar sambil mengangguk dan berjalan mendekati Tony. Ia duduk manis disamping ayahnya dan memperhatikan benda bercahaya biru yang ada di dada Tony.

"Daddy?"

"Hm?"

"Apakah itu sakit?" Tony menoleh kearah Peter yang menatap Arc Reactor baru yang ia sempurnakan di lab-nya itu.

"Apakah kau takut?"

"Aku hanya takut kalau kau merasa sakit daddy," ia mendekat dan menyentuh pelan arc reactor yang bersinar biru itu, "did it hurt?"

"Tidak," ia sedikit berbohong, tentu ia belum terbiasa dengan 'jantung' barunya itu. Rasa sakit dan tidak nyaman ia rasakan sejak pertama kali Yinsen menanamkan benda ini pada jantungnya, "tidak buruk."

Tetapi, wajah Peter menunjukkan jika ia tidak percaya, dan bibirnya menekuk ke bawah tanda ia tidak suka dengan kebohongan ayahnya.

"Jangan memaksakan dirimu terlalu berat daddy," ia menunduk dan memainkan jemari kecilnya, "aku tidak akan meminta apapun, aku hanya ingin kau tidak terluka atau merasa sakit."

"Tenang saja," Tony menepuk kepala Peter dan menghela napas, "aku tidak apa-apa. Aku berjanji."

"Benar?"

"Ya buddy," Tony mengangguk dan Peter menjawab anggukan itu dengan senyuman lebarnya. Ia menautkan kelingkingnya dengan kelingking Tony.

.
.

"Kau yang membuatku berjanji untuk tidak terluka dan memaksakan diriku. Dan sekarang, yang aku lihat hanya kau yang secara sembrono mencoba untuk menghentikan mereka hingga hampir mencelakakanmu dan semua orang!" Tony mendapatkan laporan tentang bagaimana Peter mengejar penjahat hingga hampir membuat sebuah perahu terbelah menjadi dua dan membunuh semua orang disana, "thanks to you for that."

"Terima kasih untukku?! Aku mencoba untuk memberitahumu! Tetapi kau tidak pernah mendengarkanku! Bahkan kau sama sekali tidak pernah mau untuk berbicara denganku sejak Civil War berakhir! Kau tidak pernah peduli lagi padaku dad!" Peter tampak meninggikan suaranya dan menatap Iron Man didepannya, "bahkan jika kau peduli padaku, kau akan berada disini ketimbang hanya mengirim seragam Iron Manmu."

Dan itu adalah kesalahan fatal untuk Peter. Saat seragam itu membuka, Tony tampak keluar dari pakaiannya dan menatap Peter.

"Aku selalu mendengar perkataanmu Pete. Menurutmu siapa yang memanggil FBI? Apakah kau tahu semua orang menganggapku gila karena merekrut anak berusia 15 tahun? Dan aku tidak akan membayangkan jika mereka tahu jika aku membiarkan ANAKKU, bertarung dan menantang bahaya," Peter tampak mundur namun tetap menatap pada ayahnya, "maaf jika aku memang bukan ayah yang baik untukmu, tetapi aku melakukan semuanya untukmu. Bagaimana jika ada seseorang yang mati ketika kau melakukan semua ini? Itu semua akan menjadi bebanmu. Dan jika kau yang tewas," Tony tampak menggelengkan kepalanya frustasi, "itu akan menjadi kesalahanku."

"Aku tahu apa yang kulakukan ini salah dad," ia tampak berbisik dan menatap kearah ayahnya, "tetapi apakah salah jika aku ingin seperti ayahku? Sepertimu? Apakah salah seorang anak ingin menjadi seperti orang tuanya?"

"Dan setiap orang tua, yang bahkan buruk sepertiku akan menginginkan anaknya menjadi lebih baik kau tahu?"

.
.

"Clint mengatakan butuh waktu 1 tahun lamanya untuk bisa mencapai titik dimana Kapten Marvel berada."

"Satu tahun?! Kau bercanda? Kita butuh waktu lebih banyak daripada itu! Thanos bisa saja mencoba untuk mengacaukan dunia dengan cara lainnya!"

"Mereka semua yang menghilang menunggu kita untuk membalaskan mereka semua. Satu tahun adalah waktu yang terlalu lama. Apakah tidak ada cara lainnya?"

Semua orang yang selamat berada di menara Stark menunggu kedatangan dari Clint juga sedang melacak keberadaan dari Scott. Semua orang berargumen, terpecah menjadi dua bagian dimana salah satunya memilih untuk menunggu bantuan selama 1 tahun lamanya dan yang lain mencoba untuk langsung melawan Thanos setelah melacak keberadaannya. Yang artinya itu adalah misi bunuh diri.

Sementara yang lain berargumen, Tony memilih untuk diam duduk disamping Rhodey. Telinganya terpasang earphone yang sedikit mengalihkan semua yang terdengar dari luar.

