PART. 7 - THE WILDEST LUST

WARNING: 21+
Written by. CH-Zone

Aku nggak pake edit lagi untuk post, karena cukup begah ya hahaha.
Happy Reading. 💜

Vanessha mendapatkan tidur paling nyenyak dan panjang setelah sekian lama. Seperti sudah melakukan aktifitas yang melelahkan sepanjang hari lalu tertidur begitu saja dan bangun dengan bugar seolah tubuhnya menjadi begitu bertenaga.

Masih dengan mata terpejam, Vanessha teringat dengan kejadian sebelum dirinya tertidur. Tentang Noel yang membawanya ke sebuah klub malam yang sering dibicarakan Alena dan Ashley, juga kejadian-kejadian yang membuatnya tidak percaya dengan banyaknya adegan seronok di dalam klub itu, dan minuman beralkohol yang ditawarkan Noel padanya.

Menarik napas berat, ingatan tentang Noel yang melakukan sesuatu pada tubuhnya dan membuatnya merasakan sensasi yang seperti melambung tinggi dan bergetar hebat saat Noel menjilati dirinya. Mengingat hal itu, darahnya berdesir kencang dan degup jantungnya memburu sampai dirinya mengeluarkan sebuah erangan pelan.

Menyenangkan, seolah tubuhnya begitu haus akan sentuhan dan belaian Noel dengan gejolak yang seolah mendesak ingin keluar. Entah sejak kapan dia mendambakan Noel sampai merindukan sentuhannya di setiap kali dia bercermin untuk menatap tubuh telanjangnya sendiri.

Enggan untuk melanjutkan pikiran kotornya dan merasa malu karena hal itu, Vanessha memaksakan dirinya untuk membuka mata dan berusaha menggeliatkan tubuh. Mengerutkan kening, Vanessha merasakan keanehan. Terdiam selama beberapa saat, dia mencoba mempelajari sekelilingnya.

Terbaring di atas ranjangnya sendiri dengan lampu kamar yang menyala terang, kemudian hendak beranjak tapi gerakannya tertahan. Matanya melebar kaget saat mendapati dua tangan diikat di atas kepala dan dua kaki yang juga diikat tapi dalam posisi dilebarkan. Hendak berteriak tapi tidak bisa karena mulutnya ditutup dengan perekat.

Cemas, juga panik. Vanessha menunduk dan kembali kaget dengan melihat pakaian yang dikenakannya. Sungguh memalukan, batinnya mengerang. Pakaian minim seperti seragam pelayan dengan model bertali dan potongan rendah hingga bulatan belahan dadanya terekspos jelas, bahannya begitu tipis dan menerawang sampai Vanessha bisa melihat putingnya mengeras disana.

Model bagian bawahnya tidak kalah memalukan dalam rok tumpuk yang hanya sampai sebatas paha dengan apron putih kecil di bagian tengah. Stoking panjang berwarna hitam membalut kaki jenjangnya sampai batas lutut dipadukan heels belasan senti.

Napasnya kian memberat dan mulai menggeliat gelisah karena kebingungan dengan kondisi memalukan di kamarnya sendiri. Dia mulai bertanya dimana keberadaan dua saudarinya? Apakah mereka mengetahuinya? Dan apa yang mereka pikirkan jika melihatnya berpakaian seperti ini? Seharusnya dia sudah bersiap karena ada kelas pagi hari ini.

Masih kebingungan dengan apa yang terjadi dengan dirinya, Vanessha terkesiap saat mendengar ada yang membuka pintu kamar. Menoleh cepat dan matanya melebar kaget melihat Noel yang datang sambil membawa segelas air dingin dengan mata berkilat tajam disana. Pria itu hanya mengenakan jeans dan bertelanjang dada.

Kebingungannya menguap karena Vanessha sudah mengetahui jika apa yang terjadi padanya saat ini karena ulah pria itu. Napasnya memburu kasar karena marah dan mulai memberontak seolah minta dilepaskan tapi Noel justru menyeringai lebar dan seolah menikmati Vanessha yang terbaring memalukan seperti itu.

