5
السَّلاَمُ عَلَيْكُمُ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَ كَاتُهُ
Alhamdulillah bisa lanjut lagi..
Jangan lupa vote dan komentar nya..
•
•
•
•
"Hm.. Hm.."
Mulutku sibuk bersenandung sedangkan mataku sibuk memilah baju yang tergantung di lemari. Siang ini Bapak mengajakku berburu keperluan lebaran yang tinggal menghitung hari.
Bajuku tidak terlalu banyak, hanya selemari kecil. Namun perempuan tetaplah perempuan yang selalu rempong jika mengenai penampilan.
Akhirnya pilihanku jatuh pada tunik polos berwarna maroon dan kulot berwarna cream. Sedikit polesan bedak dan liptint sebagai penyegar, serta pasmhina yang kukenakan secara syar'i.
"Siap!"
Aku meraih backpack berwarna hitam dan segera bergegas menghampiri Bapak yang sudah menunggu sejak tadi.
"Bapak, ayo! Nabil sud.. Loh Kak Ibrahim."
Ada gerangan apa Kak Ibrahim berada di rumahku siang-siang begini. Sejak kapan pula dia tahu rumahku dan kenal dekat dengan Bapak.
"Duduklah dulu Nabil, Bapak ngobrol sebentar dengan Ibrahim."
Aku mencebikkan bibirku kesal dan menghempaskan tubuh di samping Bapak. Aku memilih menyibukkan diri dengan ponsel. Namun samar aku bisa mendengar percakapan dua orang di dekatku.
Yang benar saja, mereka malah sibuk membahas pertandingan bola semalam. Aku semakin bingung, seakrab apa sebenarnya Bapak dengan Kak Ibrahim sampai Kak Ibrahim datang hanya untuk membahas pertandingan bola.
"Pak, ayo! Keburu sore," bisikku pada Bapak. Bapak menghentikan obrolannya dan menatapku sejenak.
"Kamu pergi sama Ibrahim ya! Bapak ndak bisa antar."
"Loh, kok gitu Pak?" Kalau begini ceritanya kenapa aku harus menunggu mereka hampir satu jam, kalau Bapak tidak bisa, aku bisa pergi sendiri. "Nabil pergi sendiri aja Pak," elakku.
"Bapak ndak izinin kamu keluar sendiri, bahaya. Sekarang lagi musim kejahatan."
Sejak kapan Bapak berubah posesif begini, biasanya juga selalu izinin kemana aku pergi.
"Ya udah, perginya besok aja, kalau Bapak udah bisa temenin."
"Lalu kapan mau bikin kuenya, keburu lebaran nanti."
Aku melirik Kak Ibrahim yang hanya senyam senyum di tempat duduknya. Aku menghela napas panjang, apa lagi yang laki-laki itu rencanakan kali ini.
Akhirnya aku hanya bisa pasrah dan mengikuti Kak Ibrahim menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Tanpa menunggu Kak Ibrahim, aku melesat memasuki bangku penumpang di belakang. Di sini lebih aman.
🌷
"Loh, ini bukan jalannya." Aku tersadar dan melepas earphone yang sejak tadi melekat di telingaku. Mataku celingukan, benar ini bukan jalan menuju mall tujuanku.
"Kak Ibrahim?" panggilku namun Kak Ibrahim hanya tersenyum kecil melalui kaca spion tengah. "Kakak mau culik Nabil?"
Tawa Kak Ibrahim pecah begitu saja, aku memicingkan mata semakin heran. Ternyata selain menyebalkan Kak Ibrahim juga psikopat, aku menyesal pernah menyukainya.
"Kak Ibrahim gila, turunin Nabil!" perintahku.
"Kamu ini ada-ada saja Nabil, mana mungkin saya culik kamu, gak ada untungnya." Aku mendengus kesal, Kak Ibrahim berbalik sebentar dan tersenyum kecil. "Saya ajak kamu pergi sebentar, saya sudah izin sama Bapak kamu."
Apalagi yang bisa kulakukan selain pasrah. Aku kembali memasang earphone dan tenggelam dalam murottal yang kuputar. Awas saja dia macam-macam.
Mobil hitam milik Kak Ibrahim berhenti di depan sebuah rumah bergaya klasik. Indah dan asri, tapu rumah siapa ini. Kak Ibrahim melepas sabuk pengamannya dan hendak berlalu.
"Rumah siapa ini?" tanyaku menghentikan pergerakan Kak Ibrahim. Bukannya menjawab, Kak Ibrahim malah tersenyum misterius.
"Eh, ikan luohan!"
Kak Ibrahim tertawa kecil, "kamu sudah punya panggilan sayang saja untuk saya."
Aku mendecih kecil. Geer sekali pria di depanku ini. "Terserahlah! Tapi rumah siapa ini? Mau apa ke sini? Saya masih punya keperluan lain, nggak punya waktu untuk singgah di sini."
"Rumah saya."
Sudah tersedia versi ebook
Only on playstore
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top