"Dad, aku membantu nenek tua di tepi jalan untuk menyebrang. Dan ia memberikanku churros yang sangat enak! Aku akan membelikannya untukmu lain kali."

"Akhirnya aku menemukan pemilik sepeda yang tadi aku amankan dari pencurian. Dan aku memberikan anak itu sebuah gembok yang kuat agar sepeda itu tidak dicuri lagi."

"Tadi aku juga menolong anak kucing yang terjebak diatas pohon."

"Tones."

Suara Rhodey tampak membuatnya berpaling dari lamunan dimana semua orang juga menatapnya. Sepertinya ia terlalu larut dalam pesan suara yang ditinggalkan oleh Peter. Ia memang selalu mendengarkannya setiap kali Peter mengirimkannya, namun ia tidak pernah mengatakannya pada Peter.

"Bagaimana denganmu Stark?" Thor menoleh pada Tony yang menegakkan posisi duduknya.

"Aku akan memilih jalan teraman. Meski itu artinya aku harus berada dalam satu tim dengan Rogers," Tony menunjuk kearah Steve yang kali ini memilih untuk menunggu hingga Kapten Marvel muncul dan membantu mereka.

"Kau bercanda?!" Ia menoleh pada seekor rakun yang bisa berbicara. Jika ia tidak salah, Thor memperkenalkannya sebagai kelinci walau ia tidak tahu kenapa. Dan Nebula menjelaskan jika ia berada dalam satu tim dengan Peter Quill dan juga semua orang di planet Titan saat itu, "aku tidak akan bisa menunggu 1 tahun lamanya! Aku kehilangan semua teman-temanku, aku kehilangan keluargaku--orang yang sudah kuanggap sebagai anakku sendiri!"

Tony menyerengit saat mendengar perkataan itu, napasnya tampak perlahan memburu namun ia mencoba untuk mengontrolnya dan tidak mengatakan apapun.

"Maksudku, kau bahkan tidak kehilangan siapapun bukan? Ia tidak akan melakukan apapun untuk menyelamatkan teman-temanku--dan seseorang yang sudah kuanggap anakku sendiri. Aku bisa melihat ia tidak akan peduli dengan semua ini, ia tidak akan mau melakukan apapun!"

"Rocket," Nebula yang memperingatkan, dan yang mengerti adalah Rhodey yang segera menoleh pada Tony. Pria itu sudah memegangi dadanya, dan keringat dingin serta napasnya semakin tidak karuan.

"Ia baru akan menginjak usia 17 tahun..."

'Berjanjilah padaku untuk tidak memaksakan dirimu hingga kau terluka daddy...'


"Ia bahkan seharusnya tetap berada didalam bus dan pergi dengan teman-temannya ketimbang berada di pesawat ruang angkasa itu..."

'D...dad... I don't feel so good...'

"Tony, jangan katakan--" Rhodey yang tidak mengetahui tentang Peter yang menghilang menyadari hal itu. Ia membulatkan matanya dan tampak menatap Tony, "oh god..."

"Aku hanya bisa menghabiskan waktuku sebagai ayah selama 6 tahun hidupnya. Hell, ia bahkan hanya hidup bersama denganku selama 4 tahun dan aku tidak pernah menjadi ayah yang baik untuknya," Tony tertawa--menertawai dirinya sendiri, "ia berada di dekapanku. Aku mencoba untuk mendekapnya sangat erat, berharap Tuhan tidak mengambilnya dariku. Bukan hanya ia mengambilnya dariku, aku harus menyaksikannya menderita. Semua orang tidak tahu jika mereka akan tewas, namun ia merasakannya. Ia merasakannya sebelum Thanos bisa membinasakannya, memohon padaku untuk membantunya. Dan apa yang bisa kulakukan? Aku sama sekali tidak bisa menyelamatkannya. Aku tidak bisa menyelamatkan ANAKKU."

Semua orang terdiam, Tony bahkan tidak sadar ketika air matanya sudah deras jatuh di pipinya.

"Ya benar, aku tidak bisa merasakan bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sudah kau anggap sebagai anakmu sendiri. Karena aku merasakan yang lebih buruk," Tony terisak, tangisnya pecah begitu saja, "Jika saja aku bisa, aku ingin menghancurkan kepala dari makhluk ungu itu. Jika saja bisa, aku ingin membalaskan kematian Peter, dan kau tahu apa yang menahanku untuk melakukan semua itu...?"

'Berjanjilah padaku daddy, jangan memaksakan dirimu...'

'Aku tidak ingin melihatmu terluka...'

"Janji... hanya sebuah janji..."

"Tones," panggilan Rhodey seolah menyadarkannya, saat ia kembali menatap kearah semuanya yang membulatkan matanya dan kaget. Kaget dengan sikap Tony, dan kenyataan jika Tony memiliki anak yang tidak mereka ketahui.

