Part. 9.1 - RECONCILIATION.

Rasa kesal Noel memuncak saat mendapatkan caci maki dari para sahabat ayahnya yang menuduhnya tidak becus dalam menjaga tiga anak perempuan mereka yang tertahan di dalam sel kantor polisi setempat. Belum lagi Joel yang sudah seperti orang gila dengan menyemburkan kemarahan karena membiarkan mereka pergi begitu saja.

"Aku datang ke London bukan untuk menjadi pengasuh! Kau tahu jelas apa yang kuinginkan setelah mengusahakan wanitaku menjadi pemberani, El!" desis Noel tajam.

Meski berpisah selama dua tahun, Noel tidak pernah sekalipun berhenti untuk memantau Vanessha dari kejauhan. Dengan berbagai macam rencana, Noel tetap melatih Vanessha dengan menjadi dirinya saat ini. Memancing naluri pemberontakan Vanesha dengan menyuruh beberapa orang suruhan untuk melakukan penggencetan di kampus karena dia yakin Vanessha memiliki sisi pemberontakan dalam diri untuk dilatih dan dikuasai.

Sangat bangga ketika bisa melihat Vanessha mampu melakukan berbagai pertahanan diri lewat latihan-latihan yang ditekuninya. Tegas, mantap, dan kuat, hal itu membuat Noel menggeram bangga dan tidak sabar untuk bertemu dengannya.

"Apa kau tahu kenapa itu bisa terjadi?" tanya Joel dengan geram disebrang sana.

Memutar bola mata, Noel mendengus kasar sambil menggenggam ponselnya erat-erat. Dia mulai murka dengan obsesi Joel yang semakin menjadi terkait Alena tapi tidak pernah berniat untuk menemui sepupunya itu.

"Russel bilang padaku bahwa itu adalah wanita berambut pirang," jawab Noel sengit dan melihat pada Russel yang sedang menyetir. Mereka dalam perjalanan menuju kantor polisi saat ini.

"Itu adalah mantan kekasihmu, Bodoh!" sembur Joel yang membuat Noel mendengus kesal karena sudah yakin jika Joel sengaja bertanya padahal sudah mengetahui jawabannya.

"Kita sama-sama tahu jika selama dua tahun ini aku tidak menjalin hubungan dengan siapapun selain menyewa seorang model sebagai pencitraan untuk menemaniku ke berbagai acara resmi, ingat?" desis Noel tajam.

"Bukankah kau memiliki berbagai macam cara untuk mengganggunya? Sangat kebetulan sekali wanita itu menyerang mereka bertepatan dengan kedatanganmu disana, Bajingan?" balas Joel dingin.

"Tapi tentang wanita pirang itu diluar kendaliku! Jadi, apa kau tahu dimana dia dirawat bersama tiga teman jalangnya?" sahut Noel tidak terima.

"Kenapa? Apa kau ingin membesuknya?" sindir Joel.

"Tentu saja, aku ingin bertemu dengan kawan lama dan memberi sedikit hadiah karena sudah membuatku menjadi penjahat dari hal yang tidak kuketahui sama sekali," jawab Noel sengit.

"Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya karena itu adalah bagianku atas hinaannya pada Alena," tegas Joel. "Kau selesaikan urusan para adik nakal disana dan pastikan jika mereka pulang saat ini juga! Mengerti?"

Tanpa melanjutkan apapun, Noel segera mematikan telepon dan mengumpat kasar seorang diri. Tidak senang dengan adanya kekacauan yang tidak berarti, Noel menyuruh Russel untuk menindaklanjuti urusan yang tidak diperlukan malam ini.

Sesampainya di kantor polisi, Noel segera turun dan langsung disambut oleh beberapa kenalannya disana. Tentu saja, wajah-wajah familiar yang ada di kantor pihak berwajib itu mengenali Noel dengan baik dan Noel tidak bisa berbasa basi karena merasa tidak senang dengan mereka yang berani memasukkan tiga adik wanitanya ke dalam sel.