Dengan santai, Noel meneguk air dingin yang dibawanya dan menaruh gelas itu di meja terdekatnya. Kemudian, Noel menaiki ranjang dengan dua lutut tepat di ujung ranjang untuk berhadapan dengan dua kaki Vanessha yang dilebarkan disana.

Matanya menatap liar dan kagum, bahkan seperti orang kehausan dan hendak meneguk habis apa yang ada di hadapannya.

"Tidak usah kuatir tentang apapun yang terjadi diluar sana karena sudah kuurus semuanya. Rekaman cctv, dua saudarimu, juga orang-orang yang ada disini sudah kubereskan dan tidak akan ada yang bisa mendatangi kita tanpa permisi," ucap Noel senang.

Ucapan Vanessha membuatnya semakin menggeliat dan berusaha melepaskan diri. Simpul yang membelit pergelangan tangannya begitu kencang dan perekat di mulut meredam semua umpatan dan teriakannya.

"Tenang, Sayang, aku tidak akan menyakitimu. Sebaliknya, aku ingin mengajakmu bersenang-senang," tambah Noel sambil membelai paha Vanessha tanpa ragu dan memberi sentuhan yang disengaja ke sisi dalam.

Terkesiap menerima sentuhan itu, Vanessha mengguncangkan kaki agar tangan Noel terlepas dari pahanya tapi pria itu justru menangkup bokong dan meremasnya kencang.

"Aku hanya memberimu kesenangan dan bukan tuntutan. Well, katakanlah aku terkesan memaksakan kehendak seolah menuntutmu tapi hal ini tidak akan menyakitimu, tapi memuaskanmu. Aku yakin kau menikmati apa yang pernah kulakukan, bukan begitu?" tukas Noel sambil mendesis tajam.

Vanessha mengerjap menatap Noel yang kini mendekatkan wajahnya sehingga bisa melihat sorot mata Noel yang berkilat penuh gairah seiring dengan tangan yang mulai menjalar untuk menggerayangi tubuhnya. Tersentak, Vanessha menggelinjang saat Noel memainkan putingnya dengan gerakan memutar. Tidak tertahankan, dia mengerang dalam suara tertahan dan itu membuat Noel kesenangan.

"Oh, yeah, aku sangat menyukai bagaimana tubuhmu merespon sentuhanku," bisik Noel pelan dan kemudian mengecup ringan pipinya.

"Aku tahu rasanya tidak dipercaya oleh orang yang seharusnya memberi kepercayaan pada kita, seolah apa yang kita lakukan tidak pernah cukup dan itu menyebalkan. Kabar baiknya adalah aku tidak akan membiarkan dirimu memikul beban itu sendirian, sebab ada aku yang akan selalu membantumu dan kau tidak perlu kuatir. Meski aku tidak ada selama beberapa waktu, tapi kau tetap dalam perlindunganku dari kejauhan. Percayalah," ujar Noel kemudian.

Kening Vanessha berkerut bingung dan Noel hanya mengulumkan senyuman sambil mengarahkan mulut pada salah satu putingnya kemudian membelainya dengan lidah yang menjulur dalam satu liukan.

"Mmmmm," erangan pelan terdengar dari Vanessha.

"Aku akan menjalani perusahaan ayahku di Melbourne selama beberapa waktu, Sayang. Itu berarti kita tidak akan bisa bertemu. Tadinya, kupikir aku akan melakukan hal ini setelah aku kembali tapi itu terlalu lama dan aku tidak ingin pria lain mengambilmu dariku begitu saja," lanjut Noel dan kemudian mengulum puting, mengisapnya beberapa lama, dan menggigit pelan hingga terlepas.

Tubuh Vanessha seolah meleleh di bawah sana dan meremang saat Noel mencumbu dadanya dengan bernapsu saat ini. Satu tangan meremas di bagian kiri sementara mulut dan lidah sibuk mengisap di bagian kanan. Kelembapan yang terjadi di bawah sana membuat tubuh Vanessha berdenyut nyeri seolah meminta perhatian.

"Aku ingin kau mendapatkan pengalaman pertama denganku. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuhmu selain diriku," ucap Noel parau sambil meremas tubuh Vanessha dengan gerakan berirama.

