1

السَّلاَمُ عَلَيْكُمُ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَ كَاتُهُ
Marhaban ya Ramadhan..
Selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan 1441 H buat seluruh muslim di dunia.. Terkhusus untuk para pembaca yang Setia...

Jadi bagaimana tarawih pertamanya??
Lancar kan??
Alhamdulillah..

Sebelum baca ini, sempetin baca Al Quran dulu ya..
Karna Al Quran lebih utama.




Hari ini adalah hari pertamaku menyandang status sebagai murid sma. Dengan senyum yang sejak pagi terukir di bibir, aku menatap bangga gerbang bertuliskan nama sekolah yang akan aku tempati tiga tahun ke depan.

"Hei yang disana! Cepat! Apel sudah di mulai!"
Aku tersentak dan mengalihkan pandanganku pada seorang lelaki yang menggunakan almamater berwarna biru.

Dengan sedikit tergopoh aku melangkahkan kakiku. Apalagi rokku yang sedikit kebesaran membuatku semakin kesusahan untuk berjalan.

"Lambat sekali, sana baris dengan teman-temanmu," tunjuk lelaki tadi pada deretan siswa lainnya yang tengah mengikuti apel. Aku menunduk dan melanjutkan perjalananku.

"Hei, disana! Kamu telat, main masuk barisan aja!"
Kembali aku tersentak kaget. Aku berbalik menatap lelaki tadi. Tangannya terarah pada gerombolan siswa yang berbaris di belakang. Para siswa yang juga telat sepertiku.

Dengan kesal aku mengikuti perintah lelaki beralmamater biru tua itu. Jika dia bukan senior, mungkin sudah kulayangkan sepatu ini ke wajahnya.

🌷

Acara apel selesai begitu jam menunjukkan pukul setengah delapan. Saat matahari sedang terik-teriknya. Apalagi bagi siswa telat sepertiku di minta untuk berdiri di tengah lapangan basket. Rasanya tubuhku sudah basah oleh keringat.

"Jadi silahkan untuk berkumpul sesuai kelompok yang sudah kami bagi."

Aku tersadar. Semua orang sibuk mencari kelompoknya, sedangkan aku hanya bisa melongo. Kapan mereka membagi kelompok, kenapa aku tidak tau.

Tanya siapa ini, aku tidak tau siapapun disini. Akhirnya dengan kepala tertunduk aku menghampiri seorang perempuan menggunakan baju kepanitiaan.

"Maaf Kak, saya tidak tau dimana kelompok saya," ucapku ketakutan. Aku takut jika harus dimarahi lagi, apalagi di depan umum seperti ini.

"Loh, melamun ya tadi?" Aku hanya bisa tersenyum kecil. Untunglah senior satu ini tidak seperti lelaki menyebalkan tadi.

"Tanya Kak Ibrahim ya, soalnya beliau yang pegang kertas pembagiannya."

Kak Ibrahim? Yang mana lagi orangnya. Aku hanya bisa merutuki sikapku, kenapa tadi harus melamun segala sampe satu hal pun gak ada yang aku tangkap.

"Ada apa?" Tubuh ku terlonjak kaget begitu suara berat itu terdengar dari arah belakang tubuhku. Entah kenapa tiba-tiba bulu kudukku merinding. Aku berbalik dan menemukan lelaki tadi di belakang.

"Nah ini dia Kak Ibrahim. Ini ada adek kelas yang nggak tau kelompoknya."
Aku menelan ludah susah payah. Tamatlah riwayatku. Ternyata si lelaki itulah yang bernama Ibrahim.

"Makanya jangan melamun aja kerja kamu." Suaranya yang tegas membuat seluruh perhatian kini terarah padaku. Aku menunduk malu, pipiku memanas menahan tangis.

🌷

Untuk yang kesekian kalinya aku hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Hujan masih belum juga reda, sedangkan keadaan mesjid sudah mulai berangsur sepi. Malam semakin dingin, ditambah angin yang berhembus cukup kencang.

Aku menyesal karena tidak membawa payung ketika pergi tadi. Tapi apa daya, sekarang aku hanya bisa bermenung di teras mesjid yang cukup jauh dari rumahku.

Sebelah kakiku sibuk menendang angin untuk mengusir rasa bosanku. Andai ponselku tak ikut ketinggalan, pasti aku sudah menghubungi Bapak untuk menjemputku.

"Terobos aja kali ya?"
Tapi hujannya cukup deras. Bahkan jika aku memilih berlari pun pasti bakal basah kuyup juga. Namun malam semakin larut, keadaan pun sudah mulai lenggang.

Sebuah mobil yang menepi di halaman mesjid menarik perhatianku. Tanpa sadar aku mendengus kesal, harapanku akan kedatangan Bapak sinar sudah. Aku kembali menunduk, memainkan angin di sekitar kakiku.

"Saya sudah di depan, kamu dimana?"
Kepalaku mendongkak begitu mendengar suara berat yang entah mengapa terasa begitu familiar.

Seorang lelaki berpostur tinggi berdiri tak jauh dariku. Namun sayang, posisinya yang membelakangiku membuatku tak bisa melihat wajahnya. Tapi kenapa aku merasa mengenal orang ini.

Tak berapa lama seorang perempuan keluar dari pintu mesjid. Perempuan tersenyum kecil kearahku dan kembali melanjutkan langkahnya menghampiri pria tadi.

Mungkin istrinya. Itu lah yang aku pikirkan. Aku memilih membuang muka dari pada harus melihat sepasang kekasih itu.

"Duluan ya!" suara wanita tadi memaksaku untuk kembali memutar kepalaku.

"Iy.."
Degh..
"Iya Mbak."

Ya Allah, benarkah apa yang ku tatap saat ini. Mimpikah semua ini, atau hanya halusinasiku semata. Walau enam tahun telah berlalu sejak terakhir kali aku melihatnya, tapi aku yakin di depanku saat ini adalah dia. Ibrahim Al Malik.

"Hai, Nabil."
Dia tersenyum kecil, bahkan senyum itu masih sama seperti enam tahun lalu. Aku mematung. Kakiku serasa dipaku di bawah sana. Jangankan untuk membalas sapaannya, untuk mengangkat sudut bibirku saja rasanya sulit sekali.

Mataku beralih menatap perempuan di sebelahnya yang kini ikut tersenyum padaku. Benarkah dia istri Kak Ibrahim? Kenapa hatiku sakit, kenapa perih sekali rasanya.

Entah mendapat perintah dari mana, tubuhku berbalik dan melangkah menerobos hujan yang semakin lebat. Entah apa yang mereka pikirkan tentangku, aku sama sekali tak memperdulikannya.

Seperti terhipnotis, aku terus berjalan, tanpa memperdulikan dinginnya angin dan tubuhku yang basah kuyup.

Langkahku terhenti tepat di depan teras rumahku. Saat itulah aku baru tersadar. Tubuhku menggigil kedinginan. Ibu datang dengan wajah panik, sebuah handuk kering tersampir di pundakku.

"Kamu kenapa? Ayo masuk! Ibu siapin air hangat."

"Terima kasih, Bu."

Tidak Nabil. Kamu tidak boleh seperti ini. Semua sudah berlalu sejak enam tahun yang lalu. Mana janjimu untuk tak lagi mengingatnya. Mana janjimu untuk menjadi wanita yang lebih baik. Dia bukan mahrammu, tak pantas kamu pikirkan seperti ini.




Jangan lupa untuk mampir juga di  19 projek religi lainnya...

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Mira yulianti

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top