Begitu Noel tiba di ruang utama dengan beberapa sel kecil di sisi ruangan, Noel hanya menggelengkan kepala melihat tiga wanita yang sedang mengobrol ringan bahkan terkekeh geli didalam sel seolah tidak terjadi apapun disitu. Tidak ada adegan menangis, ketakutan, atau cemas. Mereka bahkan terlihat menikmati waktunya disana. Sungguh sangat mencerminkan ayah mereka sekali, batin Noel.

"Kau datang juga rupanya."

Terdengar suara familiar yang terdengar dari belakang dan membuat Noel spontan menoleh dengan tatapan tidak percaya. "Wow, Hyun? Kau datang? Apa yang kau lakukan disini?"

Hyun mendesah malas dan mendelik sinis pada Ashley yang berseru memanggil namanya dari dalam sel dengan suara lantang dan begitu antusias melihatnya. Noel melebarkan cengiran dan cukup terhibur dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"Apa maksud dari senyummu itu?" tanya Hyun dengan nada tidak suka.

"Kau memiliki pengagum. Apa selama magang, kalian..."

"Jangan samakan aku dengan dirimu atau kakak tertuamu itu! Aku tidak akan melakukan hal kotor dengan orang yang kukenal," sela Hyun tajam.

"Ah, aku lupa jika kau pecinta wanita asing yang bisa kau gauli tanpa perlu komitmen disitu," timpal Noel geli.

Hyun tidak lagi menanggapi Noel dan segera memberikan sebuah dokumen pada kepala polisi yang berjaga disitu, menjelaskan setiap pembelaan dengan tegas, cukup tenang, tapi mengintimidasi.

Kim Hyun, pengacara muda yang bekerja di bawah pengawasan Juno, sekaligus menjadi kuasa hukum atas keluarga besarnya saat ini. Pria dingin yang tampak begitu angkuh itu adalah keponakan tertua dari Uncle Adrian, salah satu sahabat dari para ayah.

Apapun yang dilakukan Hyun sudah pasti selesai dengan baik meski ketiga wanita itu mendapatkan hukuman sebagai tahanan rumah selama satu bulan dan tidak diperkenankan untuk keluar rumah kecuali kesibukan kuliahnya. Noel sudah sangat yakin jika hukuman semacam itu sudah diatur oleh para ayah.

"Kenapa tidak dimasukkan ke dalam sel itu selama sebulan saja? Buat mereka jera," cetus Hyun dingin saat mendengar kepala polisi memberikan penjelasan terkait hukuman yang diberikan.

Noel hanya tertawa dan segera menjabat tangan kepala polisi itu yang tampak kebingungan.

"Terima kasih banyak, Mr. Peter, aku pastikan hal ini tidak akan terjadi lagi," ucap Noel ramah.

Saat kepala polisi menyuruh salah satu petugas untuk membukakan pintu sel, disitu Hyun segera bergegas untuk angkat kaki dari situ.

"Aku duluan," katanya.

Tanpa sempat membalas, Hyun segera berjalan melewati Noel dengan cepat meski Ashley sudah berteriak sambil keluar dari sel untuk menyapanya. Noel tersenyum geli melihat bagaimana Hyun terus menghindari Ashley yang tanpa sungkan menunjukkan rasa sukanya secara terang-terangan.

"Oppa!" seru Ashley cemberut dan menoleh pada Noel dengan tatapan tidak terima. "Kenapa kau tidak menahannya untuk berpamitan padaku lebih dulu?"

Noel menoyor kepala Ashley dengan gemas dan wanita itu spontan berseru tidak suka. "Kau tidak diperkenankan untuk protes atau bersikap seperti itu!"

Ashley berdecak malas, sementara Alena dan Vanessha sudah berdiri tepat di belakangnya. Ketiganya memberikan ekspresi lelah, dingin, dan tidak senang sama sekali. Noel sangat mengerti jika mereka tidak terima dengan keadaan dimana mereka tidak sepenuhnya bersalah tapi dia perlu bersikap seperti kakak yang menyebalkan saat ini.