"Ma-maafkan aku," Rocket tampak juga terlihat shock, tidak menyangka jika Tony mengalami hal yang lebih buruk darinya.

'I'm sorry dad...'

"Jangan... jangan meminta maaf," Tony tampak menggeleng dan menutup matanya, "aku... aku akan masuk. Beri aku waktu..."

Tony tidak membutuhkan jawaban, ia segera berdiri dari posisinya dan berbalik keluar dari ruangan tempat mereka berdiskusi.

"Tony--" Steve akan mendekat, namun Rhodey menghentikannya dan menggelengkan kepalanya.

"Kalian punya banyak pertanyaan bukan? Aku akan menjawabnya," Rhodey tampak menghela napas dan memijat keningnya, "kalian, para Avengers pernah bertemu dengan anak Tony..."

"Tunggu, maksudmu--"

"Dia adalah Spiderman. Superhero berusia 15 tahun saat itu adalah anak kandung dari Tony."

.
.

"Selamat ulang tahun dad. Aku mengirimkan hadiah untukmu, Happy akan mengantarkannya."

Segelas whisky tampak berada di tangannya, Tony masih mendengarkan pesan suara yang ditinggalkan oleh Peter untuknya. Ia hanya tersenyum, alkohol membuat pikirannya tenang namun bayangan itu tetap berada di kepalanya.

"Tony..."

Suara itu membuatnya menoleh, dimana Steve tampak berjalan mendekatinya.

"Ada apa Rogers?"

"Kita akan menyelamatkannya," pria itu tampak berbicara dengannya dengan nada yakin, "Peter akan baik-baik saja... anakmu akan baik-baik saja."

...

"Aku memutuskan untuk berpisah dengannya untuk melindunginya," Tony bahkan tidak mengerti kenapa ia memutuskan untuk mengatakannya pada Steve. Alkohol benar-benar membuat pikirannya kacau, dan membuatnya mengatakan apa yang dipikirkan olehnya, "selama 7 tahun aku menyerahkannya pada orang lain, tidak hidup dengannya meski tidak pernah satu haripun aku berhenti untuk memikirkannya, dan saat kukira aku berhasil, ia malah menghilang begitu saja di tanganku. Dan aku bahkan tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikannya..."

Steve dengan sabar duduk disamping Tony dan mendengarkannya dengan seksama.

"Bagaimana jika ia sampai tidak kembali Steve...? Aku tidak akan bisa memaafkan diriku jika itu terjadi," Tony tampak membenamkan wajahnya di kedua tangannya, "aku bahkan tidak yakin apakah keputusanku untuk menunggu adalah yang benar..."

"Percayalah jika itu adalah keputusan terbaik Tony," Steve menghela napas dan menepuk pundak Tony, "untuk kali ini, aku akan mendukung apapun yang akan kau lakukan..."

.
.

Dan benar, itu adalah keputusan terbaik yang ia buat. Meskipun satu tahun itu adalah waktu yang paling menyiksa untuknya, namun semua itu terbayarkan dengan kekalahan Thanos. Terima kasih untuk kapten Marvel yang membantu mereka bersama dengan bantuan Scott dan juga Clint.

Satu per satu mereka yang menghilang kembali, dan bahkan yang lebih baik adalah Vision serta Loki bisa diselamatkan kali ini.

Mulai dari Bucky, T'Challa, Sam, Wanda, Groot, sebagian orang dari Wakanda. Dengan bantuan teknologi dari Wakanda yang dikembangkan Shuri, tidak susah untuk Tony pergi menuju ke planet Titan bersama dengan semua orang disana. Dan tepat saat ia turun dari pesawat itu, ia bisa melihat Peter Quill, Mantis, Drax, dan juga Strange menunggu disana.

"Tony."

"Strange," Tony tampak mendekat dan memperhatikan semua orang disana, "dimana Peter?"

"Dad?" Ia tidak butuh waktu untuk berbalik, saat Tony melihat Peter disana berdiri dan menatapnya balik dengan tatapan kaget, "dad... oh god maafkan aku, aku seharusnya tidak memanggilmu seperti itu didepan yang lain--maafkan aku Mr. Sta--"

Tony memutuskan perkataan Peter dan tampak memeluknya dengan erat. Ia tidak peduli, yang lainpun sudah mengetahui siapa Peter sebenarnya. Atau bahkan jika mereka tidak mengetahuinya, ia hanya ingin mendengar Peter memanggilnya dad berulang kali.

"I swear to God, jangan meminta maaf padaku lagi Pete. Aku tidak akan mau mendengarmu meminta maaf lagi padaku," Peter tampak membulatkan matanya, tersenyum dan menghela napas sebelum berbalik memeluk Tony.

"I larb you dad..."

"Oke, lelucon apa lagi itu Pete," Tony tertawa pelan namun tampak menghela napas dan menatap Peter.

"I love you too, Son..."

Dan kali ini, ia akan menjawabnya tanpa ragu.

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top