Tidak begitu mendengarkan Noel karena Vanessha sudah tidak fokus selain sentuhan Noel membuat tubuhnya seolah bergetar dan menuntut lebih. Seperti mengerti keinginan Vanessha, Noel membuka pengait atasan itu dan membebaskan payudaranya.

"Kau sangat cantik, Sayang," desah Noel sambil terus menyentuh, memilin, meremas tubuh Vanessha dengan dua tangan, kemudian kembali membungkuk untuk mencium dan mengisap lebih banyak.

Degup jantung Vanessha memburu kencang dan buruan napasnya semakin kasar saat merasakan tangan Noel turun untuk membelai tubuhnya yang sudah begitu basah dari balik kain tipis yang menutupnya. Dia bahkan sampai memejamkan mata sambil terus mengerang saat Noel melakukan gerakan memutar di titik sensitifnya.

"Bagaimana jika kita bermain peran? Kau menjadi pelayanku dan aku adalah majikanmu?" bisik Noel dalam.

Mengerjap kaget, Vanessha tidak menyangka jika itulah alasan Noel memakaikan pakaian yang terlihat memalukan itu. Memekik pelan, Noel menghentakkan sisi celana dalam yang dikenakan hingga terlepas dan dengan gerakan cepat jari-jarinya mulai bermain di celah basahnya.

"Kau basah sekali, Sayang, dan ini karena diriku," bisik Noel dengan suara mengetat sambil menarik tangannya dan memperlihatkan jari-jarinya yang lengket karena cairan tubuh Vanessha.

Vanessha merasa wajahnya memanas karena malu dan matanya melebar kaget saat melihat Noel merogoh sesuatu dari saku jeans-nya. Ponsel.

Kembali menggeliat gelisah tapi gerakannya tertahan karena Noel sudah lebih dulu menahan dua kaki untuk tetap dalam keadaan terbuka agar dia bisa mengambil beberapa potret celah basahnya dan menyimpan dalam ponsel.

"Aku akan sangat merindukanmu dan dengan dirimu yang basah karena diriku akan menjadi obat rinduku," ucap Noel sambil menyeringai senang setelah mendapatkan beberapa potret yang diinginkan dan menaruh ponsel ke meja.

Kemudian, Noel tanpa ragu melepas jeans dan boxer-nya begitu saja. Napas Vanessha tertahan saat bisa melihat tubuh telanjang Noel untuk pertama kalinya. Seolah terhipnotis, tubuhnya berdenyut semakin nyeri saat bisa melihat goresan tinta yang menghias di pinggang Noel dan ketegangannya yang begitu menantang disana.

Vanessha sudah sepenuhnya terangsang oleh Noel yang memiliki bentuk tubuh seorang pria dewasa yang begitu menggairahkan. Apakah seperti ini perasaan mendamba saat melihat pria telanjang dengan diriku yang sudah begitu basah karenanya? Pikirnya dalam hati.

Dia bisa melihat Noel kembali meraih gelas yang berisikan air dingin dan meneguk sampai habis, lalu segera membungkuk diantara dua kakinya dan... Vanessha kembali mengerang tertahan saat merasakan sensasi dingin yang meliuk naik turun tepat di depan celah basahnya yang sudah sepenuhnya membengkak.

Lidah Noel bergerak naik turun, memutar, kembali naik turun, dan mulutnya menyesap klitorisnya yang membengkak, menambah jumlah cairan hasratnya sehingga Vanessha merasa meleleh sepenuhnya dari dalam dengan perasaan yang sudah tidak sanggup untuk menahan gejolak yang semakin mendesak.

Gejolak itu membuatnya spontan menggoyangkan pinggul mengikuti gerakan lidah Noel dan matanya terpejam karena terasa begitu nikmat. Dan saat mulut Noel mengisap keras celahnya, disitu Vanessha membusungkan dada untuk menghirup oksigen kuat-kuat karena napasnya yang memburu kian hebat dengan hentakan keras yang melambung dari dalam dan goyangan pinggul yang semakin cepat.

Sekujur tubuh menggelinjang seiring sensasi kenikmatan lewat denyutan keras dalam tubuh yang seirama dengan degup jantungnya saat ini sementara Noel masih asik mengisap dan menelan semua cairan hasratnya dengan bernapsu.