Spontan, Noel melepas jaket kulitnya untuk dipakaikan pada Vanessha yang spontan tersentak dengan apa yang dilakukannya. Meski begitu, dia tidak menolak karena Noel sangat yakin jika wanita itu kedinginan dengan pakaian minim yang dikenakannya.

Noel menyukai penampilan Vanessha yang begitu memukau dalam gaun pemberiannya. Vanessha versi dewasa semakin membuatnya terkesan oleh kecantikan yang tidak pernah pudar darinya. Lekuk tubuh yang menggairahkan, sepasang payudara yang lebih berisi, bokong yang membulat sempurna, dan sepasang kaki jenjang yang sempurna.

Dia membayangkan bagaimana ekspresi wanita itu saat mendapatkan kenikmatan atau basah karena semprotan air maninya. Bayangan itu sukses membuatnya menegang dan berkedut nyeri. Menahan diri selama dua tahun dengan tidak merasakan wanita membuat obsesinya pada Vanessha semakin menggila. Dia bahkan tidak berselera pada wanita lain selain Vanessha.

Membukakan pintu belakang, Noel mempersilakan tiga wanita itu untuk masuk tanpa mengalihkan tatapan pada Vanessha yang terus menghindari kontak matanya. Menyenangkan, pikir Noel senang.

"Kuharap kalian tidak melanggar aturan tentang melapor setiap kali ingin keluar rumah selama sebulan ini," ucap Noel saat mobil sudah melaju meninggalkan area kantor polisi.

Ketiganya duduk di kursi belakang, sedangkan Noel menempati kursi depan dengan Russel yang membawa kemudi.

"Yeah, semua karena wanita jalangmu yang mencari masalah dengan kami. Apa sih maumu? Kenapa kau tidak menebus kesalahanmu sendiri sampai kami harus tertimpa sial seperti ini?" desis Alena geram.

"Dan kalian tidak perlu melakukan hal itu karena ada banyak penjaga yang bekerja disekeliling kalian dan bisa melakukannya," balas Noel santai.

"Dan tidak ada satupun penjagamu yang becus bekerja karena sangat terlambat memberikan pemukulan!" timpal Ashley ketus.

"Itulah yang membuatku bangga dengan kalian yang bisa membela diri dengan melakukan hal seperti itu," sahut Noel yang semakin santai sehingga membuat ketiganya menggeram kesal dan itu membuat Noel terkekeh geli.

"Dan hanya itu?" seru Ashley tidak terima.

"Tenang saja, aku sangat tahu bagaimana caranya meminta maaf," ujar Noel sambil menatap mereka dari kaca spion. "Aku akan melakukan pengalihan dengan mengacaukan sistim pelacak yang kutaruh di pusat kendali sehingga kalian bisa bebas kemana saja. Tapi laporan tetap dilakukan sebagai standarisasi hukuman."

Seruan kegirangan langsung mengudara dan itu dari Alena dan Ashley sementara Vanessha hanya bergeming sambil menatap Noel dari posisi duduknya dimana pria itu mengalihkan tatapan padanya dari celah punggung kursi untuk membalas tatapannya. Wanita itu tampak curiga dan itulah yang disukai Noel. Vanessha sudah semakin cerdas.

Setibanya di mansion, Vanessha adalah orang pertama yang keluar dari mobil dan langsung berjalan mendahului mereka. Tidak mengindahkan panggilan Alena dan Ashley sama sekali.

"Ada apa dengannya?" tanya Alena bingung.

"Mungkin dia lelah, ini sudah sangat malam dan kalian perlu beristirahat," jawab Noel menenangkan dan keduanya segera menuju ke kamar masing-masing.

Dan setelah itu, Noel segera menuju ke ruangan yang terletak di ujung koridor mansion dimana semua pusat kendali untuk mengendalikan pelacak, penyadap, dan kamera pengawas ada disitu. Beberapa penjaga yang ada didalam ruangan itu segera beranjak dan membungkuk hormat padanya.

Memberi perintah pada mereka untuk melakukan pekerjaan sebagai pengalihan, Noel memasang sesuatu pada satu alat pusat kendali dengan cepat, mengubah pengaturannya di ponsel khususnya, dan tersenyum licik saat semua kendalinya berada didalam genggamannya.