Vanessha melemah dan saat itulah Noel beranjak untuk membuka perekat di mulutnya, lalu segera berciuman liar dengannya. Seperti sudah terlatih, Vanessha membalasnya dan sudah bisa mengimbangi gerakan mulut dan lidah Noel, tidak kalah bernafsu dengannya.

Masih berciuman, Noel melepaskan ikatan pada dua tangannya dan Vanessha segera merangkulnya untuk memperdalam ciuman bersamaan dengan tangan Noel yang mulai bekerja untuk menyentuhnya.

"Kau adalah milikku," ucap Noel dengan suara yang mengetat disela-sela ciuman mereka.

"Aku bukan wanita bergilirmu," balas Vanessha dengan berani.

Ciuman terhenti dan Noel menatapnya dengan takjub. Satu tangan sudah terarah untuk menangkup rahang Vanessha dan mendongakkannya tanpa ragu seolah menunjukkan dirinya yang penuh kendali lewat tatapannya yang mematikan. Tanda bahwa Vanessha perlu merasa takut lewat intimidasi Noel yang terkesan berbahaya.

"Jangan membantah dan ikuti perintahku. Jika tidak, kau akan mendapat hukuman yang jauh lebih berat dan aku yakin kau sangat tahu soal itu, bukan?" tukas Noel sambil mengangkat dua alisnya dengan kesan menantang.

"Kenapa aku harus melakukannya?" tanya Vanessha dengan suara tercekat saat tangan Noel kembali bekerja untuk memainkan reaksi tubuhnya lewat remasan lembut di dadanya.

Noel tersenyum licik sambil memiringkan kepala ke sisi wajah Vanessha untuk berbisik, "Because you are mine."

Memekik kaget, tiba-tiba Noel melepaskan ikatan pada dua kaki Vanessha, menariknya bangun dan mengatur posisi agar dirinya berlutut tepat di depan ketegangannya. Menelan ludah dengan susah payah, Vanessha menatap milik Noel yang tampak begitu kokoh, kuat, padat, dan besar disana. Tentu saja, tubuhnya kembali berdenyut nyeri dan dia membasahi bibir dengan spontan karena hasrat ingin mencobanya.

"Puaskan aku, Sayang. Aku yakin kau tahu apa yang harus kau lakukan mengingat kau cukup nakal dengan menonton film porno saat orangtuamu tidak ada," ujar Noel sambil membelai puncak kepalanya dan mengambil beberapa helai rambut untuk dimainkan.

Mendongak untuk menatap Noel, Vanessha tidak menyangka jika pria itu mengetahui apa yang pernah dilakukannya. Merasa penasaran dan ingin mengetahui beberapa hal saat memasuki usia puberitas, Vanessha pernah mendapatkan video porno dari teman sekelasnya dan itu adalah pertama kalinya dia melihat tubuh dewasa pria.

Dengan seluruh keberaniannya, Vanessha bergerak mendekat tanpa memutuskan tatapan dan mulai mengarahkan mulutnya pada tubuh Noel yang sudah menegang sempurna. Membuka mulut dan menjulurkan lidah, Vanessha mulai memberi jilatan pertama di kepala kejantanan Noel yang sukses membuat pria itu mendesis tajam.

Menjilat sekali, dua kali, kemudian beberapa kali, sampai akhirnya mengulum setengahnya untuk ditarik hingga terlepas, dan mengulanginya kembali hingga berkali-kali. Tidak ada yang aneh, justru Vanessha seolah sudah mahir melakukannya dan menikmati apa yang dilakukannya. Nikmat, juga membuatnya kembali pada gejolak hasrat yang kembali datang sampai dia bisa merasakan cairan hasratnya keluar dan membasahi pahanya.

Noel mendesah dan meracau tidak karuan sambil membelai kepala Vanessha, terlihat begitu menikmati apa yang dilakukan Vanessha padanya. Mengerang parau saat Vanessha mulai menggenggam ketegangannya, Noel menangkup kepala Vanessha dan mengarahkan maju mundur dirinya pada mulut Vanessha yang tampak kewalahan disana.

Tubuh Noel menyesakkan rongga mulutnya, terasa begitu padat dan keras hingga Vanessha tidak yakin jika tubuhnya sanggup menerima Noel yang begitu besar baginya.

Menikmati masa muda, itulah yang terbersit dalam pikirannya saat ini. Dia ingin merasakan kenikmatan duniawi yang sering menjadi topik pembicaraan oleh teman-temannya yang sudah pernah melakukannya. Dengan Noel, dia merasa tidak ada salahnya. Lagi pula, dia mengenal Noel sudah sejak kecil dan itu tidak masalah baginya.

Ini akan menjadi langkah terbesar yang pernah dilakukannya, yaitu bercinta dengan pria tampan yang sudah menjadi idolanya dan bertumbuh bersama, bahkan sudah dianggap seperti kakak oleh dirinya sendiri.

Tersentak kaget, Noel tiba-tiba menarik diri dan mengangkat tubuhnya untuk kembali merebah diatas ranjang dengan dua kakinya yang dilebarkan. Pria itu sudah sepenuhnya bergairah dan menatapnya dengan sorot mata yang menggelap, begitu juga dengan dirinya.

Matanya terpejam saat Noel mengusap naik turun celah basahnya dan mengerang keras seolah menuntut lebih. Dia sudah sangat basah dan membengkak di bawah sana dengan kelembapan yang tidak terkira.

"Apakah ini begitu nikmat sampai kau bisa sebasah ini, Sayang?" tanya Noel parau dan Vanessha mengangguk.

Erangannya kembali mengudara saat merasakan adanya desakan pelan di tubuhnya dan itu dari Noel yang mulai memasuki tubuhnya. Pria itu memainkan ketegangannya tepat di depan celah basahnya dengan gerakan naik turun, mendesak masuk perlahan, lalu bergerak naik turun, dan kembali mendesak lebih banyak. Hal itu seperti sengatan listrik yang menyengat tubuhnya sepenuhnya.

Meski dirinya cukup basah, tapi saat Noel mulai mendesaakn tubuhnya lebih banyak, Vanessha meringis kesakitan. Dia yakin jika miliknya tidak mungkin dimasuki ole Noel yang begitu besar.

Nyeri yang dirasakan mulai menyakitkan saat Noel semakin mendesak masuk meski sudah begitu pelan dalam melakukannya. Rintihan terdengar saat kepala kejantanan pria itu sudah masuk tapi belum sepenuhnya dan sudah membuat Vanessha terisak pelan.

"Ini sakit sekali," rintih Vanessha dan Noel segera membungkuk untuk memberinya kecupan-kecupan ringan seolah menenangkan.

"Kau sangat sempit dan terasa nikmat, Sayang," bisik Noel sambil menekan tubuhnya lebih dalam.

Vanessha mulai berteriak kesakitan saat menahan rasa nyeri yang mendominasi dirinya dengan dua kaki yang terasa ngilu dan otot paha yang menegang kaku. Noel masih terus memberi kecupan-kecupan dan membisikkan kata-kata cinta tepat di telinganya.

"Percayalah, ini hanya permulaan dan terasa menyakitkan, tapi kau akan menikmatinya. Sangat menikmatinya," bujuk Noel kemudian.

"Ini sakit sekali," isak Vanessha.

"Aku tahu," balas Noel dan tanpa memberi peringatan apapun, kali ini dia menekan lebih kuat dari sebelumnya dan Vanessha spontan berteriak kencang saat pria itu sudah sepenuhnya memasukinya.

Tubuhnya bergetar hebat saat merasakan ada sesuatu yang terkoyak di dalam dan rasa sakit yang semakin menyebar dari batas pinggang hingga ujung kaki. Sebaliknya, Noel justru mengerang penuh nikmat saat dirinya merasa sesak karena tubuh Vanessha yang begitu sempit, hangat, dan basah.

Seperti mengerti apa yang dirasakan Vanessha, Noel tidak lagi menekan tapi tetap membiarkannya sambil mencumbu, menyuruh Vanessha untuk menarik napas dan menghembuskannya perlahan, kemudian memberikan sentuhan-sentuhan lewat permainan lidahnya yang terlatih.