Memperhatikan sekitar dimana para pekerja tampak fokus mengerjakan apa yang diperintahkannya, Noel melakukan perubahan pada rekaman ulang seminggu lalu pada pusat kendali, sedangkan untuk rekaman terbaru dialokasikan pada ponsel kendalinya.

Saatnya beraksi, pikirnya senang.

Keluar dari ruangan itu, Noel segera menuju ke kamar Vanessha dengan melewati kamar Alena dan Ashley sambil mengayunkan ponsel kendali pada pintu kamar mereka saat melewatinya untuk mengunci mereka dari depan agar tidak keluar tanpa peringatan. Berhenti tepat di depan kamar Vanessha, membuka kunci pintu kamar itu dengan mudah lewat sensor utama yang terpasang di ponsel khususnya.

Membuka pintu dan menutupnya, Noel memperhatikan jika kamar itu kosong tapi ada suara pancuran air dari dalam sana yang menandakan jika wanita itu sedang mandi.

Tatapan Noel menyatu ke sekeliling kamar dan mempelajarinya, bahwa kamar itu tidak banyak berubah. Masih sama seperti terakhir kali Noel meninggalkannya. Menaruh ponsel di meja kaca terdekat, Noel berjalan menuju kamar mandi yang tidak terkunci dan matanya melebar kagum saat melihat tubuh telanjang Vanessha yang tampak dari belakang sedang berada di bawah pancuran air itu menyambut kedatangannya.

Alisnya terangkat saat melihat adanya sebuah tato di pinggul wanita itu. Hal baru yang didapati dari Vanessha membuatnya terpukau oleh perubahan yang drastic dari versi dewasanya. Senyumannya mengembang saat wanita itu berbalik dan tersentak melihat kehadirannyad an spontan menutupi tubuhnya dengan dua tangan yang sia-sia. Noel bisa melihat keindahan yang dirindukannya hingga membuatnya menegang seketika.

"Aku benar-benar tidak percaya jika kau masih memiliki kelainan jiwa yang seperti itu! Pergi dari sini!" desis Vanessha tajam.

Bukannya pergi tapi Noel justru mengambil handuk dan melangkah untuk mendekatinya. Spontan, Vanessha meraih botol sabun yang terbuat dari kaca dan melemparnya ke arah Noel tapi sukses dihindarinya hingga botol kaca sabun itu pecah.

"Inikah caramu menyambutku pulang?" tanya Noel dengan nada tidak percaya yang palsu.

"Aku tidak merasa harus menyambutmu!" jawab Vanessha tegas.

Kembali mengambil botol kaca yang berisi shampoo dan Vanessha kembali melempar ke arah Noel dimana kali ini dia membiarkan botol itu mengenai kepalanya. Botol kaca itu pecah tepat di sisi kepala Noel seiring dengan darah segar mengalir deras disana. Cukup sakit hingga membuat Noel mengernyit dan telinga yang berdenging.

Panik, juga kaget, Vanessha segera menghampiri Noel tapi spontan pria itu menahannya dengan ekspresi tegas. "Jangan! Ada pecahan kaca dan kau akan terluka! Menjauhlah!"

Menggeram pelan, Vanessha merebut handuk yang dipegang Noel untuk menutupi tubuhnya dan bergerak untuk melangkah ke samping untuk mengambil handuk kecil yang tersusun rapi pada rak dan segera menarik Noel untuk duduk di sofa tunggal yang ada dalam powder room dekat sekat kaca pancuran air.

"Aku tidak percaya jika kau akan membiarkanku melakukan hal itu. Bodoh sekali," ucap Vanessha sambil menekan kepala Noel yang berdarah dengan handuk kecil itu dalam nada tidak percaya.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Sehubungan dengan cerita ini yang bikin aku capek tiap kali revisi, aku akan percepat dengan minta editor bantu kelarin karena ternyata aku nggak sanggup hahaha.

Terima kasih banyak sudah
bersabar menunggu.
Aku sayang kalian. Sayang sekali.

16.10.24 (14.30)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top