Selama beberapa saat Noel melakukan itu dan berhasil membuat Vanessha merasakan gejolak hasrat yang melambung. Rasa nyeri masih terasa tapi tidak sesakit sebelumnya. Masih terasa sesak didalam tapi pergerakan dimulai dengan perlahan seolah Noel memompa tubuhnya.

Gerakan maju mundur dilakukan dengan pelan dan sangat hati-hati oleh Noel. Hangat, sesak, tapi cukup basah untk memuluskan desakan-desakan keluar masuk yang terjadi saat ini. Rasa sakit itu membaur dalam rasa nikmat yang kini mulai mendominasi sehingga Vanessha bisa memejamkan matanya dan mengerang penuh damba.

Semakin Noel memompanya, semakin itu pula dia merasakan sesuatu yang menyenangkan, seperti dirinya enggan untuk menyuruh Noel untuk bergenti, bahkan mulai menggoyangkan pinggul untuk mengimbangi gerakan maju mundur yang dilakukan pria itu.

"Katakan padaku," ucap Noel parau.

"Apa?" tanya Vanessha sambil mengerang pelan.

"Bahwa kau menginginkanku," jawab Noel.

Vanessha mengangguk. "Aku menginginkanmu."

"Kau adalah milikku," tambah Noel.

"Aku milikmu," lanjut Vanessha serak dan mulai meracau tidak karuan saat Noel mempercepat gerakannya. "Oh, ini nikmat sekali."

"Apa ini sangat nikmat, Sayang?" tanya Noel dan Vanessha mengangguk.

"Sangat," jawabnya.

"Bagus, aku akan membuatmu sangat nikmat sampai kau tidak tahu apa-apa selain namaku, apa kau siap?"

"Yes," jawab Vanessha.

Dan saat Noel menekan tubuhnya semakin dalam, dalam, dan dalam dengan kecepatan yang semakin cepat dan tergesa, kemudian menghentakkan tubuhnya lebih keras, disitu Vanessha limbung oleh gairah yang lebih kuat dari sebelumnya.

Kehangatan menyebar di sekitaran tulang punggung, pinggul, dan di antara kedua kakinya. Vanessha bahkan meremas kuat seprai ranjangnya karena seluruh tubuhnya gemetar dengan gulungan hasrat yang membuatnya terengah.

Tidak berhenti sampai di situ, Noel tiba-tiba menarik diri dan memutar tubuh Vanessha untuk membelakanginya dan memasukinya dari belakang. Dia berteriak saat merasakan kesakitan yang tidak biasa lewat posisi yang berbeda. Meski begitu, dia bisa beradaptasi dan kenimatan itu masih jelas terasa.

"Noel!" desah Vanessha saat Noel menekan tubuhnya semakin dalam dan memicu dirinya untuk kembali merasakan gejolak kehangatan yang baru saja didapatinya barusan.

Plak! Vanessha memekik kaget saat dia mendapat sebuah hentakan keras di atas bokongnya.

"Goyangkan pinggulmu! Tunjukkan jika dirimu bergairah," desis Noel tajam.

Vanessha menuruti Noel dengan menggoyangkan pinggulnya seiring dengan Noel yang terus memompanya dari belakang dengan begitu cepat dan semakin menuntut. Dia yakin jika dirinya akan kembali meledak dan kemudian mengerang kencang bersamaan dengan Noel yang mendesah parau karena mendapatkan pelepasannya.

Denyutan klimaks dirasakan keduanya lewat penyatuan itu dan mereka masih melakukan hal itu sampai berkali-kali. Tidak percaya dengan apa yang terjadi, Vanessha melepaskan keperawanannya pada Noel dan menikmati sesi bercinta untuk pertama kalinya dengan sepenuh hati, bahkan tidak protes saat Noel merekam sesi bercinta mereka di ponselnya.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Inilah kenapa aku cukup maju mundur pegang cerita ini karena bagian Babang itu agak repot ya,
if you know you know. 🙃

Brb istirahat dulu.
Sehat2 buat kalian.

14.08.24 (20.55)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top